"Lau, kekasihmu selingkuh."
Laura terdiam mematung saat baru saja menerima telepon dari teman dekatnya tentang Lucas--kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama tiga tahun terakhir."Lau. Laura, kamu mendengarku? Coba kamu cek foto yang aku kirim. Saat ini Lucas ada di Klub Malam Joice. Dia sedang bersama wanita, yang sepertinya teman kuliahnya. Aku pernah melihat wanita itu di Universitas yang sama dengan Lucas."Laura masih diam membisu. Ia membuka chat yang dikirim oleh sahabatnya, melihat foto foto kemesraan Lucas dengan seorang wanita cantik.Reflek ponsel terlepas dari tangan. "Brengsek kamu Lucas!" umpat Laura menahan emosi yang terasa membuncah."Sabar Lau, kalau kamu membutuhkan teman untuk bercerita, aku siap mendengarkan.""Terima kasih," ucap Laura lalu mengakhiri panggilan.Laura mengambil kunci mobil dan memasukkan ponsel ke dalam tas tentengnya.Ia keluar dari kamar di dalam apartemen."Kamu mau ke mana?" tanya Yona yang tak lain adalah asisten pribadi Laura.Ya, Laura adalah artis pendatang baru. Dia memutuskan untuk terjun ke dunia entertainment karena dia merasa memiliki bakat di bidang tersebut.Wajah cantik, bentuk tubuh indah dan dia pandai berakting. Semua kriteria untuk menjadi selebriti ada padanya."Lau? Kamu mau ke mana?" ulang Yona.Laura menghentikan langkah kaki lalu menjawab, "Aku ada urusan sebentar.""Ingat Lau, jaga reputasimu sebagai selebriti pendatang baru. Jangan sampai kamu kehilangan karir yang sudah kamu bangun susah payah.""Iya." Laura keluar dari apartemen.**Suasana di dalam klub malam itu terasa sangat hidup.Alunan musik yang menghentak keras bergema di seluruh ruangan, membuat jantung berdegup kencang seiring dengan irama.Laura tak bisa mengalihkan pandangan dari para pengunjung yang menari dengan penuh semangat.Tubuh mereka meliuk-liukkan indah, tak kalah dengan suara alunan musik yang membangkitkan energi di dalam diri.Kepala mereka bergerak ke sana-kemari, seolah ingin menegaskan bahwa malam itu adalah malam yang tak terlupakan."Di mana lelaki brengsek itu," gumam Laura sambil mencoba mengendalikan amarah yang meluap-luap karena mengingat informasi dari seseorang sebelum dia datang ke klub malam itu.Di tengah euforia yang menyelimuti klub malam, pikirannya terbelengu oleh rasa benci dan kekecewaan yang sama kuat.Sanggupkah dia menyimpan amarah yang membuncah ini ataukah sudah saatnya dia menghadapinya?Semoga saja, di tengah kegilaan ini, aku masih mampu untuk menentukan langkah yang paling bijaksana, pikirnya.Laura melangkah perlahan memasuki klub malam yang penuh dan sesak, perasaannya bercampur aduk mencari keberadaan Lucas--kekasihnya yang ia duga sedang berselingkuh dengan wanita lain.Ia terus berjalan menelusuri tiap sudut ruangan, dadanya berdegup kencang, kesabaran terasa semakin tipis oleh amarah yang menguar dalam hatinya.Merasa muak dengan kecurigaan dan pikiran yang tak henti-henti membayangkan kegagalan hubungan mereka dan rasa sakit yang mungkin harus ia rasakan.'Apa aku saja tidak cukup untuknya? Apa yang terjadi jika aku benar benar menemukan mereka sedang berdua di dalam kamar? Haruskah aku mencari kepastian seperti ini atau membiarkan segalanya berakhir begini saja?' tanyanya dalam hati.Sejujurnya ia sedikit ragu untuk menjalani risiko yang mungkin mengecewakan.Namun, langkah kakinya tidak berhenti bergerak, semakin dekat dengan