Share

 Direndahkan Mertua
Direndahkan Mertua
Author: Maey Angel

bab 1

“Tagihan apa lagi ini?” teriak Yogi.

Yogi melempar kertas tagihan yang diterimanya ke hadapan Susi dengan kasar. Bahkan saking kerasnya sampai membuat Susi kaget dan tak habis pikir dengan kebiasaan suaminya yang selalu marah ketika dia minta uang untuk membayar tagihan yang harus dibayarkan.

“Itu tagihan Wifi, Mas. Mas sendiri yang kekeh pasang saat itu, ini tagihannya,” jawab Susi.

“Kan aku hanya bilang ingin, kenapa langsung ada kertas tagihannya tanpa aku tahu pemakaiannya? Lagian selama ini aku pakai kuota biasa. Kamu yang pakai berarti kamu yang bayar!”

Wanita yang sudah dinikahi selama 5 tahun itu hanya bisa menghela nafas panjang, karena uang bulanan yang dia dapatkan selalu memiliki nominal yang sama, bahkan jika ada tagihan dengan nominal lain dan banyak dia harus menambahkan sendiri.

"Mas, aku uang dari mana? Tiap hari jatah selalu tombok, bukannya cukup dan bisa nabung, ini malah jadi tombok.”

“Ah, nggak usah perhitungan jadi istri. Kita kan belum ada banyak tanggungan dan kamu juga aku lihat ada sampingan kerja, jadi sudah pakai yang ada saja untuk cukupi kebutuhan di rumah. Penghasilanku tidak seberapa dan kamu harus ngirit biar kita bisa bertahan hidup lebih lama."

"Tapi, Mas, kerja jadi buruh cuci gosok itu gak besar. Gak akan cukup kalau gini."

"Bersyukur. Nanti berkah rezekinya, uang suami dan istri sama aja lah. Gak usah sombong!" ucap Yogi berlalu pergi.

Yogi adalah seorang pengusaha makanan. Meskipun sudah menjadi punya usaha sendiri tetapi gaya hidupnya benar-benar tidak bisa ditiru oleh orang-orang yang sudah berumah tangga. Orangnya sungguh perhitungan, apalagi jika sudah menyangkut tentang biaya sehari hari rumah tangganya.

Yogi terlihat baik di mata orang. Jika dilihat dari segi bertanggung jawab dia memang tidak pernah mengabaikan untuk memberi nafkah keluarga dan kedua orang tuanya tetapi untuk segi kecukupan, Susi merasa sangat tertekan dengan sikap suaminya yang benar-benar sangat hemat.

Pemberian yang hanya beberapa ribu saja diberikan oleh Yogi untuk Susi setiap minggunya. Tentu itu di luar jatah belanja karena Yogi selalu memberikan jatah belanja pada ibunya, semua barang-barang kebutuhan rumah sudah terpenuhi dan itu adalah uang yang diberikan untuk pegangan Susi. Kadang digunakan Susi untuk kondangan atau iuran mendadak yang ditarik oleh pihak RT atau pembelian barang-barang kebutuhan pribadinya seperti pembalut atau bedak. Beruntung ada yang masih mempercayakan dia sebagai buruh cuci, membuat dia benar benar bisa memiliki sampingan untuk membeli keperluan mendadaknya.

Yogi bersiap kerja. Susi membantu mengemasi. Begitu setiap hari. Meski kesal karena tak memberikan uang tagihan, tapi Susi berusaha melakukan kewajibannya setiap hari.

“Kalau Ibu ke sini, jangan dijudesin. Kemarin ngadu, kamu nggak kasih makan Ibu dan malah disimpen di kamar semua,” celetuk Yogi.

Susi diam saja. Dia sedang jengkel dan malas menanggapi, dia memilih melanjutkan saja aktivitasnya.

“Kamu dengar, Dek?” tanya Yogi.

“Hm,” dehem Susi malas.

