Share

Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak
Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak
Author: fnzaxa

Bab 1 | Hari (Gak) Waras

Author: fnzaxa
last update Last Updated: 2024-08-04 19:56:03

Gedung tinggi dengan lambang perusahaan mengkilap itu tampak megah dari luar—tapi siapa pun yang pernah bekerja di dalamnya tahu, kemegahan itu tidak lebih dari penjara korporat berkedok modern.

Di lantai lima belas, ruangan Divisi Pemasaran penuh dengan suara dering telepon, ketukan keyboard yang nyaris seperti musik techno, dan desahan napas putus asa para karyawan yang sudah berdamai dengan nasibnya.

Fianna duduk di meja kerjanya, dikelilingi oleh sticky notes warna-warni yang dulunya estetis tapi kini lebih mirip mural pengingat hutang. Matanya menatap layar laptop yang sudah mulai berwarna pelangi akibat terlalu lama menyala tanpa istirahat.

“Fi, revisian dari Pak Malik udah masuk lagi,” ujar Tirta dari seberang kubikel dengan suara lelah yang diolah dari kopi keempatnya hari ini. “Ditunggu dalam waktu lima belas menit, katanya.”

Fianna tidak menjawab. Ia menatap layar, lalu menoleh ke kanan dengan tatapan kosong bak tak memiliki jiwa. “Aku berubah jadi amoeba dulu.”

Tirta hanya mengangkat jempol. Solidaritas karyawan, tidak peduli sekarat atau tidak. “Segera, sebelum ada beruang ngamuk.”

Fianna berteriak tanpa suara sembari menjambak rambutnya sampai kusut. Namun, setelah tenang, ia kembali duduk tegak dan menatap layar komputer yang seolah menatapnya balik dengan ekspresi mengejek.

“Pekerjaan sialan ini nggak ada habisnya... andai duit juga begitu,” gumamnya gemas, lalu mulai fokus, seolah lupa bahwa ada bom waktu yang sudah ditetapkan untuknya dalam bekerja.

Belum sempat ia menyeruput kopi sachet yang sudah dingin sejak dua jam lalu, suara notifikasi dari atasannya masuk. Bukan—bukan Aryan, si ketua tim anak presdir yang hobi cengengesan itu. Bukan juga dari Tirta, yang menyuruhnya segera mengerjakan pekerjaan. Tapi ini... dari atasan dari segala atasan. Hierarki tertinggi di perusahaan. Pemegang nasib karyawan biasa seperti dirinya.

Siapa lagi kalau bukan Pak Malik, Presdir sekaligus pendiri dan pemilik perusahaan ini.

“Fianna, segera ke ruang rapat dengan revisian.”

Fianna mematung selama tiga detik.

Revisi baru selesai disentuh. Printer bahkan belum sempat menyala. Tapi hatinya sudah lompat ke ubun-ubun. Ini bukan sekadar tamparan realita—ini ditonjok langsung sama sistem. Kenapa dunia begitu terburu-buru, memangnya sedang mengejar apa sih? Fianna tak habis pikir.

Dengan kecepatan minimalis dan semangat pasrah, ia mulai mencetak dokumen sambil menahan napas, seperti hendak menghadapi sidang skripsi. Kertas-kertas keluar dari printer dengan suara yang lebih nyaring dari detak jantungnya.

Satu bundel revisi lengkap di tangan, Fianna melangkah menuju ruang rapat di lantai atas. Tapi entah kenapa, hari ini hawanya terasa berbeda. Mungkin cuma perasaannya saja.

Ia menghela napas sebelum membuka pintu.

Dan di dalam sana sudah ada sosok yang membuat langkahnya nyaris mundur — Abian Aiden Mikhael. Manajer Keuangan yang dikenal seantero kantor sebagai beruang pemarah. Pria itu baru bekerja dua minggu, tapi aura dingin dan komentarnya yang tajam sudah menyebar seperti kupon diskon akhir bulan.

Celakanya, Fianna sudah tiga kali berurusan langsung dengannya. Tiga kali pula dia kena semprot. Tiga kali pula dia menyesali hidup.

Mata Fianna sempat membulat sepersekian detik, tapi buru-buru ia menetralkan ekspresi. Act normal. Act like you didn’t just see Voldemort in human form.

