Share

Bab 2

"Adriana!" panggil seseorang dari arah belakang. Suaranya seperti wanita, tapi ... siapa? Aku menoleh demi melihat siapa orang itu.

'Oh, dia. Pasti Mas Denny mengadu padanya ketika aku pergi tadi,' bisikku dalam hati.

Tanpa memperdulikan wanita itu, aku kembali melanjutkan melipat mukena yang tadi aku pakai untuk salat. Setelah selesai, kuletakkan kembali pada tempat semula.

"Heh, mantu kurang ajar! Berani-beraninya kamu menghina anakku! Apa maksudnya kamu bilang kalau kamu memberi makan orang satu rumah?!"

Aku tak mempedulikan ocehan wanita yang berstatus sebagai ibu mertuaku dan berjalan keluar meninggalkan tempat ibadah itu.

"Heh, wanita mandul!" Kakiku berhenti tepat di langkah ke lima. Aku yakin wanita itu masih berada di pelataran masjid ketika mengucapkan kata-kata keji itu.

Terdengar langkah kakinya mendekat ke arahku. "Apa? Mau ngelak? Memang begitu, kan, kenyataannya?"

"Maaf, ya, Ibu Mertua yang terhormat. Saya tidak mandul! Anda ingat, saya pernah memeriksakan kesuburan saya ke dokter dan dokter mengatakan semuanya normal?" ucapku menekankan kata-kataku pada wanita itu.

"Lantas, mengapa sampai saat ini kamu belum juga hamil?" tanyanya berusaha memojokkanku.

"Coba periksakan anak Anda ke dokter, Ibu Mertua! Siapa tahu dia lah yang mandul!" Aku tekankan kata-kata terakhir tepat di depan wajahnya.

"Berani kamu sama saya?" tanyanya membesarkan matanya padaku.

"Kenapa saya harus takut?"

"Kamu—"

"Maaf, saya harap jangan membuat ribut di tempat ini. Sebaiknya selesaikan masalah kalian di rumah!" ucap seorang pria memotong ucapan Bu Rahma, selaku ibu mertuaku.

Aku mempersilakan wanita itu untuk berjalan lebih dulu. Dengan langkah yang lebar, mertua super baik–katanya–itu meninggalkanku yang melangkah dengan perlahan.

"Assalamualaikum." Aku mengucapkan salam ketika membuka pintu.

"Waalaikumsalam," ucap dua orang itu dengan raut tak bersahabat.

"Kamu dari mana aja, Diana?" tanya Mas Denny menyentakku. Padahal, baru selangkah aku memasuki istana yang bagaikan neraka ini.

"Aku dari masjid, Mas," ucapku tenang tanpa ekspresi.

"Ke masjid, tapi bisa-bisanya menghina Ibuku!" ucapnya dengan mata yang nyaris keluar.

"Oh, jadi sebelum aku sampai, ibu udah ngadu duluan sama kamu? Dan, kamu percaya begitu saja?" tanyaku menatap matanya tanpa gentar, "kalau memang iya, berarti itu benar, tapi kalau kamu nggak percaya, berarti itu nggak benar. Aku udah muak ngejelasin semuanya sama kamu. Mulai sekarang, aku lepas tangan. Terserah kalian mau bagaimana menilaiku."

"Heh, wanita mandul! Sudah berani melawan pada suamimu? Mau jadi istri durhaka kamu?" Ah, lagi-lagi hinaan itu yang kuterima.

"Maaf, Ibu Mertua, jangan sampai saya kehilangan hormat kepada Anda! Selama tiga tahun berusaha menjadi menantu yang baik bagi keluarga ini, tapi nyatanya semua perjuangan saya sia-sia!" ucapku melihat ke arahnya.

"Kurang ajar!" Tangan kanannya terangkat, mungkin berniat ingin menamparku. Namun, ayah mertua menangkapnya dengan tatapan nyalang kepada sang istri.

