"Tunggu aku pulang.""Oke." Setelah menutup telepon, air mata Paula menetes pada layar ponsel. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menolehkan kepalanya menghadap ke luar jendela.Keesokan paginya, Paula telah selesai mandi, merias diri, dan mengganti setelan formal yang terlihat profesional. Untungnya dia cukup tinggi, sehingga tidak perlu mengenakan sepatu hak tinggi untuk terlihat rapi dalam setelan ini.Paula melihat pantulan dirinya dari cermin dengan perasaan puas. Dalam hati, dia menyemangati dirinya sendiri, 'Semangat Paula, buat hidupmu bersinar dengan kedua tanganmu sendiri!'Melihat Paula berdandan rapi dan terlihat bersemangat hari ini, Freda tertegun sejenak. Saat Paula mengira Freda akan menceramahinya karena menggunakan riasan, ternyata Freda malah berkata, "Kamu cantik sekali hari ini.""Terima kasih, Bi Freda. Sarapan buatanmu pagi ini juga enak sekali," jawab Paula sambil menyantap buburnya.Setelah berkata demikian, dia memotret dirinya sendiri dan mengirimkan pesan k
Wilson menatap Darwin dengan mulut ternganga. Darwin menyuruhnya menghubungi Paula? Apakah itu benar-benar ucapan yang tulus atau cuma sindiran?Darwin mengatupkan bibirnya sejenak, lalu akhirnya menggigit ubi itu. Rasanya jauh lebih enak dibandingkan roti vanila dan bubur sarang walet yang disantapnya tadi."Mau aku tunggu?" Darwin menyilangkan kedua tangannya menatap Wilson."Nggak berani, aku nggak jadi makan. Aku ...." Wilson langsung berdiri dan hendak pergi, tapi Darwin malah tidak bergerak sama sekali.Wilson langsung menyadari bahwa ucapan Darwin tadi maksudnya adalah sedang menunggunya menelepon Paula? Akhirnya Wilson mengerti. Ternyata, Darwin merasa malu untuk menghubungi Paula secara langsung. Dia menyuruh Wilson yang menghubungi Paula agar Wilson bisa mengorek informasi?Meski semalam Wilson tidak tinggal di kamar yang sama dengan Darwin, dilihat dari lingkaran hitam di bawah matanya, Darwin pasti tidak bisa tidur karena mencemaskan "pembicaraan" antara Devina dan Paula."
"Kamu pintar banget hibur wanita ya." Darwin mendengus dingin, lalu mempercepat langkahnya. Wilson berlari kecil menyusulnya. "Wanita-wanita menganggapku sahabat mereka. Ini benaran!"Wilson menggerutu dalam hati, 'Memangnya mudah harus terus menghibur wanita? Dalam gajiku seharusnya ada kompensasi untuk kesedihan.'Darwin melangkah ringan ke dalam lift. Saat pintu tertutup, dia menerima pesan dari Paula. Isinya adalah gambar gif dirinya yang mengirimkan hati. Paula sedang mencoba untuk menenangkan hati Darwin."Menurutmu, apa hadiah yang bagus?" Darwin menoleh dan bertanya pada Wilson.Wilson tertegun sejenak, lalu menjawab, "Gadis biasanya suka tas, berlian, dan semacamnya."Darwin mengerutkan kening, jelas menunjukkan bahwa dia merasa barang-barang itu tidak pantas untuk Paula."Bukannya Pak Darwin dapat giok mentah belakangan ini? Gimana kalau buat perhiasan sendiri untuk Bu Paula?" usul Wilson sambil menepuk jidatnya.Darwin mengangguk sambil berkata, "Gaji kamu bulan ini dua kali
Sepanjang perjalanan itu, Jarvis tidak lagi berbicara. Bahkan saat Wilson sengaja mencari topik pembicaraan, dia hanya sesekali mengangguk atau menggeleng tanpa bersuara. Jelas sekali, Jarvis takut akan ancaman sopir itu.Sopir itu mengancam dengan terang-terangan, seolah-olah tidak takut Darwin dan Wilson mengetahuinya. Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik ucapan Jarvis.Darwin mengetuk pahanya dengan perlahan sambil berpikir keras. Tampaknya, Nona Besar Keluarga Fonda yang baru ditemukan ini tidak sesederhana itu. Mungkin juga, dia bukan Nona Besar Keluarga Fonda yang sesungguhnya.Mobil mereka berhenti di depan vila Keluarga Fonda. Saat baru saja turun dari mobil, pundak Darwin telah ditepuk seseorang."Darwin, lama nggak ketemu."Darwin berusaha menahan diri untuk tidak menepis tangan orang itu. Kemudian, dia mengangguk dengan perlahan memanggilnya, "Kak Alif."Alif menepuk pundaknya beberapa kali lagi dengan mata yang berkaca-kaca sambil memujinya. Dulu,