“Silakan duduk,” ucap Abian tanpa menoleh, suaranya tetap rendah dan datar.

Fianna hanya bisa mengangguk. Dalam hatinya, dia sudah mengadakan rapat darurat dengan otaknya sendiri. Kenapa aku di sini? Kenapa nggak sakit aja ya hari ini?

Ia duduk di ujung meja, menaruh revisian di depannya sambil menjaga jarak seolah Abian bisa meledak kalau disentuh.

Belum sempat Fianna memutuskan apakah ia harus pura-pura pingsan atau menyelamatkan diri dengan alasan darurat fiktif, pintu ruang rapat kembali terbuka.

Masuklah empat pria berjas rapi dengan aura korporat level dewa—Pak Malik, pemilik sekaligus Presdir perusahaan; Arkian, putra sulung sekaligus Manajer Data yang wajahnya selalu serius kayak statistik BPS; disusul Arkana, si kembaran yang menjabat sebagai HRD dengan senyum manis tapi jebakan batmannya tiada tara; dan terakhir, Aryan—manajer pemasaran sekaligus si anak bungsu Presdir yang gayanya nyentrik dan kadang... agak nyeleneh.

Fianna otomatis duduk makin tegak. Lho? Terus aku ngapain di sini sendiri kayak anak kesasar?

Aryan duduk santai di kursi sebelah Fianna, menyapanya dengan anggukan kecil. “Wah, Fianna tampak semangat sekali ya hari ini.”

Fianna menoleh pelan dengan ekspresi shock. Semangat? SEMANGAT DARIMANA?

Sementara itu, keempat pria itu sudah duduk berhadap-hadapan.

Fianna mencoba menahan diri untuk tidak mengedarkan pandangan panik. Ia duduk diam, menyatu dengan kursi, berharap bisa jadi bayangan di dinding. Sayangnya, tidak ada kekuatan gaib di dunia ini yang bisa menghapus keberadaannya saat Aryan tiba-tiba membuka suara—dengan senyum sok manis yang mencurigakan, salah satu ciri khasnya saat mendapatkan sebuah ide nyeleneh.

“Jadi begini, Fianna di sini karena saya minta bantuannya untuk urusan presentasi pemasaran,” ucap Aryan santai, seolah-olah baru ngajak temen buat bantu belanja ke supermarket. “Mohon bantuannya ya, Fianna,”

Fianna menoleh perlahan, ekspresinya campuran antara “HAH?” dan “INI BERCANDA KAN?”

“Maaf... saya?” tanyanya dengan suara pelan, lebih ke curhat ke semesta.

Arkian menatap Aryan dengan alis terangkat. “Saya bukannya minta Pak Aryan buat ini ya? Kok jadi Fianna?”

Aryan mengangkat bahu acuh tak acuh. “Ya kan dia yang paling ngerti konsep campaign yang kita mau luncurkan. Lagi pula—dia jago, Pak Kian. Sayang kalau gak dimanfaatin. Pak Malik juga sudah mengizinkan.”

Fianna tersedak udara. Jadi ini alasannya Pak Malik menghubunginya tadi. Aryan, pria aneh itu, astaga, Fianna lagi-lagi tak habis pikir.

Pak Malik hanya mengangguk pelan. “Kalau begitu, kita lihat saja hasilnya nanti.”

Fianna mulai berpikir keras. Ini jebakan. Ini jelas jebakan. Harusnya aku pulang tadi. Harusnya aku terima lamaran om-om waktu kuliah biar aku gak harus kerja keras kayak gini.

Dan saat ia menoleh ke Abian, pria itu sama sekali tidak menoleh balik. Tetap fokus pada dokumen, seolah Fianna hanyalah angin lalu—atau lebih buruk lagi, remah rengginang yang tak layak dilirik.

Pak Malik membuka suara, “Baik. Kita mulai.”

