"Lau, kekasihmu selingkuh."
Laura terdiam mematung saat baru saja menerima telepon dari teman dekatnya tentang Lucas--kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama tiga tahun terakhir."Lau. Laura, kamu mendengarku? Coba kamu cek foto yang aku kirim. Saat ini Lucas ada di Klub Malam Joice. Dia sedang bersama wanita, yang sepertinya teman kuliahnya. Aku pernah melihat wanita itu di Universitas yang sama dengan Lucas."Laura masih diam membisu. Ia membuka chat yang dikirim oleh sahabatnya, melihat foto foto kemesraan Lucas dengan seorang wanita cantik.Reflek ponsel terlepas dari tangan. "Brengsek kamu Lucas!" umpat Laura menahan emosi yang terasa membuncah."Sabar Lau, kalau kamu membutuhkan teman untuk bercerita, aku siap mendengarkan.""Terima kasih," ucap Laura lalu mengakhiri panggilan.Laura mengambil kunci mobil dan memasukkan ponsel ke dalam tas tentengnya.Ia keluar dari kamar di dalam apartemen."Kamu mau ke mana?" tanya Yona yang tak lain adalah asisten pribadi Laura.Ya, Laura adalah artis pendatang baru. Dia memutuskan untuk terjun ke dunia entertainment karena dia merasa memiliki bakat di bidang tersebut.Wajah cantik, bentuk tubuh indah dan dia pandai berakting. Semua kriteria untuk menjadi selebriti ada padanya."Lau? Kamu mau ke mana?" ulang Yona.Laura menghentikan langkah kaki lalu menjawab, "Aku ada urusan sebentar.""Ingat Lau, jaga reputasimu sebagai selebriti pendatang baru. Jangan sampai kamu kehilangan karir yang sudah kamu bangun susah payah.""Iya." Laura keluar dari apartemen.**Suasana di dalam klub malam itu terasa sangat hidup.Alunan musik yang menghentak keras bergema di seluruh ruangan, membuat jantung berdegup kencang seiring dengan irama.Laura tak bisa mengalihkan pandangan dari para pengunjung yang menari dengan penuh semangat.Tubuh mereka meliuk-liukkan indah, tak kalah dengan suara alunan musik yang membangkitkan energi di dalam diri.Kepala mereka bergerak ke sana-kemari, seolah ingin menegaskan bahwa malam itu adalah malam yang tak terlupakan."Di mana lelaki brengsek itu," gumam Laura sambil mencoba mengendalikan amarah yang meluap-luap karena mengingat informasi dari seseorang sebelum dia datang ke klub malam itu.Di tengah euforia yang menyelimuti klub malam, pikirannya terbelengu oleh rasa benci dan kekecewaan yang sama kuat.Sanggupkah dia menyimpan amarah yang membuncah ini ataukah sudah saatnya dia menghadapinya?Semoga saja, di tengah kegilaan ini, aku masih mampu untuk menentukan langkah yang paling bijaksana, pikirnya.Laura melangkah perlahan memasuki klub malam yang penuh dan sesak, perasaannya bercampur aduk mencari keberadaan Lucas--kekasihnya yang ia duga sedang berselingkuh dengan wanita lain.Ia terus berjalan menelusuri tiap sudut ruangan, dadanya berdegup kencang, kesabaran terasa semakin tipis oleh amarah yang menguar dalam hatinya.Merasa muak dengan kecurigaan dan pikiran yang tak henti-henti membayangkan kegagalan hubungan mereka dan rasa sakit yang mungkin harus ia rasakan.'Apa aku saja tidak cukup untuknya? Apa yang terjadi jika aku benar benar menemukan mereka sedang berdua di dalam kamar? Haruskah aku mencari kepastian seperti ini atau membiarkan segalanya berakhir begini saja?' tanyanya dalam hati.Sejujurnya ia sedikit ragu untuk menjalani risiko yang mungkin mengecewakan.Namun, langkah kakinya tidak berhenti bergerak, semakin dekat dengan kebenaran yang ingin ia ungkap, tidak peduli betapa hancurnya perasaan yang mungkin menanti.Bukan hanya sekali atau dua kali, Laura mendengar kabar tentang perselingkuhan yang dilakukan kekasihnya.Hatinya bergetar saat ia berpikir tentang segala luka yang akan ia dapat jika ia terus berharap kejujuran dari Lucas. Namun, kali ini Laura bertekad untuk membuktikannya sendiri dan ingin melihat apa yang Lucas perbuat dengan mata kepalanya sendiri.'Sudah tidak sanggup lagi aku menanggung rasa sakit ini,' gumam Laura di dalam hatinya. "Lucas! Bre-ngsek kamu!"Laura mengatur napas yang kian terasa sesak karena merasakan sakit teramat sangat."Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, meskipun itu akan menyakitkan. Setidaknya aku bisa mengambil langkah terbaik untuk masa depanku, apakah itu bersama atau meninggalkan Lucas."Di tengah keputusasaannya, Laura berusaha untuk tetap tegar menghadapi kenyataan pahit yang mungkin harus ia hadapi.Namun satu keyakinan tetap menguat di dalam dirinya: bahwa ia harus menemukan kebenaran tersebut untuk bisa memutuskan masa depan yang lebih baik untuk dirinya.Langkah kaki Laura terhenti di depan sebuah kamar di dalam klub malam tersebut.Dari balik pintu, ia mendengar suara samar-samar desahan dan lenguhan yang bergantian."Lucas. Uummm! Jangan nakal. Sudah.""Aku menyukai ini, Sayang. Sangat nik-mat. Boleh kan aku melakukannya denganmu setiap hari?""Umm. Boleh. Sangat boleh."Dada Laura semakin sesak saat ia menyadari bahwa itu adalah suara Lucas--kekasihnya yang sedang berbicara dengan seorang wanita.'Apa yang sedang terjadi di sana? Apakah benar apa yang dibicarakan orang orang tentang Lucas?' batin Laura.Dia mencoba menenangkan diri dan mengambil napas dalam-dalam, berusaha keras untuk tidak membayangkan adegan yang terjadi di balik pintu.Namun, semakin ia mencoba menahan diri, semakin larut juga bayangan menakutkan itu melintas di benaknya.Air mata mulai mengalir deras, seolah ingin membuang segala rasa sakit yang menghancurkan hatinya."Sialan! Beraninya Lucas berselingkuh padahal dia sudah berjanji akan menikahiku," gumamnya dengan emosi memenuhi rongga dada.Satu langkah lagi untuk memergoki kekasihnya dan wanita itu. Namun, langkah yang diambil semakin membuat hatinya tercabik-cabik oleh ketakutan akan kebenaran yang akan dihadapi."Breng-sek kamu Lucas!" umpat Laura lalu membuka pintu kamar di dalam klub malam tersebut.Benar saja apa kata sahabatnya, kalau Lucas memang sedang memadu kasih dengan seorang wanita.Keduanya terlihat shock melihat kedatangan Laura. Dengan cepat Lucas menarik selimut untuk menutupi tubuh polos wanita di atas ranjang.Tanpa ada rasa malu, Lucas turun dari tempat tidur lalu mendekati Laura."Bren-gsek kamu!" hardik Laura tak memperdulikan matanya terkontaminasi oleh pemandangan menjijikkan di depannya."Semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Lau. Aku bisa menjelaskannya," kata Lucas melangkah mendekati Laura."Pakai pakaianmu. Kamu pikir aku wanita bodoh? Hanya karena aku menolak untuk melakukan hub-ungan denganmu, lalu kamu melampiaskan semuanya dan tidur dengan wanita murahan itu," cecar Laura menunjuk wajah Lucas.Wanita berwajah oval tersebut melirik wanita yang tengah tersenyum di atas ranjang."Kamu sadar kan kalau aku butuh kehangatan? Lalu kenapa kamu mempermasalahkan ini? Kita akan tetap menikah."Tanpa rasa malu Lucas mengatakan niatnya untuk menikahi Laura."Dasar lelaki bren-gsek!" amuk Laura lalu berlari keluar dari kamar.Lucas menarik rambut frustasi. "Ugghhh!" teriaknya."Sudahlah, toh dia juga tidak mau memberimu kenikmatan. Untuk apa dipertahankan?" ucap wanita di atas ranjang.Lucas menghela napas kasar. "Dia pikir dia bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih tampan dariku? Cih! Kita lihat saja, aku pastikan kamu akan mengemis dan meminta untuk kembali padaku."Lucas kembali ke tempat tidur, melanjutkan kegiatan yang tertunda beberapa menit lalu."Lucas. Aku sangat menyukai permainanmu ini," racau wanita di ba-wah kungkungan Lucas."Hanya wanita bodoh yang menolak ajakanku untuk bercinta.""Kamu yakin ingin melakukan itu?" tanya Kenie sahabat dekat Laura saat Laura menangis di dalam sambungan telepon. "Pikirkan lagi Lau, jangan sampai kamu menyesal.""Aku yakin, tolong pesankan saja. Aku tunggu kabarnya." Laura mengakhiri panggilan lalu kembali menikmati minuman beralkohol di depannya. "Brengsek! Brengsek kamu Lucas!"Sering kali kata kata kasar itu keluar dari mulut Laura yang saat ini tengah melampiaskan emosi dengan cara mabuk.Laura hancur berkeping keping. Dikhianati bukanlah masalah sepele, menyakitkan dan sempat membuatnya putus asa untuk melanjutkan hidup."Selama tiga tahun aku menjalani hubungan denganmu, tetapi kenapa kamu melakukan semua ini padaku?" racau Laura yang semakin mabuk.Selang beberapa menit setelah menghubungi Kenie. Laura mendapatkan informasi tempat sesuai dengan permintaan pada sahabatnya tersebut.Laura berdiri, melangkah gontai menuju mobil yang terparkir di depan klub malam. Tidak! Dia tidak bisa menyetir dalam keadaan mabuk.Laura menghen
Steve berusaha membuka mata saat menyadari tidurnya terlalu pulas.Kedua mata yang masih terasa sepet harus dipaksa terbuka, karena hari ini dia memiliki jadwal pertemuan dengan Klien penting.Kepalanya terasa sakit efek minuman beralkohol yang diminumnya semalam."Sial. Aku mabuk berat semalam," gumamnya melihat ke bagian bawah tubuh.Ia terhenyak kaget saat mendapati dirinya tidak memakai benang sehelai pun.Kilasan tentang kejadian semalam terlintas samar samar, suara desahan dan lenguhan juga masih terngiang di telinga."Apa yang aku lakukan semalam?" Ia mencoba mengingat kejadian itu, tetapi semakin dipaksa otaknya semakin sulit untuk diandalkan.Ia menurunkan kedua kaki ke bawah ranjang lalu melihat ke belakang, ada bercak merah di atas seprai sisa dari pergumulan yang dilakukannya entah dengan siapa.Sejujurnya dia sama sekali tidak dapat mengingat siapa wanita yang melewati malam panas dengannya.Steve memukul kepalanya berkali-kali, menarik rambut dengan frustasi. "Bodoh!" um
Meski masih diselimuti rasa menyesal dan penasaran tentang siapa lelaki yang tidur dengannya di kamar Hotel, Laura tidak ingin meninggalkan pekerjaannya di dunia entertainment.Saat ini dia sedang melakukan syuting untuk mempromosikan merk makanan ringan terbaru.Dia adalah model iklan untuk produk tersebut.Selesai bekerja Laura mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga perjalanan panjang berakhir dengan cepat.Laura keluar dari mobil melangkah mendekati gedung hotel mewah di depannya."Aku harus secepatnya ke hotel itu. Aku yakin ada petunjuk untuk mengetahui siapa lelaki semalam," gumam Laura.Tidak mempedulikan mobilnya yang terparkir di sembarang tempat.Dia tidak memiliki waktu untuk menata mobil. Pikirannya kacau, gelisah dan takut karena karirnya sedang terancam.Ia takut karirnya meredup kalau sampai lelaki semalam mengatakan pada Media, mereka berdua pernah tidur bersama. Dia harus membungkam mulut lelaki itu.Laura mulai sedikit mengingat kalau semalam dia salah m
Tak ingin karir hancur karena skandal murahan dan tak ingin pertunangan dibatalkan, Steve masih mencari tahu siapa wanita yang tidur dengannya pada malam itu.Di dalam ruang kerjanya Steve masih memikirkan kejadian malam itu. Meskipun sampai detik ini tidak ada satu pun wanita yang datang meminta pertanggung jawaban darinya.Namun Steve tetap khawatir akan adanya bumerang di kemudian hari.Sebenarnya berita tentang skandal malam itu juga tidak pernah terdengar. Walau merasa sedikit bingung, tetapi dia bersyukur karena karirnya aman dari konspirasi murahan seperti itu.Steve tengah berbicara dengan orang kepercayaan sekaligus bodyguardnya yaitu Trand."Bagaimana kabar tentang informasi yang aku inginkan?" tanya Steve, meletakkan kedua tangan di atas meja."Sama sekali tidak ada berita tentang Anda, atau seseorang yang mencari informasi tentang diri Anda, Tuan," jelas Trand yang duduk di depan meja kerja sang CEO."Kamu yakin wanita itu tidak pernah datang lagi ke hotel Gemintang?" Stev
Tok Tok Tok! Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruang kerja Steve yang tengah sibuk berkutat dengan pekerjaan. "Masuk!" seru Steve sambil terus menatap laptop di depannya.Sekretaris cantik berjalan mendekati meja kerja bosnya lalu menarik kursi dan duduk. "Selamat pagi Pak Steve," sapanya ramah. "Hari ini Anda ada jadwal pertemuan dengan seorang artis cantik pendatang baru yang namanya sedang naik daun. Dia adalah Laura. Dia akan menjadi bintang untuk mengiklankan produk keluaran terbaru dari perusahaan Fusion." Sekretaris Steve merinci jadwal agenda harian bosnya. "Ada lagi?" tanya Steve hanya melirik sesaat lalu kembali fokus menatap layar laptopnya. "Hanya itu Pak." "Ya sudah. Kamu boleh keluar." "Baik Pak, saya permisi." Sekretaris itu keluar dari ruangan Steve setelah selesai memberitahu jadwal harian bosnya."Pagi Bu," sapa sekretaris Steve saat melihat seorang wanita menahan pintu yang hendak ditutup. Tak Tak Tak. Terdengar suara langkah kaki mendekati meja k
Diam-diam Steve melirik Laura lalu kembali fokus menyimak penjelasan yang dilakukan sekretarisnya. Sekertaris Steve tampak sangat detail menjelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh Laura, untuk memikat pembeli dan memasarkan produk keluaran terbaru dari perusahaan Fusion. Laura dan Yona menyimak penjelasan itu dengan tenang dan teliti. "Untuk memasarkan produk terbaru ini, ada beberapa iklan yang harus Anda bintangi. Bagaimana, Anda paham dengan kerja sama dengan perusahaan Fusion? Kontrak kerja Anda untuk menjadi Brand Ambassador produk kami adalah tiga bulan." Sekretaris Steve menjelaskan dengan rinci.Yona sebagai asisten Laura menganggukkan kepala pelan sama seperti Laura yang memahami semua pekerjaan yang akan dia ambil."Bagaimana, Lau, apa kamu mengerti?" tanya Yona memastikan. "Aku sudah mengerti," angguk Laura sambil mengelus perutnya. Pandang mata Yona beralih ke perut Laura, kecurigaannya semakin besar
Yona memegang bahu Laura. "Kamu kenapa? Sudah jangan dipikirkan ucapan Pak Steve tadi. Yang aku dengar, dia memang seperti itu. Dia itu tidak pernah berkenalan dengan yang namanya ramah dan bersikap baik pada orang lain. Apalagi pada orang yang baru dikenal seperti kita. Yang terpenting sekarang, kamu sudah resmi menjadi bintang iklan produk keluaran perusahaan terkenal itu. Karir-mu bisa semakin cemerlang kalau kamu bisa bekerja dengan baik.""Jangan dipikirkan soal sikap kurang ramah Pak Steve. Daripada kamu memikirkan yang tidak tidak, lebih baik kamu fokus saja dengan pekerjaan barumu dan persiapkan diri agar kamu bisa bekerja jauh lebih baik lagi," sambung Yona menguatkan. "Iya, kamu benar." Laura menghela napas panjang sambil meminum minuman di atas meja."Mungkin Pak Steve kelamaan jomblo jadi begitu," kekeh Yona. "Yang penting kan kamu udah dapat kontrak kerjasama. Sulit loh bekerja sama dengan perusahaan itu." "Iya aku tahu, tapi tetap
"Maaf Yona, aku belum bisa memberitahumu," jawab Laura lesu. Ia mengambil tas tenteng yang berada di atas meja lalu berdiri. "Kita pulang, aku lelah. Aku ingin pulang ke rumah orang tuaku."Yona menganggukkan kepala, mencoba mengerti dengan kondisi Laura saat ini. "Biar aku bawakan," katanya mengambil tas dari tangan Laura. Mereka keluar dari restoran menuju parkiran. Di lahan luas yang dipenuhi mobil mobil mewah itu, terparkir mobil Laura dan mereka pun masuk ke mobil.*Laura tiba di rumahnya orang tuanya untuk melihat keadaan sang ibu yang sakit. Kedatangannya disambut lirikan sinis Nikolas yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama Yeni, calon ibu tirinya."Ke mana saja kamu beberapa hari ini? Kamu tidak tahu Ibumu terus saja bertanya keberadaanmu?" sarkas Nikolas berdiri sambil berkacak pinggang. Laura menghembus napas berat. Baru saja bertemu dengan sang ayah, Laura sudah dibuat emosi dengan nada bicara a