kebenaran yang ingin ia ungkap, tidak peduli betapa hancurnya perasaan yang mungkin menanti.Bukan hanya sekali atau dua kali, Laura mendengar kabar tentang perselingkuhan yang dilakukan kekasihnya.Hatinya bergetar saat ia berpikir tentang segala luka yang akan ia dapat jika ia terus berharap kejujuran dari Lucas. Namun, kali ini Laura bertekad untuk membuktikannya sendiri dan ingin melihat apa yang Lucas perbuat dengan mata kepalanya sendiri.'Sudah tidak sanggup lagi aku menanggung rasa sakit ini,' gumam Laura di dalam hatinya. "Lucas! Bre-ngsek kamu!"Laura mengatur napas yang kian terasa sesak karena merasakan sakit teramat sangat."Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, meskipun itu akan menyakitkan. Setidaknya aku bisa mengambil langkah terbaik untuk masa depanku, apakah itu bersama atau meninggalkan Lucas."Di tengah keputusasaannya, Laura berusaha untuk tetap tegar menghadapi kenyataan pahit yang mungkin harus ia hadapi.Namun satu keyakinan tetap menguat di dalam dirinya: bahwa ia harus menemukan kebenaran tersebut untuk bisa memutuskan masa depan yang lebih baik untuk dirinya.Langkah kaki Laura terhenti di depan sebuah kamar di dalam klub malam tersebut.Dari balik pintu, ia mendengar suara samar-samar desahan dan lenguhan yang bergantian."Lucas. Uummm! Jangan nakal. Sudah.""Aku menyukai ini, Sayang. Sangat nik-mat. Boleh kan aku melakukannya denganmu setiap hari?""Umm. Boleh. Sangat boleh."Dada Laura semakin sesak saat ia menyadari bahwa itu adalah suara Lucas--kekasihnya yang sedang berbicara dengan seorang wanita.'Apa yang sedang terjadi di sana? Apakah benar apa yang dibicarakan orang orang tentang Lucas?' batin Laura.Dia mencoba menenangkan diri dan mengambil napas dalam-dalam, berusaha keras untuk tidak membayangkan adegan yang terjadi di balik pintu.Namun, semakin ia mencoba menahan diri, semakin larut juga bayangan menakutkan itu melintas di benaknya.Air mata mulai mengalir deras, seolah ingin membuang segala rasa sakit yang menghancurkan hatinya."Sialan! Beraninya Lucas berselingkuh padahal dia sudah berjanji akan menikahiku," gumamnya dengan emosi memenuhi rongga dada.Satu langkah lagi untuk memergoki kekasihnya dan wanita itu. Namun, langkah yang diambil semakin membuat hatinya tercabik-cabik oleh ketakutan akan kebenaran yang akan dihadapi."Breng-sek kamu Lucas!" umpat Laura lalu membuka pintu kamar di dalam klub malam tersebut.Benar saja apa kata sahabatnya, kalau Lucas memang sedang memadu kasih dengan seorang wanita.Keduanya terlihat shock melihat kedatangan Laura. Dengan cepat Lucas menarik selimut untuk menutupi tubuh polos wanita di atas ranjang.Tanpa ada rasa malu, Lucas turun dari tempat tidur lalu mendekati Laura."Bren-gsek kamu!" hardik Laura tak memperdulikan matanya terkontaminasi oleh pemandangan menjijikkan di depannya."Semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Lau. Aku bisa menjelaskannya," kata Lucas melangkah mendekati Laura."Pakai pakaianmu. Kamu pikir aku wanita bodoh? Hanya karena aku menolak untuk melakukan hub-ungan denganmu, lalu kamu melampiaskan semuanya dan tidur dengan wanita murahan itu," cecar Laura menunjuk wajah Lucas.Wanita berwajah oval tersebut melirik wanita yang tengah tersenyum di atas ranjang."Kamu sadar kan kalau aku butuh kehangatan? Lalu kenapa kamu mempermasalahkan ini? Kita akan tetap menikah."Tanpa rasa malu