Fianna otomatis menelan ludah. Okay. Here we go again.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 2 | Lembur

    Dari berbagai beban hidup yang pernah Fianna alami, tak pernah terlintas sekalipun dalam pikirannya bahwa bekerja di bawah pengawasan Abian Aiden akan menjadi beban paling berat sejauh ini. Bahkan saat orang tuanya bercerai dulu, kondisi mentalnya bahkan tak separah sekarang. “Coba bandingkan hasilnya dengan yang sebelumnya,” suara Abian terdengar tepat di belakang punggungnya. Hari sial memang tidak tercetak di kalender—dan hari ini Fianna menjalaninya. Abian, si beruang pemarah itu, kini berdiri tegap di belakangnya. Bersidekap dada, dengan tatapan tajam yang menelanjangi layar komputer Fianna tanpa ampun. Bahkan keberadaannya lebih menyeramkan dibandingkan hantu. “Baik, Pak,” jawab Fianna dengan pasrah. Menurut lebih aman daripada memicu ledakan emosi pria itu. “Hasilnya sama seperti sebelumnya, Pak Abian. Hanya saja sudut pandang dan data yang berbeda menyebabkan—” “Saya tidak butuh pendapat kamu.” Fianna langsung mengatupkan mulut. Rasanya ingin sekali melempar kursi p

    Last Updated : 2024-08-04
  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 3 | Sial!

    Suasana malam terasa menenangkan. Fianna mengendarai motornya dengan santai, menikmati semilir angin yang menampar wajahnya pelan-pelan. Ia bersenandung riang, entah lagu apa, yang penting nadanya bahagia. Walau senja tak menemani acara pulang kantornya kali ini, tak apa. Sorot lampu jalanan yang berderet rapi seolah mengantarnya pulang, langkah demi langkah, roda demi roda. Hingga tiba-tiba, sebuah pemandangan tak biasa membuat Fianna melambatkan laju motornya. Sebuah mobil terparkir di pinggir jalan, dengan kap depan terbuka dan asap mengepul dari dalamnya. “Wih, kenapa tuh?” gumamnya, alis mengernyit penasaran. Ia mendekat perlahan. Dan di balik kepulan asap... berdirilah seorang pria dengan lengan kemeja digulung dan dua kancing atas terbuka—seperti adegan pembuka iklan parfum mahal. Fianna mengerjap. Itu Abian. Sungguh, secara objektif, pria itu tampan. Tapi, wajah tampan itu juga pemilik dari ekspresi kaku permanen dan aura intimidasi level dewa. Tak ada satu pun wanita di

    Last Updated : 2024-08-04
  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 4 | Selalu sial!

    Keduanya kini berjalan menuntun motor Fianna yang—ajaibnya—tetap cling tanpa satu pun goresan atau noda lumpur. Mungkin karena motor itu punya kekuatan magis, atau mungkin karena semua lumpurnya pindah ke tubuh mereka berdua. Fianna melirik ke sebelah, melihat Abian menyeret langkah dengan wajah datar, rambut masih meneteskan air, dan baju kantor yang sudah tidak layak tampil di publik. Dirinya sendiri juga tak kalah mengenaskan—kaus basah, celana belepotan, dan bau got yang entah kenapa makin terasa jelas tiap kali angin lewat. Beberapa meter kemudian, rumah Abian muncul di hadapan mereka. Sebuah rumah besar bergaya modern yang tampak rapi dan sunyi, dengan garasi terbuka yang langsung menyambut kedatangan dua manusia setengah hidup ini. Abian menyuruh Fianna untuk memasukkan motor itu ke dalam teras garasi sementara dirinya melangkah masuk. Fianna hanya bisa ternganga saat Abian, tanpa banyak bicara, mengambil selang dari sudut garasi lalu memutar keran. “Eh, Pak. Bapak mau—”

    Last Updated : 2024-08-06
  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 5 | Sudah Sah!

    Kejadian begitu saja terjadi tanpa bisa Fianna cerna terlebih dahulu. Kini, Fianna hanya bisa memandang kosong langit-langit kamar Abian dengan tatapan menerawang dan merenungi nasib buruk yang baru saja ia alami. Sangat amat menyesali mengapa ia harus membantu Abian jika begini jadinya. Tahu begini, ia biarkan saja Abian dan mobil mogoknya itu. "Arghhh!" Fianna menjambak rambutnya lalu berguling ke kanan dan ke kiri di atas ranjang empuk berukuran besar itu membuat sprei yang mulanya rapih kini menjadi sedikit berantakan. Diraihnya ponsel yang sempat menganggur dan matanya menatap sebal ke arah potret dirinya dan Abian yang berdiri di atas pelaminan tadi siang dengan keluarga masing-masing. Jemari Fianna menggulirkan foto ke samping, dan lagi-lagi potret dirinya dan Abian yang sedang menunjukkan buku pernikahan. Fianna memperbesar foto itu dan memperhatikan raut wajah Abian yang tampak tersenyum lebar, berbeda dengan dirinya yang terlihat seperti senyuman karir. Astaga, dosa