“Ibu itu sudah tua, kalau bukan Mas yang ngurus Ibu, siapa lagi? Di sini, Mas yang masih jagain. Kakak yang lain sibuk kerja di luar kota, mengertilah,” ucap Yogi.

Susi lagi lagi tak menjawab. Rasa dongkol itu membuat dia mendadak kehilangan mood berbincang.

Merasa didiamkan, Yogi pun kesal sendiri. Dia menaiki motor yang sudah siap berangkat ke kedai, lalu menengok pada Susi yang masih membersihkan lantai bekas dia gunakan berkemas tadi.

“Mukanya gak usah asem gitu! Minta sama Ibu buat uang tagihan tadi, Mas lagi gak ada duit,” ucap Yogi.

“Gak usah! Kalau Mas ada, kasihkan. Kalau nggak ada, ya udah. Biarin dicabut aja! Lagian, Susi juga gak begitu butuh wifi. Numpang sama tetangga aja bisa, GERATIS!”

Setelah mengatakan itu, Susi masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Terlihat tidak sopan tapi memang keadaan keduanya sedang bertengkar saat ini dan akan seperti ini dalam beberapa hari ke depan.

Marni datang menggedor pintu dengan keras. Dia datang dengan menggendong sesuatu yang dapat Susi lihat dari dalam kamarnya. Gegas dia turun dan membukakan pintu.

"Ngapain saja sih? Lama banget!" sungut Marni.

“Ada apa, Bu?” tanya Susi.

“Ini, Ibu nitip beras. Mulai besok, Ibu makan di sini. Nanti lauknya kamu yang bikin, uangnya minta sama Yogi.”

“Hah? Nggak salah, Bu?” tanya Susi kaget.

“Ya nggak salah lah. Seharusnya sih memang anak laki laki yang kasih makan ibunya, apalagi ibunya janda dan dia anak laki laki satu satunya. Udah, Ibu mau tidur di sini mulai sekarang. Siapkan kamarnya sih!”

Marni langsung menerobos saja tanpa melihat keadaan rumah tangga Susi yang saat ini sedang tak baik baik saja.

“Anak anak Ibu tahu nggak Ibu di sini?” tanya Susi.

“Gampang, mereka nggak bakalan protes. Malah seneng,” ucap Marni.

“Masa sih? Tapi di sini nggak seenak di rumah anak anak Ibu yang kaya itu.”

“Sama saja, asal kamu nggak banyak ngebantah Ibu saja. Kamar sudah siap?”

Susi tak lagi bicara dan menyiapkan kamar kosong yang biasanya memang untuk menginap tamu. Dia pun membantu ibu mertuanya beberes pakaian lalu ke dapur untuk memasak.

“Mau masak apa?” tanya Marni.

“Masak apa aja, Ibu nggak ada pantangan makan kan ya? Susi mau makan sayur lodeh.”

“Jangan lodeh, itu santan. Ibu gak bisa makan yang bersantan, KOLESTEROL,” jawab Marni.

“Maunya apa? Bahan sudah kebeli, tinggal masak.”

“Yang lain, apa kek.”

“Semur?”

“Murahan.”

“Gudeg?”

“Santan, Sus.”

“Rica rica?”

“Pedes kan?”

“Oke, Susi masak seadanya bahan tanpa protes. Ibu susah dimasakin,” ucap Susi sedikit jengkel dengan mertuanya yang susah sekali diatur, sama seperti Yogi–suaminya.

“Ya sudah, masak aja. Kalau ada apa apa sama Ibu, paling kamu yang dimarahi Yogi,” ucap Marni dan langsung pergi begitu saja.

Mengurus mertua memang gampang gampang susah. Dimasakin tak sesuai selera mereka, akan dicap sebagai menantu tak pandai apapun. Padahal sudah berusaha semaksimal mungkin melakukan. Maka dari itu Susi memilih biasa saja bahkan memilih diam saat mertuanya mengomentari apa yang ada di rumahnya dan semua yang dia masakkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status