Lucas mengatakan niatnya untuk menikahi Laura."Dasar lelaki bren-gsek!" amuk Laura lalu berlari keluar dari kamar.Lucas menarik rambut frustasi. "Ugghhh!" teriaknya."Sudahlah, toh dia juga tidak mau memberimu kenikmatan. Untuk apa dipertahankan?" ucap wanita di atas ranjang.Lucas menghela napas kasar. "Dia pikir dia bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih tampan dariku? Cih! Kita lihat saja, aku pastikan kamu akan mengemis dan meminta untuk kembali padaku."Lucas kembali ke tempat tidur, melanjutkan kegiatan yang tertunda beberapa menit lalu."Lucas. Aku sangat menyukai permainanmu ini," racau wanita di ba-wah kungkungan Lucas."Hanya wanita bodoh yang menolak ajakanku untuk bercinta.""Kamu yakin ingin melakukan itu?" tanya Kenie sahabat dekat Laura saat Laura menangis di dalam sambungan telepon. "Pikirkan lagi Lau, jangan sampai kamu menyesal.""Aku yakin, tolong pesankan saja. Aku tunggu kabarnya." Laura mengakhiri panggilan lalu kembali menikmati minuman beralkohol di depannya. "Brengsek! Brengsek kamu Lucas!"Sering kali kata kata kasar itu keluar dari mulut Laura yang saat ini tengah melampiaskan emosi dengan cara mabuk.Laura hancur berkeping keping. Dikhianati bukanlah masalah sepele, menyakitkan dan sempat membuatnya putus asa untuk melanjutkan hidup."Selama tiga tahun aku menjalani hubungan denganmu, tetapi kenapa kamu melakukan semua ini padaku?" racau Laura yang semakin mabuk.Selang beberapa menit setelah menghubungi Kenie. Laura mendapatkan informasi tempat sesuai dengan permintaan pada sahabatnya tersebut.Laura berdiri, melangkah gontai menuju mobil yang terparkir di depan klub malam. Tidak! Dia tidak bisa menyetir dalam keadaan mabuk.Laura menghen
Steve berusaha membuka mata saat menyadari tidurnya terlalu pulas.Kedua mata yang masih terasa sepet harus dipaksa terbuka, karena hari ini dia memiliki jadwal pertemuan dengan Klien penting.Kepalanya terasa sakit efek minuman beralkohol yang diminumnya semalam."Sial. Aku mabuk berat semalam," gumamnya melihat ke bagian bawah tubuh.Ia terhenyak kaget saat mendapati dirinya tidak memakai benang sehelai pun.Kilasan tentang kejadian semalam terlintas samar samar, suara desahan dan lenguhan juga masih terngiang di telinga."Apa yang aku lakukan semalam?" Ia mencoba mengingat kejadian itu, tetapi semakin dipaksa otaknya semakin sulit untuk diandalkan.Ia menurunkan kedua kaki ke bawah ranjang lalu melihat ke belakang, ada bercak merah di atas seprai sisa dari pergumulan yang dilakukannya entah dengan siapa.Sejujurnya dia sama sekali tidak dapat mengingat siapa wanita yang melewati malam panas dengannya.Steve memukul kepalanya berkali-kali, menarik rambut dengan frustasi. "Bodoh!" um
Meski masih diselimuti rasa menyesal dan penasaran tentang siapa lelaki yang tidur dengannya di kamar Hotel, Laura tidak ingin meninggalkan pekerjaannya di dunia entertainment.Saat ini dia sedang melakukan syuting untuk mempromosikan merk makanan ringan terbaru.Dia adalah model iklan untuk produk tersebut.Selesai bekerja Laura mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga perjalanan panjang berakhir dengan cepat.Laura keluar dari mobil melangkah mendekati gedung hotel mewah di depannya."Aku harus secepatnya ke hotel itu. Aku yakin ada petunjuk untuk mengetahui siapa lelaki semalam," gumam Laura.Tidak mempedulikan mobilnya yang terparkir di sembarang tempat.Dia tidak memiliki waktu untuk menata mobil. Pikirannya kacau, gelisah dan takut karena karirnya sedang terancam.Ia takut karirnya meredup kalau sampai lelaki semalam mengatakan pada Media, mereka berdua pernah tidur bersama. Dia harus membungkam mulut lelaki itu.Laura mulai sedikit mengingat kalau semalam dia salah m