    Last Updated : 2024-08-06
  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 6 | Tengah Malam

    Fianna sama sekali tidak bisa tidur malam ini. Bukan karena tempat asing atau suasana rumah besar yang sunyi, tapi satu hal pasti: tidak ada guling kesayangannya. Sebagai orang yang terbiasa tidur sambil memeluk sesuatu, ini adalah mimpi buruk. Sayangnya, ia harus menerima kenyataan pahit — guling tidak boleh masuk kamar. Bukan tanpa alasan. Abian, sang suami dadakan itu, punya ketakutan absurd terhadap guling. Fakta ini sempat membuat Fianna ngakak beberapa hari lalu saat Aryan menceritakannya. Tapi sekarang? Ia jadi korban atas fobia konyol itu. Menghargai tuan rumah galak yang kini tidur di sebelahnya, Fianna memilih menahan diri. Namun rasa tidak nyaman itu semakin menjadi. Ia ingin bergerak tapi takut membangunkan Abian. Maka dengan sangat pelan, ia menyingkap selimut dan mengintip ke arah pria itu. Abian tidur nyenyak. Dada naik-turun teratur. Tenang. Damai. Menggemaskan—ah sial, kenapa pikirannya ke sana? Fianna mendesah pelan, lalu bangkit dari ranjang dengan hati-hati.

    Last Updated : 2024-08-08
  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 7 | Syarat

    Fianna kini tengah tengkurap di atas ranjang, rambutnya dikuncir asal-asalan dan tangan sibuk mencorat-coret lembaran kertas. Beberapa kertas lain sudah bertebaran di atas kasur, berserakan bersama laptop yang menyala dan bolpoin warna-warni hasil pinjaman dari Aryan. Di sisi ruangan, Abian duduk bersila dengan tenang di atas karpet, bahunya disandarkan ke sisi ranjang. Ia memegang selembar kertas dan tampak serius menulis sesuatu—wajahnya penuh konsentrasi seperti sedang mengatur strategi perang. Mereka berdua sedang membuat perjanjian pernikahan, versi mereka sendiri. Demi rumah tangga yang harmonis dan samawa, katanya. Fianna sesekali melirik ke arah Abian dari balik rambutnya, mencoba mencuri inspirasi. "Pak, Bapak nulis apa sih? Saya liatin dari tadi serius banget kayak nulis kontrak proyek senilai triliunan." tanyanya penasaran. Abian tak mengalihkan pandangan dari kertasnya, hanya menjawab singkat, "Rahasia." Fianna mengerucutkan bibirnya. “Pak, pelit banget.” Tanpa malu

    Last Updated : 2024-08-12
  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 8 | Pagi dan Gosip

    Fianna dan Abian turun bersamaan dengan pakaian rapi—siap kembali bekerja di hari Senin yang cerah ini. Suasana dapur masih sepi, tentu saja. Mereka sengaja bersiap lebih awal agar tidak bertemu siapa pun dan kembali jadi sasaran lelucon Aryan dan yang lainnya. Fianna menggulung sedikit lengan kemejanya, bersiap memasak bekal makan siang untuk mereka berdua. Sementara itu, Abian sudah menyiapkan roti dalam pemanggang dan mulai menuang minuman untuk sarapan. Kerja sama mereka terasa natural, seperti pasangan yang sudah bertahun-tahun hidup bersama. "Kamu mau paha atau dada, hmm... Mas?" tanya Fianna, suaranya nyaris tercekat. Ia belum terbiasa memanggil Abian begitu, dan rasanya harga dirinya seperti terjun bebas dari lantai tiga. “Paha,” jawab Abian singkat, berusaha tetap tenang. “Kamu coklat atau keju?” “Coklat keju, hehe…” Setelah itu, keduanya kembali sibuk. Abian menyusun sarapan mereka di atas bar dapur. Tapi karena tahu Fianna pasti belum selesai dalam waktu dekat, ia menga

    Last Updated : 2024-08-22
  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 9 | Terbongkar?

