Share

Diselingkuhi Kekasih, Dicintai CEO Tampan
Diselingkuhi Kekasih, Dicintai CEO Tampan
Author: Dita SY

Pengkhianatan

"Lau, kekasihmu selingkuh."

Laura terdiam mematung saat baru saja menerima telepon dari teman dekatnya tentang Lucas--kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama tiga tahun terakhir.

"Lau. Laura, kamu mendengarku? Coba kamu cek foto yang aku kirim. Saat ini Lucas ada di Klub Malam Joice. Dia sedang bersama wanita, yang sepertinya teman kuliahnya. Aku pernah melihat wanita itu di Universitas yang sama dengan Lucas."

Laura masih diam membisu. Ia membuka chat yang dikirim oleh sahabatnya, melihat foto foto kemesraan Lucas dengan seorang wanita cantik.

Reflek ponsel terlepas dari tangan. "Brengsek kamu Lucas!" umpat Laura menahan emosi yang terasa membuncah.

"Sabar Lau, kalau kamu membutuhkan teman untuk bercerita, aku siap mendengarkan."

"Terima kasih," ucap Laura lalu mengakhiri panggilan.

Laura mengambil kunci mobil dan memasukkan ponsel ke dalam tas tentengnya.

Ia keluar dari kamar di dalam apartemen.

"Kamu mau ke mana?" tanya Yona yang tak lain adalah asisten pribadi Laura.

Ya, Laura adalah artis pendatang baru. Dia memutuskan untuk terjun ke dunia entertainment karena dia merasa memiliki bakat di bidang tersebut.

Wajah cantik, bentuk tubuh indah dan dia pandai berakting. Semua kriteria untuk menjadi selebriti ada padanya.

"Lau? Kamu mau ke mana?" ulang Yona.

Laura menghentikan langkah kaki lalu menjawab, "Aku ada urusan sebentar."

"Ingat Lau, jaga reputasimu sebagai selebriti pendatang baru. Jangan sampai kamu kehilangan karir yang sudah kamu bangun susah payah."

"Iya." Laura keluar dari apartemen.

**

Suasana di dalam klub malam itu terasa sangat hidup.

Alunan musik yang menghentak keras bergema di seluruh ruangan, membuat jantung berdegup kencang seiring dengan irama.

Laura tak bisa mengalihkan pandangan dari para pengunjung yang menari dengan penuh semangat.

Tubuh mereka meliuk-liukkan indah, tak kalah dengan suara alunan musik yang membangkitkan energi di dalam diri.

Kepala mereka bergerak ke sana-kemari, seolah ingin menegaskan bahwa malam itu adalah malam yang tak terlupakan.

"Di mana lelaki brengsek itu," gumam Laura sambil mencoba mengendalikan amarah yang meluap-luap karena mengingat informasi dari seseorang sebelum dia datang ke klub malam itu.

Di tengah euforia yang menyelimuti klub malam, pikirannya terbelengu oleh rasa benci dan kekecewaan yang sama kuat.

Sanggupkah dia menyimpan amarah yang membuncah ini ataukah sudah saatnya dia menghadapinya?

Semoga saja, di tengah kegilaan ini, aku masih mampu untuk menentukan langkah yang paling bijaksana, pikirnya.

Laura melangkah perlahan memasuki klub malam yang penuh dan sesak, perasaannya bercampur aduk mencari keberadaan Lucas--kekasihnya yang ia duga sedang berselingkuh dengan wanita lain.

Ia terus berjalan menelusuri tiap sudut ruangan, dadanya berdegup kencang, kesabaran terasa semakin tipis oleh amarah yang menguar dalam hatinya.

Merasa muak dengan kecurigaan dan pikiran yang tak henti-henti membayangkan kegagalan hubungan mereka dan rasa sakit yang mungkin harus ia rasakan.

'Apa aku saja tidak cukup untuknya? Apa yang terjadi jika aku benar benar menemukan mereka sedang berdua di dalam kamar? Haruskah aku mencari kepastian seperti ini atau membiarkan segalanya berakhir begini saja?' tanyanya dalam hati.

Sejujurnya ia sedikit ragu untuk menjalani risiko yang mungkin mengecewakan.

Namun, langkah kakinya tidak berhenti bergerak, semakin dekat dengan kebenaran yang ingin ia ungkap, tidak peduli betapa hancurnya perasaan yang mungkin menanti.

Bukan hanya sekali atau dua kali, Laura mendengar kabar tentang perselingkuhan yang dilakukan kekasihnya.