Tak ingin karir hancur karena skandal murahan dan tak ingin pertunangan dibatalkan, Steve masih mencari tahu siapa wanita yang tidur dengannya pada malam itu.Di dalam ruang kerjanya Steve masih memikirkan kejadian malam itu. Meskipun sampai detik ini tidak ada satu pun wanita yang datang meminta pertanggung jawaban darinya.Namun Steve tetap khawatir akan adanya bumerang di kemudian hari.Sebenarnya berita tentang skandal malam itu juga tidak pernah terdengar. Walau merasa sedikit bingung, tetapi dia bersyukur karena karirnya aman dari konspirasi murahan seperti itu.Steve tengah berbicara dengan orang kepercayaan sekaligus bodyguardnya yaitu Trand."Bagaimana kabar tentang informasi yang aku inginkan?" tanya Steve, meletakkan kedua tangan di atas meja."Sama sekali tidak ada berita tentang Anda, atau seseorang yang mencari informasi tentang diri Anda, Tuan," jelas Trand yang duduk di depan meja kerja sang CEO."Kamu yakin wanita itu tidak pernah datang lagi ke hotel Gemintang?" Stev
Tok Tok Tok! Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruang kerja Steve yang tengah sibuk berkutat dengan pekerjaan. "Masuk!" seru Steve sambil terus menatap laptop di depannya.Sekretaris cantik berjalan mendekati meja kerja bosnya lalu menarik kursi dan duduk. "Selamat pagi Pak Steve," sapanya ramah. "Hari ini Anda ada jadwal pertemuan dengan seorang artis cantik pendatang baru yang namanya sedang naik daun. Dia adalah Laura. Dia akan menjadi bintang untuk mengiklankan produk keluaran terbaru dari perusahaan Fusion." Sekretaris Steve merinci jadwal agenda harian bosnya. "Ada lagi?" tanya Steve hanya melirik sesaat lalu kembali fokus menatap layar laptopnya. "Hanya itu Pak." "Ya sudah. Kamu boleh keluar." "Baik Pak, saya permisi." Sekretaris itu keluar dari ruangan Steve setelah selesai memberitahu jadwal harian bosnya."Pagi Bu," sapa sekretaris Steve saat melihat seorang wanita menahan pintu yang hendak ditutup. Tak Tak Tak. Terdengar suara langkah kaki mendekati meja k
Diam-diam Steve melirik Laura lalu kembali fokus menyimak penjelasan yang dilakukan sekretarisnya. Sekertaris Steve tampak sangat detail menjelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh Laura, untuk memikat pembeli dan memasarkan produk keluaran terbaru dari perusahaan Fusion. Laura dan Yona menyimak penjelasan itu dengan tenang dan teliti. "Untuk memasarkan produk terbaru ini, ada beberapa iklan yang harus Anda bintangi. Bagaimana, Anda paham dengan kerja sama dengan perusahaan Fusion? Kontrak kerja Anda untuk menjadi Brand Ambassador produk kami adalah tiga bulan." Sekretaris Steve menjelaskan dengan rinci.Yona sebagai asisten Laura menganggukkan kepala pelan sama seperti Laura yang memahami semua pekerjaan yang akan dia ambil."Bagaimana, Lau, apa kamu mengerti?" tanya Yona memastikan. "Aku sudah mengerti," angguk Laura sambil mengelus perutnya. Pandang mata Yona beralih ke perut Laura, kecurigaannya semakin besar