    Fianna keluar dari ruangan Abian dengan langkah gontai. Pagi ini ia dimarahin habis-habisan hanya karena kesalahan kecil—warna desain yang tidak sesuai brief. Sepele, tapi cukup bikin kupingnya panas dan mentalnya nyungsep. Dan ini rekor! Dari semua karyawan, Fianna sudah dimarahin Abian sebanyak empat kali. Empat, Best! Bukan sekali, bukan dua, tapi empat. Ia menarik kembali pernyataannya soal Abian sebagai suami idaman. Di kantor, laki-laki itu kembali jadi beruang pemarah yang rasanya ingin dia ruqyah di tempat. Fianna menjatuhkan tubuhnya ke kursi, menatap jam dinding dengan tatapan kosong. Kepalanya rasanya mau meledak. Masalah datang bertubi-tubi seperti paket COD yang nggak bisa ditolak. Belum selesai mencerna pernikahan dadakan, pekerjaannya menumpuk layaknya cucian akhir bulan, ditambah gosip yang makin panas soal siapa sebenarnya istri Abian. Semua gara-gara Aryan yang iseng upload foto ijab kabul Abian. Meskipun pengantin perempuannya dipotong, tetap saja itu berisiko.

    Last Updated : 2024-08-30

Latest chapter

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 12 | Lembur

    Lembur telah usai. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Hari sudah berganti, tapi esok—lebih tepatnya nanti—Fianna tetap harus kembali bekerja. Dengan langkah gontai, ia berjalan ke pojok ruangan, tempat teman-temannya telah menggelar karpet, bantal, dan selimut. Perlengkapan lengkap yang memang sengaja disiapkan untuk menghadapi malam-malam mendadak lembur seperti ini. Fianna langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas karpet. Otot-ototnya yang sempat kaku mulai rileks, rasa lelah menyergap seluruh tubuhnya. Teman-temannya juga ikut merebahkan diri, tidur berjajar sambil menatap langit-langit seperti sekumpulan korban peperangan yang kehabisan energi. “Beres juga,” desah Andrew lemah, lalu langsung memeluk Tirta dari samping. “Kapan gue punya pacar kalau lembur terus…” “Gak lembur aja gak ada yang mau sama lo,” ucap Tirta dengan ketus sambil mendorong tubuh Andrew. “Jauh jauh lo!” “Lo bisa ngomong gitu ke gue kalau lo juga punya pacar ya, Tirta! Kurang ajar lo!” Bahkan dalam kondisi

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 11 | Siapa Khael?

    Fianna masuk ke dalam ruangannya dengan terburu-buru dengan sepatu masih di tangan dan wajah yang merah padam seperti kepiting rebus. Begitu sampai di kursinya, ia langsung duduk dan membenamkan wajahnya di telapak tangan. Ruangan pemasaran masih sepi—hampir semua orang sedang keluar mencari udara segar atau kopi di jam istirahat. Tangan Fianna kini menutup bibirnya, terbayang jelas momen beberapa menit lalu saat wajah Abian begitu dekat dengannya terlalu dekat. Perutnya seperti dikerubungi kupu-kupu, bukan karena lapar, tapi karena gugup yang tak ada ujung. Ia langsung menjatuhkan kepala ke meja dengan satu tarikan napas panjang. "LOH, Fianna! Kita nyariin kamu loh!" Suara Tirta mengejutkannya. Fianna langsung mendongak dengan rambut yang berantakan, pipi memerah, dan sorot matanya terlihat menerawang. "Are you okay, besttt? Kamu kenapa?" Tirta berjalan mendekat, meletakkan tumbler kopi di meja Fianna. "Tadi aman kan sama Pak Abian? Gak dimarahin lagi, kan?" Fianna hanya me

