Tentu saja, Darwin ingat dengan semua hal yang mereka bicarakan. Daya ingatnya memang bagus sejak dulu."Tentu saja, Nona Fonda juga pasti sangat suka." Usai berkata demikian, Darwin kembali memeriksa ekspresi kedua orang itu.Kedua orang itu tersenyum tipis. Jelas sekali, Nona Fonda yang baru ditemukan ini tidak suka dengan anjing ini."Begitu mendengar Sheila mau pulang, Ian menghabiskan waktu setengah tahun untuk mencari anjing yang sama persis. Sayangnya, Ian terlalu ceroboh. Dia meletakkan anjing itu di ranjang Sheila dan membuatnya terkejut sampai menendang anjing itu," jelas Alif."Saat itu, anjing itu bahkan nggak bisa bersuara sama sekali. Sheila masih saja terus memukulnya. Kalau bukan karena Ian cepat menghampirinya, anjing itu pasti sudah mati dipukul Sheila."Ian tidak menyangka adiknya yang imut dan lembut itu akan menjadi seperti ini"Setelah kejadian itu, Sheila juga sudah minta maaf. Katanya dia pernah digigit anjing liar di luar sana, jadi wajar saja kalau takut anjin
Setibanya di depan kamar, Michelle yang hendak mengetuk pintu malah mendengar suara perdebatan dari dalam kamar yang diiringi dengan suara barang-barang jatuh."Sheila, kamu sudah gila? Kamu memberiku baju bekasmu? Kamu kira aku pengemis?" bentak Wilda."Wilda, aku nggak bermaksud jahat. Aku cuma mendengar pelayan bilang kamu sangat suka baju itu dan sudah mengincarnya setengah bulan. Kamu sampai membujuk Kak Alif dengan susah payah. Kebetulan Kak Alif membelikanku baju itu, makanya kuberikan padamu. Maaf kalau aku membuatmu marah," sahut Sheila."Kamu ingin pamer padaku ya? Kamu mau menunjukkan kalau keluarga ini selalu menuruti keinginanmu? Sementara itu, aku harus memohon berbulan-bulan pada Kak Alif untuk mendapat baju yang kuinginkan? Dasar jalang!" maki Wilda.Saat berikutnya, terdengar suara tamparan. Michelle segera masuk. Terlihat Sheila terduduk di lantai, sedangkan Wilda berdiri di depannya sambil menatap tangan sendiri dengan tidak percaya.Terlihat noda darah di kukunya ya
Ketika Sheila baru pulang, dia masih belum melakukan apa pun terhadap Wilda. Bagaimanapun, wanita itu masih asing dengan lingkungan barunya.Namun, Wilda malah memprovokasi Sheila dan mencari cara supaya Keluarga Fonda membencinya. Makanya, Sheila mulai memainkan tipu muslihat untuk memberi Wilda pelajaran. Tanpa disangka, Wilda malah begitu bodoh."Sudah, sudah. Beri tahu aku apa yang dilakukan Wilda," sela Michelle dengan tegas.Sheila ketakutan hingga tubuhnya gemetar sesaat. Kemudian, dia melirik Wilda yang memelototinya. Namun, Wilda tidak bisa bersuara karena mulutnya ditutup oleh Alif.Pada akhirnya, Sheila melirik Michelle lagi dan baru berkata, "Waktu itu aku pergi jalan-jalan. Aku melihat Wilda ditarik oleh seorang pria di sebuah belokan. Karena cemas, aku pun ikut."Wilda meronta-ronta karena ingin membantah ucapan Sheila. Sheila jelas-jelas berharap dirinya mati, mana mungkin mencemaskannya!Di bawah tatapan Michelle yang seperti memberi semangat, Sheila meneruskan, "Kemudi
Darwin akhirnya melepaskan tangannya yang mencekik Wilda. Kemudian, dia melirik Sheila sekilas dan hendak keluar.Michelle menghentikan. "Kenapa kamu begitu terburu-buru? Wilda nggak mungkin melakukan hal yang tak bermoral. Tenang saja.""Wanita Keluarga Sasongko berbeda dengan wanita Keluarga Fonda," sahut Darwin sambil melirik ketiga wanita itu. Pada akhirnya, dia pergi dengan gusar.Michelle tertegun sesaat. Kemudian, dia terduduk di pinggir ranjang dengan wajah pucat. Darwin benar, mereka memang berbeda.Putri Keluarga Sasongko bagaikan harta karun yang disayangi oleh semua orang. Sementara itu, putri Keluarga Fonda juga disayangi, tetapi akhirnya akan menjadi batu loncatan bagi para pria untuk mendapat keuntungan besar."Ibu, ada apa?" Sheila kesakitan karena tangannya digenggam oleh Michelle dengan begitu erat. Dia pun segera memanggil Michelle supaya wanita itu tersadar dari lamunannya.Michelle melirik tangan Sheila, lalu tersenyum penuh kasih sayang dan membalas, "Maaf, aku te