"Aku tidak pernah mengajarkan berbuat kasar kepada kalian! Turunkan tanganmu, atau tanganku yang akan melayang ke wajahmu?" tanya ayah mertua terlihat murka kepada wanita itu.

"Mas, kamu tega berkata seperti itu demi wanita itu?" tanya Ibu Mertua tak terima.

"Semua itu karena kesalahanmu sendiri, Rahma! Selama ini aku berusaha sabar dengan semua tingkah dan kelakuanmu, tapi kamu nggak pernah berubah!"

"Puas kamu membuat kami bertengkar, Adriana?!" tanya wanita itu dengan air mata yang mulai membanjiri pipinya.

"Ha?" Tentu saja aku tercengang mendengar ucapannya. "Kenapa saya?"

"Karena membelamu, suamiku sampai mengancamku."

"Jangan pernah menyalahkan orang lain karena kesalahanmu, Rahma!" ucap ayah mertua membentak istrinya.

"Kamu ingat kejadian satu tahun pertama pernikahan kita, Mas? Aku pernah hampir keluar dari rumah ini karena ucapanmu yang terlampau kasar. Dua tahun ini aku bertahan karena percaya akan janjimu yang akan berubah, tapi mulai sekarang, aku cabut janji itu tepat di hadapanmu dan kedua orang tuamu!" Aku menunjuk wajahnya dengan berani. Tanpa peduli tatapan tajam dari Ibunya. "Jadi, sebaiknya kamu ceraikan aku sekarang—"

"Tidak! Aku nggak akan menceraikanmu sampai kapanpun, Diana!" ucap Mas Denny memotong ucapanku.

"Terserah kamu saja kalau tidak mau menceraikanku. Yang jelas, aku akan tetap mengajukan gugatan cerai ke pengadilan!" Aku berjalan menuju ke kamar meninggalkan ketiga orang itu. Mengambil koper yang ada di atas lemari dan mulai memasukkan pakaianku ke dalamnya.

"Kamu mau kemana, Diana?" tanya Mas Denny dengan lembut setelah aku menyelesaikan pekerjaanku. Aku tahu, pasti dia berusaha untuk membujukku agar tidak meninggalkan rumah.

"Kamu nggak perlu tahu!"

"Aku ini suami kamu, Adriana, wajar saja aku ingin tahu kemana istriku akan pergi."

"Istri? Memangnya kamu pernah memperlakukanku sebagai seorang istri?" tanyaku yang mulai terpancing emosi.

"Apa maksud kamu, Adriana?" Terdengar helaan napasnya beberapa kali. Aku memalingkan wajahku darinya, tak ingin menatap wajah yang semakin kubenci dari waktu ke waktu.

"Sudahlah, Mas. Percuma saja aku jelasin pasti kamu nggak akan percaya." Selesai aku berbicara, selesai pula aku mengemas perlengkapanku. Tanpa memperdulikan pria itu, aku melangkah keluar dari kamar berniat untuk pergi dari rumah ini.

"Mau kemana kamu?" Langkahku terhenti ketika mendengar suara ibu mertua. "Jika ingin pergi, tinggalkan semua barang yang pernah dibelikan anakku untukmu!"

Aku berbalik kemudian melangkah ke arahnya. Berdiri tepat di hadapannya, membuka resleting koper dan mengeluarkan semua isinya. "Maaf, calon mantan ibu mertua, saya bukanlah orang tamak yang akan membawa lari harta orang lain, meskipun itu suami saya sendiri. Semua barang yang ada di koper ini adalah barang-barang yang dahulu saya bawa dari rumah orang tua saya. Termasuk koper ini!'

"Bagus kalau kamu sadar akan hal itu!" ucapnya dengan senyum sinis.

"Baiklah, permisi!" Aku yang telah selesai memasukkan kembali pakaianku ke dalam koper, mulai melangkah menuju pintu.

Belum sempat aku menyentuh gagang pintu, tiba-tiba ....

***

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status