Hatinya bergetar saat ia berpikir tentang segala luka yang akan ia dapat jika ia terus berharap kejujuran dari Lucas. Namun, kali ini Laura bertekad untuk membuktikannya sendiri dan ingin melihat apa yang Lucas perbuat dengan mata kepalanya sendiri.

'Sudah tidak sanggup lagi aku menanggung rasa sakit ini,' gumam Laura di dalam hatinya. "Lucas! Bre-ngsek kamu!"

Laura mengatur napas yang kian terasa sesak karena merasakan sakit teramat sangat.

"Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, meskipun itu akan menyakitkan. Setidaknya aku bisa mengambil langkah terbaik untuk masa depanku, apakah itu bersama atau meninggalkan Lucas."

Di tengah keputusasaannya, Laura berusaha untuk tetap tegar menghadapi kenyataan pahit yang mungkin harus ia hadapi.

Namun satu keyakinan tetap menguat di dalam dirinya: bahwa ia harus menemukan kebenaran tersebut untuk bisa memutuskan masa depan yang lebih baik untuk dirinya.

Langkah kaki Laura terhenti di depan sebuah kamar di dalam klub malam tersebut.

Dari balik pintu, ia mendengar suara samar-samar desahan dan lenguhan yang bergantian.

"Lucas. Uummm! Jangan nakal. Sudah."

"Aku menyukai ini, Sayang. Sangat nik-mat. Boleh kan aku melakukannya denganmu setiap hari?"

"Umm. Boleh. Sangat boleh."

Dada Laura semakin sesak saat ia menyadari bahwa itu adalah suara Lucas--kekasihnya yang sedang berbicara dengan seorang wanita.

'Apa yang sedang terjadi di sana? Apakah benar apa yang dibicarakan orang orang tentang Lucas?' batin Laura.

Dia mencoba menenangkan diri dan mengambil napas dalam-dalam, berusaha keras untuk tidak membayangkan adegan yang terjadi di balik pintu.

Namun, semakin ia mencoba menahan diri, semakin larut juga bayangan menakutkan itu melintas di benaknya.

Air mata mulai mengalir deras, seolah ingin membuang segala rasa sakit yang menghancurkan hatinya.

"Sialan! Beraninya Lucas berselingkuh padahal dia sudah berjanji akan menikahiku," gumamnya dengan emosi memenuhi rongga dada.

Satu langkah lagi untuk memergoki kekasihnya dan wanita itu. Namun, langkah yang diambil semakin membuat hatinya tercabik-cabik oleh ketakutan akan kebenaran yang akan dihadapi.

"Breng-sek kamu Lucas!" umpat Laura lalu membuka pintu kamar di dalam klub malam tersebut.

Benar saja apa kata sahabatnya, kalau Lucas memang sedang memadu kasih dengan seorang wanita.

Keduanya terlihat shock melihat kedatangan Laura. Dengan cepat Lucas menarik selimut untuk menutupi tubuh polos wanita di atas ranjang.

Tanpa ada rasa malu, Lucas turun dari tempat tidur lalu mendekati Laura.

"Bren-gsek kamu!" hardik Laura tak memperdulikan matanya terkontaminasi oleh pemandangan menjijikkan di depannya.

"Semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Lau. Aku bisa menjelaskannya," kata Lucas melangkah mendekati Laura.

"Pakai pakaianmu. Kamu pikir aku wanita bodoh? Hanya karena aku menolak untuk melakukan hub-ungan denganmu, lalu kamu melampiaskan semuanya dan tidur dengan wanita murahan itu," cecar Laura menunjuk wajah Lucas.

Wanita berwajah oval tersebut melirik wanita yang tengah tersenyum di atas ranjang.

"Kamu sadar kan kalau aku butuh kehangatan? Lalu kenapa kamu mempermasalahkan ini? Kita akan tetap menikah."

Tanpa rasa malu Lucas mengatakan niatnya untuk menikahi Laura.

"Dasar lelaki bren-gsek!" amuk Laura lalu berlari keluar dari kamar.

Lucas menarik rambut frustasi. "Ugghhh!" teriaknya.

"Sudahlah, toh dia juga tidak mau memberimu kenikmatan. Untuk apa dipertahankan?" ucap wanita di atas ranjang.

Lucas menghela napas kasar. "Dia pikir dia bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih tampan dariku? Cih! Kita lihat saja, aku pastikan kamu akan mengemis dan meminta untuk kembali padaku."

Lucas kembali ke tempat tidur, melanjutkan kegiatan yang tertunda beberapa menit lalu.

"Lucas. Aku sangat menyukai permainanmu ini," racau wanita di ba-wah kungkungan Lucas.

"Hanya wanita bodoh yang menolak ajakanku untuk bercinta."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status