Tentu saja, Darwin ingat dengan semua hal yang mereka bicarakan. Daya ingatnya memang bagus sejak dulu."Tentu saja, Nona Fonda juga pasti sangat suka." Usai berkata demikian, Darwin kembali memeriksa ekspresi kedua orang itu.Kedua orang itu tersenyum tipis. Jelas sekali, Nona Fonda yang baru ditemukan ini tidak suka dengan anjing ini."Begitu mendengar Sheila mau pulang, Ian menghabiskan waktu setengah tahun untuk mencari anjing yang sama persis. Sayangnya, Ian terlalu ceroboh. Dia meletakkan anjing itu di ranjang Sheila dan membuatnya terkejut sampai menendang anjing itu," jelas Alif."Saat itu, anjing itu bahkan nggak bisa bersuara sama sekali. Sheila masih saja terus memukulnya. Kalau bukan karena Ian cepat menghampirinya, anjing itu pasti sudah mati dipukul Sheila."Ian tidak menyangka adiknya yang imut dan lembut itu akan menjadi seperti ini"Setelah kejadian itu, Sheila juga sudah minta maaf. Katanya dia pernah digigit anjing liar di luar sana, jadi wajar saja kalau takut anjin
Setibanya di depan kamar, Michelle yang hendak mengetuk pintu malah mendengar suara perdebatan dari dalam kamar yang diiringi dengan suara barang-barang jatuh."Sheila, kamu sudah gila? Kamu memberiku baju bekasmu? Kamu kira aku pengemis?" bentak Wilda."Wilda, aku nggak bermaksud jahat. Aku cuma mendengar pelayan bilang kamu sangat suka baju itu dan sudah mengincarnya setengah bulan. Kamu sampai membujuk Kak Alif dengan susah payah. Kebetulan Kak Alif membelikanku baju itu, makanya kuberikan padamu. Maaf kalau aku membuatmu marah," sahut Sheila."Kamu ingin pamer padaku ya? Kamu mau menunjukkan kalau keluarga ini selalu menuruti keinginanmu? Sementara itu, aku harus memohon berbulan-bulan pada Kak Alif untuk mendapat baju yang kuinginkan? Dasar jalang!" maki Wilda.Saat berikutnya, terdengar suara tamparan. Michelle segera masuk. Terlihat Sheila terduduk di lantai, sedangkan Wilda berdiri di depannya sambil menatap tangan sendiri dengan tidak percaya.Terlihat noda darah di kukunya ya
Ketika Sheila baru pulang, dia masih belum melakukan apa pun terhadap Wilda. Bagaimanapun, wanita itu masih asing dengan lingkungan barunya.Namun, Wilda malah memprovokasi Sheila dan mencari cara supaya Keluarga Fonda membencinya. Makanya, Sheila mulai memainkan tipu muslihat untuk memberi Wilda pelajaran. Tanpa disangka, Wilda malah begitu bodoh."Sudah, sudah. Beri tahu aku apa yang dilakukan Wilda," sela Michelle dengan tegas.Sheila ketakutan hingga tubuhnya gemetar sesaat. Kemudian, dia melirik Wilda yang memelototinya. Namun, Wilda tidak bisa bersuara karena mulutnya ditutup oleh Alif.Pada akhirnya, Sheila melirik Michelle lagi dan baru berkata, "Waktu itu aku pergi jalan-jalan. Aku melihat Wilda ditarik oleh seorang pria di sebuah belokan. Karena cemas, aku pun ikut."Wilda meronta-ronta karena ingin membantah ucapan Sheila. Sheila jelas-jelas berharap dirinya mati, mana mungkin mencemaskannya!Di bawah tatapan Michelle yang seperti memberi semangat, Sheila meneruskan, "Kemudi
Darwin akhirnya melepaskan tangannya yang mencekik Wilda. Kemudian, dia melirik Sheila sekilas dan hendak keluar.Michelle menghentikan. "Kenapa kamu begitu terburu-buru? Wilda nggak mungkin melakukan hal yang tak bermoral. Tenang saja.""Wanita Keluarga Sasongko berbeda dengan wanita Keluarga Fonda," sahut Darwin sambil melirik ketiga wanita itu. Pada akhirnya, dia pergi dengan gusar.Michelle tertegun sesaat. Kemudian, dia terduduk di pinggir ranjang dengan wajah pucat. Darwin benar, mereka memang berbeda.Putri Keluarga Sasongko bagaikan harta karun yang disayangi oleh semua orang. Sementara itu, putri Keluarga Fonda juga disayangi, tetapi akhirnya akan menjadi batu loncatan bagi para pria untuk mendapat keuntungan besar."Ibu, ada apa?" Sheila kesakitan karena tangannya digenggam oleh Michelle dengan begitu erat. Dia pun segera memanggil Michelle supaya wanita itu tersadar dari lamunannya.Michelle melirik tangan Sheila, lalu tersenyum penuh kasih sayang dan membalas, "Maaf, aku te
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang