Permintaan maaf Kristian disambut baik oleh Laura. Bahkan sudah lama wanita cantik itu memaafkan Kristian dan tidak pernah mengambil hati ucapan Kristian meski menyakitkan. "Steve, tidak salah memilih wanita secantik dan sebaik dirimu. Bahkan kamu bisa memaafkan Papa meski kesalahan Papa sangat fatal," ucap Kristian pada calon menantunya itu. Laura tersenyum. "Tidak perlu meminta maaf Pa, wajar kalau Papa ingin wanita yang terbaik untuk Steve karena dia adalah anak laki-laki Papa satu-satunya. Aku memaklumi itu dan aku tidak mempermasalahkannya. Aku sudah melupakan semua itu meski awalnya aku merasa sedih, karena Papa tidak menyetujui aku menjadi istri Steve tapi sekarang aku senang karena Papa sudah merestui kami menikah."Kristian tak kuasa menahan air matanya yang membasahi wajah, ia pun memeluk Laura erat. "Papa sangat setuju kamu menikah dengan anak Papa."Laura tersenyum lebar. "Terima kasih Pa."Kini kebahagiaan Laura sempurna, bukan hanya dia diterima menjadi menantu Kristia
"Lau, kekasihmu selingkuh."Laura terdiam mematung saat baru saja menerima telepon dari teman dekatnya tentang Lucas--kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama tiga tahun terakhir."Lau. Laura, kamu mendengarku? Coba kamu cek foto yang aku kirim. Saat ini Lucas ada di Klub Malam Joice. Dia sedang bersama wanita, yang sepertinya teman kuliahnya. Aku pernah melihat wanita itu di Universitas yang sama dengan Lucas."Laura masih diam membisu. Ia membuka chat yang dikirim oleh sahabatnya, melihat foto foto kemesraan Lucas dengan seorang wanita cantik.Reflek ponsel terlepas dari tangan. "Brengsek kamu Lucas!" umpat Laura menahan emosi yang terasa membuncah."Sabar Lau, kalau kamu membutuhkan teman untuk bercerita, aku siap mendengarkan.""Terima kasih," ucap Laura lalu mengakhiri panggilan.Laura mengambil kunci mobil dan memasukkan ponsel ke dalam tas tentengnya.Ia keluar dari kamar di dalam apartemen."Kamu mau ke mana?" tanya Yona yang tak lain adalah asisten pribadi Laura.
"Kamu yakin ingin melakukan itu?" tanya Kenie sahabat dekat Laura saat Laura menangis di dalam sambungan telepon. "Pikirkan lagi Lau, jangan sampai kamu menyesal.""Aku yakin, tolong pesankan saja. Aku tunggu kabarnya." Laura mengakhiri panggilan lalu kembali menikmati minuman beralkohol di depannya. "Brengsek! Brengsek kamu Lucas!"Sering kali kata kata kasar itu keluar dari mulut Laura yang saat ini tengah melampiaskan emosi dengan cara mabuk.Laura hancur berkeping keping. Dikhianati bukanlah masalah sepele, menyakitkan dan sempat membuatnya putus asa untuk melanjutkan hidup."Selama tiga tahun aku menjalani hubungan denganmu, tetapi kenapa kamu melakukan semua ini padaku?" racau Laura yang semakin mabuk.Selang beberapa menit setelah menghubungi Kenie. Laura mendapatkan informasi tempat sesuai dengan permintaan pada sahabatnya tersebut.Laura berdiri, melangkah gontai menuju mobil yang terparkir di depan klub malam. Tidak! Dia tidak bisa menyetir dalam keadaan mabuk.Laura menghen
Steve berusaha membuka mata saat menyadari tidurnya terlalu pulas.Kedua mata yang masih terasa sepet harus dipaksa terbuka, karena hari ini dia memiliki jadwal pertemuan dengan Klien penting.Kepalanya terasa sakit efek minuman beralkohol yang diminumnya semalam."Sial. Aku mabuk berat semalam," gumamnya melihat ke bagian bawah tubuh.Ia terhenyak kaget saat mendapati dirinya tidak memakai benang sehelai pun.Kilasan tentang kejadian semalam terlintas samar samar, suara desahan dan lenguhan juga masih terngiang di telinga."Apa yang aku lakukan semalam?" Ia mencoba mengingat kejadian itu, tetapi semakin dipaksa otaknya semakin sulit untuk diandalkan.Ia menurunkan kedua kaki ke bawah ranjang lalu melihat ke belakang, ada bercak merah di atas seprai sisa dari pergumulan yang dilakukannya entah dengan siapa.Sejujurnya dia sama sekali tidak dapat mengingat siapa wanita yang melewati malam panas dengannya.Steve memukul kepalanya berkali-kali, menarik rambut dengan frustasi. "Bodoh!" um
Meski masih diselimuti rasa menyesal dan penasaran tentang siapa lelaki yang tidur dengannya di kamar Hotel, Laura tidak ingin meninggalkan pekerjaannya di dunia entertainment.Saat ini dia sedang melakukan syuting untuk mempromosikan merk makanan ringan terbaru.Dia adalah model iklan untuk produk tersebut.Selesai bekerja Laura mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga perjalanan panjang berakhir dengan cepat.Laura keluar dari mobil melangkah mendekati gedung hotel mewah di depannya."Aku harus secepatnya ke hotel itu. Aku yakin ada petunjuk untuk mengetahui siapa lelaki semalam," gumam Laura.Tidak mempedulikan mobilnya yang terparkir di sembarang tempat.Dia tidak memiliki waktu untuk menata mobil. Pikirannya kacau, gelisah dan takut karena karirnya sedang terancam.Ia takut karirnya meredup kalau sampai lelaki semalam mengatakan pada Media, mereka berdua pernah tidur bersama. Dia harus membungkam mulut lelaki itu.Laura mulai sedikit mengingat kalau semalam dia salah m
Tak ingin karir hancur karena skandal murahan dan tak ingin pertunangan dibatalkan, Steve masih mencari tahu siapa wanita yang tidur dengannya pada malam itu.Di dalam ruang kerjanya Steve masih memikirkan kejadian malam itu. Meskipun sampai detik ini tidak ada satu pun wanita yang datang meminta pertanggung jawaban darinya.Namun Steve tetap khawatir akan adanya bumerang di kemudian hari.Sebenarnya berita tentang skandal malam itu juga tidak pernah terdengar. Walau merasa sedikit bingung, tetapi dia bersyukur karena karirnya aman dari konspirasi murahan seperti itu.Steve tengah berbicara dengan orang kepercayaan sekaligus bodyguardnya yaitu Trand."Bagaimana kabar tentang informasi yang aku inginkan?" tanya Steve, meletakkan kedua tangan di atas meja."Sama sekali tidak ada berita tentang Anda, atau seseorang yang mencari informasi tentang diri Anda, Tuan," jelas Trand yang duduk di depan meja kerja sang CEO."Kamu yakin wanita itu tidak pernah datang lagi ke hotel Gemintang?" Stev
Tok Tok Tok! Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruang kerja Steve yang tengah sibuk berkutat dengan pekerjaan. "Masuk!" seru Steve sambil terus menatap laptop di depannya.Sekretaris cantik berjalan mendekati meja kerja bosnya lalu menarik kursi dan duduk. "Selamat pagi Pak Steve," sapanya ramah. "Hari ini Anda ada jadwal pertemuan dengan seorang artis cantik pendatang baru yang namanya sedang naik daun. Dia adalah Laura. Dia akan menjadi bintang untuk mengiklankan produk keluaran terbaru dari perusahaan Fusion." Sekretaris Steve merinci jadwal agenda harian bosnya. "Ada lagi?" tanya Steve hanya melirik sesaat lalu kembali fokus menatap layar laptopnya. "Hanya itu Pak." "Ya sudah. Kamu boleh keluar." "Baik Pak, saya permisi." Sekretaris itu keluar dari ruangan Steve setelah selesai memberitahu jadwal harian bosnya."Pagi Bu," sapa sekretaris Steve saat melihat seorang wanita menahan pintu yang hendak ditutup. Tak Tak Tak. Terdengar suara langkah kaki mendekati meja k
Diam-diam Steve melirik Laura lalu kembali fokus menyimak penjelasan yang dilakukan sekretarisnya. Sekertaris Steve tampak sangat detail menjelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh Laura, untuk memikat pembeli dan memasarkan produk keluaran terbaru dari perusahaan Fusion. Laura dan Yona menyimak penjelasan itu dengan tenang dan teliti. "Untuk memasarkan produk terbaru ini, ada beberapa iklan yang harus Anda bintangi. Bagaimana, Anda paham dengan kerja sama dengan perusahaan Fusion? Kontrak kerja Anda untuk menjadi Brand Ambassador produk kami adalah tiga bulan." Sekretaris Steve menjelaskan dengan rinci.Yona sebagai asisten Laura menganggukkan kepala pelan sama seperti Laura yang memahami semua pekerjaan yang akan dia ambil."Bagaimana, Lau, apa kamu mengerti?" tanya Yona memastikan. "Aku sudah mengerti," angguk Laura sambil mengelus perutnya. Pandang mata Yona beralih ke perut Laura, kecurigaannya semakin besar