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 10 | Makan Siang

    "Haduhh..." Fianna menghela napas, agak menyesali keputusannya mengenakan rok hari ini. Gara-gara itu, ia kesulitan untuk naik ke atas pohon. Ia mendongak ke atas, menatap Tirta dan Sonia yang sudah duduk santai di cabang pohon sambil membuka bekal makan siang mereka. "Bisa gak, Best?" tanya Tirta, nada suaranya malas tapi terdengar menyebalkan, jelas tidak berniat membantu. "Tumben, monyet gak bisa naik pohon." Fianna melotot kesal. Ia buru-buru melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang yang melihat, lalu nekat menaikkan sedikit roknya dan memanjat. Saat berhasil duduk di atas cabang pohon, tepuk tangan dan tawa mengejek dari Tirta dan Sonia langsung menyambut. Pohon jambu ini adalah basecamp mereka sejak hari pertama masuk kerja. Tempat yang teduh, jauh dari keramaian, dan sempurna untuk mengurangi stres akibat pekerjaan. Di sinilah mereka bisa bebas menggosip, curhat, atau bersembunyi dari orang-orang yang dulu suka mengusik mereka. "Ian kayaknya lagi disidang, tuh. Gegar

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 9 | Terbongkar?

    Fianna keluar dari ruangan Abian dengan langkah gontai. Pagi ini ia dimarahin habis-habisan hanya karena kesalahan kecil—warna desain yang tidak sesuai brief. Sepele, tapi cukup bikin kupingnya panas dan mentalnya nyungsep. Dan ini rekor! Dari semua karyawan, Fianna sudah dimarahin Abian sebanyak empat kali. Empat, Best! Bukan sekali, bukan dua, tapi empat. Ia menarik kembali pernyataannya soal Abian sebagai suami idaman. Di kantor, laki-laki itu kembali jadi beruang pemarah yang rasanya ingin dia ruqyah di tempat. Fianna menjatuhkan tubuhnya ke kursi, menatap jam dinding dengan tatapan kosong. Kepalanya rasanya mau meledak. Masalah datang bertubi-tubi seperti paket COD yang nggak bisa ditolak. Belum selesai mencerna pernikahan dadakan, pekerjaannya menumpuk layaknya cucian akhir bulan, ditambah gosip yang makin panas soal siapa sebenarnya istri Abian. Semua gara-gara Aryan yang iseng upload foto ijab kabul Abian. Meskipun pengantin perempuannya dipotong, tetap saja itu berisiko.

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 8 | Pagi dan Gosip

    Fianna dan Abian turun bersamaan dengan pakaian rapi—siap kembali bekerja di hari Senin yang cerah ini. Suasana dapur masih sepi, tentu saja. Mereka sengaja bersiap lebih awal agar tidak bertemu siapa pun dan kembali jadi sasaran lelucon Aryan dan yang lainnya. Fianna menggulung sedikit lengan kemejanya, bersiap memasak bekal makan siang untuk mereka berdua. Sementara itu, Abian sudah menyiapkan roti dalam pemanggang dan mulai menuang minuman untuk sarapan. Kerja sama mereka terasa natural, seperti pasangan yang sudah bertahun-tahun hidup bersama. "Kamu mau paha atau dada, hmm... Mas?" tanya Fianna, suaranya nyaris tercekat. Ia belum terbiasa memanggil Abian begitu, dan rasanya harga dirinya seperti terjun bebas dari lantai tiga. “Paha,” jawab Abian singkat, berusaha tetap tenang. “Kamu coklat atau keju?” “Coklat keju, hehe…” Setelah itu, keduanya kembali sibuk. Abian menyusun sarapan mereka di atas bar dapur. Tapi karena tahu Fianna pasti belum selesai dalam waktu dekat, ia menga

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 7 | Syarat

    Fianna kini tengah tengkurap di atas ranjang, rambutnya dikuncir asal-asalan dan tangan sibuk mencorat-coret lembaran kertas. Beberapa kertas lain sudah bertebaran di atas kasur, berserakan bersama laptop yang menyala dan bolpoin warna-warni hasil pinjaman dari Aryan. Di sisi ruangan, Abian duduk bersila dengan tenang di atas karpet, bahunya disandarkan ke sisi ranjang. Ia memegang selembar kertas dan tampak serius menulis sesuatu—wajahnya penuh konsentrasi seperti sedang mengatur strategi perang. Mereka berdua sedang membuat perjanjian pernikahan, versi mereka sendiri. Demi rumah tangga yang harmonis dan samawa, katanya. Fianna sesekali melirik ke arah Abian dari balik rambutnya, mencoba mencuri inspirasi. "Pak, Bapak nulis apa sih? Saya liatin dari tadi serius banget kayak nulis kontrak proyek senilai triliunan." tanyanya penasaran. Abian tak mengalihkan pandangan dari kertasnya, hanya menjawab singkat, "Rahasia." Fianna mengerucutkan bibirnya. “Pak, pelit banget.” Tanpa malu