Yona memegang bahu Laura. "Kamu kenapa? Sudah jangan dipikirkan ucapan Pak Steve tadi. Yang aku dengar, dia memang seperti itu. Dia itu tidak pernah berkenalan dengan yang namanya ramah dan bersikap baik pada orang lain. Apalagi pada orang yang baru dikenal seperti kita. Yang terpenting sekarang, kamu sudah resmi menjadi bintang iklan produk keluaran perusahaan terkenal itu. Karir-mu bisa semakin cemerlang kalau kamu bisa bekerja dengan baik.""Jangan dipikirkan soal sikap kurang ramah Pak Steve. Daripada kamu memikirkan yang tidak tidak, lebih baik kamu fokus saja dengan pekerjaan barumu dan persiapkan diri agar kamu bisa bekerja jauh lebih baik lagi," sambung Yona menguatkan. "Iya, kamu benar." Laura menghela napas panjang sambil meminum minuman di atas meja."Mungkin Pak Steve kelamaan jomblo jadi begitu," kekeh Yona. "Yang penting kan kamu udah dapat kontrak kerjasama. Sulit loh bekerja sama dengan perusahaan itu." "Iya aku tahu, tapi tetap
"Maaf Yona, aku belum bisa memberitahumu," jawab Laura lesu. Ia mengambil tas tenteng yang berada di atas meja lalu berdiri. "Kita pulang, aku lelah. Aku ingin pulang ke rumah orang tuaku."Yona menganggukkan kepala, mencoba mengerti dengan kondisi Laura saat ini. "Biar aku bawakan," katanya mengambil tas dari tangan Laura. Mereka keluar dari restoran menuju parkiran. Di lahan luas yang dipenuhi mobil mobil mewah itu, terparkir mobil Laura dan mereka pun masuk ke mobil.*Laura tiba di rumahnya orang tuanya untuk melihat keadaan sang ibu yang sakit. Kedatangannya disambut lirikan sinis Nikolas yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama Yeni, calon ibu tirinya."Ke mana saja kamu beberapa hari ini? Kamu tidak tahu Ibumu terus saja bertanya keberadaanmu?" sarkas Nikolas berdiri sambil berkacak pinggang. Laura menghembus napas berat. Baru saja bertemu dengan sang ayah, Laura sudah dibuat emosi dengan nada bicara a
Permintaan maaf Kristian disambut baik oleh Laura. Bahkan sudah lama wanita cantik itu memaafkan Kristian dan tidak pernah mengambil hati ucapan Kristian meski menyakitkan. "Steve, tidak salah memilih wanita secantik dan sebaik dirimu. Bahkan kamu bisa memaafkan Papa meski kesalahan Papa sangat fatal," ucap Kristian pada calon menantunya itu. Laura tersenyum. "Tidak perlu meminta maaf Pa, wajar kalau Papa ingin wanita yang terbaik untuk Steve karena dia adalah anak laki-laki Papa satu-satunya. Aku memaklumi itu dan aku tidak mempermasalahkannya. Aku sudah melupakan semua itu meski awalnya aku merasa sedih, karena Papa tidak menyetujui aku menjadi istri Steve tapi sekarang aku senang karena Papa sudah merestui kami menikah."Kristian tak kuasa menahan air matanya yang membasahi wajah, ia pun memeluk Laura erat. "Papa sangat setuju kamu menikah dengan anak Papa."Laura tersenyum lebar. "Terima kasih Pa."Kini kebahagiaan Laura sempurna, bukan hanya dia diterima menjadi menantu Kristia
Kristian tampak syok berat saat melihat Nikolas sudah berada di belakangnya. Nikolas datang bersama Grace istrinya. Nikolas adalah teman lama Kristian, sudah puluhan tahun mereka tidak bertemu dan sekarang adalah pertemuan pertama mereka setelah sekian lama. Namun, Kristian merasa tak enak hati karena dia sempat tidak menyetujui anaknya berhubungan dengan Laura anak dari Nikolas Karena permasalahan itu, Kristian menjadi tak bisa menyapa teman lamanya karena merasa jahat pada Nikolas dan Laura. Meski wajah Nikolas terlihat datar dan tidak menunjukkan kemarahan pada Kristian, tetapi Kristian tetap tidak bisa menegur Nikolas dan hanya menundukkan kepalanya menatap lantai. Nikolas dan Grace pun masuk ke kamar perawatan tempat Laura dirawat. Ia melihat Kristian yang justru tak mau menegurnya."Apa kabar? Kamu sudah lupa denganku Aku Nikolas teman lamamu. Kenapa kamu justru menundukkan kepala seperti itu apa kamu tidak ingat lagi denganku?" Nikolas memegang bahu Kristian.Bukannya menj