"Tapi, statusmu adalah Nona Besar Keluarga Fonda sekarang. Kamu harus menjaga martabatmu." Michelle bangkit, lalu menatap Sheila dan meneruskan dengan lembut, "Kamu pasti lelah setelah keributan ini. Istirahatlah. Aku akan menyuruh pelayan mengantar makanan nanti. Jangan sampai kamu sakit."Sebelum Sheila sempat menolak, Michelle sudah berjalan pergi. Wilda bisa melihat ketidaksabaran pada tatapan Michelle. Dia pun mengepalkan tangannya dengan erat saking senangnya. Spekulasinya tidak salah! Michelle tidak begitu menyayangi Cindy lagi!Sementara itu, Sheila lebih gawat lagi! Dia menatap punggung Michelle dengan tatapan kebencian! Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi?Wilda menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia merasa dirinya sangat bodoh dulu karena tidak pernah memperhatikan kejanggalan ini."Wilda, kamu marah padaku? Aku nggak sengaja mengatakan masalah itu tadi. Tapi, aku sudah janji pada Ibu nggak akan berbohong." Sheila agak terkejut saat melihat Wilda masih di k
"Wilda, atas dasar apa kamu mengajukan syarat kepadaku?" ejek Sheila sambil menatap Wilda dengan tatapan menghina. Menurutnya, wanita murahan seperti Wilda bukan tandingannya. Berani sekali Wilda meminta rumah semahal itu darinya!Wilda mendengus dan menyahut, "Kamu ingin menikah dengan Darwin, 'kan? Kalau dia tahu kamu yang menaruh obat di minuman Rhea, apa dia bisa menerimamu? Darwin nggak sebodoh anggota Keluarga Fonda. Dia tahu tipu muslihat yang kamu mainkan.""Ya sudah kalau kamu nggak mau. Lagian, aku sudah terbiasa difitnah olehmu. Bukan masalah besar kok." Sebelum Sheila merespons, Wilda berbalik dan hendak pergi.Sheila memicingkan matanya mengamati Wilda. Dia tidak mengerti mengapa Wilda tiba-tiba menjadi begitu percaya diri. Demi hasil yang lebih baik, dia terpaksa mengiakan. "Oke, aku setuju."Wilda seketika menyunggingkan bibirnya. Kemudian, dia mendapat informasi kontak orang yang menaruh obat dari Sheila. Kali ini, dia harus meninggalkan kesan baik kepada Nicho."Kamu t
"Tentu saja, kamu dan Sheila adik kami. Hanya saja, Sheila pasti sangat menderita di luar selama ini. Makanya, fokus kami semua tertuju padanya," jelas Koa.Wilda hanya bisa menggigit bibirnya. Dia tahu orang-orang hanya akan membencinya jika dirinya berbicara buruk tentang Sheila. Kalaupun dia memberi tahu mereka bahwa Sheila hanya berpura-pura sakit, tidak mungkin ada yang percaya untuk sekarang.Jadi, Wilda memilih untuk memperlihatkan sisi lemahnya. Dia berkata, "Kak, maaf. Aku juga sudah salah. Aku terus membuat kalian marah.""Nggak apa-apa, aku nggak marah kok." Koa membelai kepala Wilda. Ketika mendengar suara pintu terbuka dari lantai atas, dia langsung kabur dan menyuruh Wilda tidak membocorkan pertemuan mereka.Wilda mendongak dan bertatapan dengan Sheila. Kemudian, dia menyunggingkan senyuman penuh provokasi dan pergi ke ruang kerja untuk mencari Darwin.Di balik partisi, seorang pelayan berusia 60-an tahun berdiri di samping Michelle dan bertanya dengan lirih, "Nyonya, oba
Setelah pelayan tua itu pergi, seorang pemuda menghampiri. Michelle membawanya masuk ke ruang kerjanya."Nyonya, obat di ibu kota sudah diganti. Ini obatnya," lapor pengawal itu sambil menyerahkan sebungkus kecil bubuk putih.Michelle melirik sekilas bungkusan itu. Untungnya, setelah menemukan Sheila bukan putrinya, dia langsung mengutus orang untuk memantau 24 jam. Jika tidak, mungkin Paula sudah celaka."Wajahmu kenapa?" tanya Michelle sambil mengernyit. Pengawal yang dibinanya tidak seharusnya selemah ini.Pengawal itu menunduk dan menyahut, "Kami bertemu bawahan Tuan Darwin. Mereka mencoba menyelidiki identitas kami, jadi terjadi perkelahian."Michelle tersenyum puas. Calon menantu yang dipilihnya memang hebat. Dia bertanya, "Apa kalian meninggalkan jejak?""Nggak. Bawahan Tuan Darwin nggak mungkin tahu identitas kami. Tapi, mereka bisa tahu tentang Nona Sheila atau nggak, itu tergantung kemampuan Tuan Darwin," sahut pengawal itu sambil melirik Michelle sekilas.Ekspresi Michelle m