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 6 | Tengah Malam

    Fianna sama sekali tidak bisa tidur malam ini. Bukan karena tempat asing atau suasana rumah besar yang sunyi, tapi satu hal pasti: tidak ada guling kesayangannya. Sebagai orang yang terbiasa tidur sambil memeluk sesuatu, ini adalah mimpi buruk. Sayangnya, ia harus menerima kenyataan pahit — guling tidak boleh masuk kamar. Bukan tanpa alasan. Abian, sang suami dadakan itu, punya ketakutan absurd terhadap guling. Fakta ini sempat membuat Fianna ngakak beberapa hari lalu saat Aryan menceritakannya. Tapi sekarang? Ia jadi korban atas fobia konyol itu. Menghargai tuan rumah galak yang kini tidur di sebelahnya, Fianna memilih menahan diri. Namun rasa tidak nyaman itu semakin menjadi. Ia ingin bergerak tapi takut membangunkan Abian. Maka dengan sangat pelan, ia menyingkap selimut dan mengintip ke arah pria itu. Abian tidur nyenyak. Dada naik-turun teratur. Tenang. Damai. Menggemaskan—ah sial, kenapa pikirannya ke sana? Fianna mendesah pelan, lalu bangkit dari ranjang dengan hati-hati.

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 5 | Sudah Sah!

    Kejadian begitu saja terjadi tanpa bisa Fianna cerna terlebih dahulu. Kini, Fianna hanya bisa memandang kosong langit-langit kamar Abian dengan tatapan menerawang dan merenungi nasib buruk yang baru saja ia alami. Sangat amat menyesali mengapa ia harus membantu Abian jika begini jadinya. Tahu begini, ia biarkan saja Abian dan mobil mogoknya itu. "Arghhh!" Fianna menjambak rambutnya lalu berguling ke kanan dan ke kiri di atas ranjang empuk berukuran besar itu membuat sprei yang mulanya rapih kini menjadi sedikit berantakan. Diraihnya ponsel yang sempat menganggur dan matanya menatap sebal ke arah potret dirinya dan Abian yang berdiri di atas pelaminan tadi siang dengan keluarga masing-masing. Jemari Fianna menggulirkan foto ke samping, dan lagi-lagi potret dirinya dan Abian yang sedang menunjukkan buku pernikahan. Fianna memperbesar foto itu dan memperhatikan raut wajah Abian yang tampak tersenyum lebar, berbeda dengan dirinya yang terlihat seperti senyuman karir. Astaga, dosa

  • Dipersunting Dadakan oleh Bos Galak   Bab 4 | Selalu sial!

    Keduanya kini berjalan menuntun motor Fianna yang—ajaibnya—tetap cling tanpa satu pun goresan atau noda lumpur. Mungkin karena motor itu punya kekuatan magis, atau mungkin karena semua lumpurnya pindah ke tubuh mereka berdua. Fianna melirik ke sebelah, melihat Abian menyeret langkah dengan wajah datar, rambut masih meneteskan air, dan baju kantor yang sudah tidak layak tampil di publik. Dirinya sendiri juga tak kalah mengenaskan—kaus basah, celana belepotan, dan bau got yang entah kenapa makin terasa jelas tiap kali angin lewat. Beberapa meter kemudian, rumah Abian muncul di hadapan mereka. Sebuah rumah besar bergaya modern yang tampak rapi dan sunyi, dengan garasi terbuka yang langsung menyambut kedatangan dua manusia setengah hidup ini. Abian menyuruh Fianna untuk memasukkan motor itu ke dalam teras garasi sementara dirinya melangkah masuk. Fianna hanya bisa ternganga saat Abian, tanpa banyak bicara, mengambil selang dari sudut garasi lalu memutar keran. “Eh, Pak. Bapak mau—”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status