Kembali harus menelan kekecewaan karena semua rencananya gagal total, Yeni mulai menyusun rencana lain untuk menghancurkan keluarga Nikolas dan mengambil harta mantan calon suami itu. Namun, ia tidak memiliki uang untuk membayar jasa preman. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya meminta bantuan mantan suaminya yang tukang mabuk itu."Tommy, lelaki bodoh itu. Apa saja yang dia lakukan selama ini? Apa mungkin dia sudah memiliki rencana lain selain menculik Laura?" gumam Yeni. Ia mengambil ponsel yang tergeletak dari atas meja usang di ruang tengah rumah gubuknya. "Aku harus mencari penginapan untuk malam ini, karena sepertinya hujan akan turun. Aku tidak ingin kebasahan karena atap di rumah ini bocor," gumamnya sambil menekan nomor ponsel menghubungi Tommy. Tak berapa lama ... telepon darinya diterima oleh Tommy."Ada apa? Apa kamu merindukanku? Kamu ingin merasakan rudalku lagi? Sayangnya aku tidak tahu kamu berada di mana sekarang," raca
Steve menanti jawaban dari dokter yang menangani Laura, hatinya belum tenang. Justru semakin gelisah saat ia melihat raut wajah sendu dokter yang baru saja keluar dari ruangan pemeriksaan kandungan. Pertanyaan Steve belum dijawab oleh dokter tersebut, lalu Steve mengulangi pertanyaannya lagi, "Bagaimana kondisi istri dan bayi di kandungannya, Dok? Istri dan calon anak saya, baik baik saja kan?"Kali ini dokter menjawab pertanyaan Steve, "Kondisi kandungan istri Anda sangat lemah. Nyaris saja dia mengalami keguguran, andai saja dia terlambat mendapatkan penangan dari kami. Saya sarankan istri Anda melakukan bedrest total di rumah, jangan melakukan aktivitas apapun untuk beberapa bulan ke depan."Mendengar penjelasan dari dokter, perasaan Steve sedikit tenang. Ia menghela napas lega sambil mengucap syukur atas keselamatan anak dan calon istrinya. Namun, emosinya pada sang ayah belum reda. Dia masih ingin memberikan pelajaran pada ayahnya itu agar
"Gagal! Dia berhasil kabur. Aku gagal menculiknya. Wanita itu sangat gesit. Apa kamu tahu tempat lain yang biasa dia kunjungi? Kalau aku menculiknya di rumah sakit, bisa bisa aku menjadi amukan orang orang." "Aku tidak tahu ke mana saja dia pergi, atau kamu datangi saja apartemennya yang ada di pusat kota. Dia tinggal di Hotel bersama ibunya." "Oke, aku akan mendatangi rumah sakit itu." "Tunggu dulu, apa ada orang yang melihat aksimu tadi? Kamu bilang dia berhasil lari?" "Tidak ada. Dia lari saat melihatku. Aku juga tidak mengerti mengapa dia melakukan itu, apa mungkin instingnya sangat kuat sampai sampai dia tahu kalau aku ingin berbuat jahat?" "Entahlah. Mungkin saja yang ingin berbuat jahat padanya bukan hanya kamu. Seingatku ayah dari lelaki yang menghamilinya tidak menyetujui anaknya menikah dengan Laura mungkin dia juga berbuat jahat padanya." "Masuk akal." "Sebaiknya kamu pergi dari rumah sakit itu sebelum ada yang melihat." "Aku sudah tahu, aku sudah berada di angkot."
Setelah mengetahui rencana sang ayah yang ingin mencelakai kandungan Laura, Steve panik dan berlari keluar dari ruangan. Di ruang tengah rumahnya, Steve berpapasan dengan sang ibu, tetapi dia tidak bisa menjelaskan apapun karena terburu-buru. Yohana hanya menatap bingung pada anaknya yang panik. "Ada apa?" Steve terus berlari keluar dari rumahnya lalu masuk ke mobil."Kamu mau ke mana, Steve?" tanya Yohana mengejar anaknya ke halaman rumah.Steve tak menjawab, bahkan menatap ibunya saja tidak. Hal itu tentu menjadi pertanyaan besar bagi Yohana, mengingat Steve tidak pernah bersikap seperti itu padanya. Rasa penasaran menghantui hati wanita cantik itu, ia kembali berjalan cepat memasuki ruang menuju ruangan suaminya untuk bertanya ada apa sebenarnya.Apa mungkin Steve bertengkar dengan ayahnya sendiri? Deg!Sama seperti Steve tadi, wajah Kristian terlihat tegang saat keluar dari ruang kerjanya.
Setelah menjalani perawatan dan menemani Laura beberapa hari, Steve pulang ke rumah untuk menemui kedua orang tuanya."Ma, Mama," panggil Steve sambil menyapu pandang ke seluruh ruangan rumah mewah tersebut. "Mama.""Iya, Sayang," sahut Yohana menghampiri anaknya. "Ada apa? Kamu sudah pulang? Bagaimana dengan Laura? Apa dia sudah kembali ke rumahnya?"Steve masih mengedarkan pandangan. "Papa mana, Ma? Apa Papa ada di ruangannya? Bisa tolong panggil Papa sebentar? Aku ingin bicara dengannya.""Lebih baik kamu ke ruangan Papa, Mama tidak yakin Papa mau menemuimu di sini." Steve menganggukkan kepala lalu berjalan menuju ruangan sang ayah. "Pa, aku ingin bicara," kata Steve saat melihat ayahnya di ruang kerja. "Duduk, Papa juga ingin bicara denganmu," kata Kristian menunjuk kursi di depannya.Steve duduk di depan sang ayah. "Aku yang lebih dulu bicara," tegasnya. "Okey, bicaralah," angguk Kristian melet
Sementara itu di tempat berbeda, Kristian tengah duduk termenung di ruang kerjanya sambil memikirkan hubungan sang anak dengan artis pendatang baru itu. Ia tidak pernah setuju anaknya menjalin hubungan dengan wanita miskin seperti Laura."Aku tidak ingin tahu pokoknya kalian harus bisa mengugurkan kandungan Laura, agar anakku tidak memiliki alasan lagi untuk menikahi wanita mu-rahan itu. Aku tidak sudi memiliki menantu miskin dan hanya berprofesi sebagai seorang artis kelas rendahan sepertinya," titah Kristian pada orang kepercayaan. "Baik Tuan, kami akan melakukan tugas yang Tuan perintahkan dengan baik," ucap anak buahnya. "Bagus, jalankan semua rencana dengan mulus. Aku akan menambah bayaran sesuai dengan pekerjaan kalian. Pokoknya, jangan sampai ada yang tahu tentang rencana ini.""Baik Tuan. Semua rahasia Tuan aman di tangan kami, dan kami akan melakukan pekerjaan kami dengan sebaik mungkin.""Bagus. Aku suka dengan cara kerja kali
Steve memperkenalkan diri dengan sopan sambil tersenyum hangat. Melihat kedatangan Laura dan Steve Nikolas tertegun pun dengan Grace yang tak berkedip. Tak lama Grace berdiri sambil tersenyum menyambut kedatangan Steve. "Kamu lelaki yang bernama Steve?" Grace mengulurkan tangannya pada lelaki tampan itu. "Iya, saya Steve. Maaf karena saya baru datang menemui kedua orang tua Laura karena sebenarnya .... " Steve menggantung ucapannya, tidak tahu ingin menjelaskan apa. "Mama sudah mendengar semuanya dari Laura. Tidak ada yang perlu di salahkan. Yang terpenting sekarang kamu mau untuk bertanggung jawab atas kehamilan Laura," senyum Grace. Sikap ramah dan hangat Grace itu berbanding terbaik dengan Nikolas yang menatap Steve tajam. "Tapi Papa belum tahu cerita awalnya. Tolong jelaskan pada Papa semuanya. Dari awal sampai akhir," kata Nikolas d