Chapter: Bab 12 | LemburLembur telah usai. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Hari sudah berganti, tapi esok—lebih tepatnya nanti—Fianna tetap harus kembali bekerja. Dengan langkah gontai, ia berjalan ke pojok ruangan, tempat teman-temannya telah menggelar karpet, bantal, dan selimut. Perlengkapan lengkap yang memang sengaja disiapkan untuk menghadapi malam-malam mendadak lembur seperti ini. Fianna langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas karpet. Otot-ototnya yang sempat kaku mulai rileks, rasa lelah menyergap seluruh tubuhnya. Teman-temannya juga ikut merebahkan diri, tidur berjajar sambil menatap langit-langit seperti sekumpulan korban peperangan yang kehabisan energi. “Beres juga,” desah Andrew lemah, lalu langsung memeluk Tirta dari samping. “Kapan gue punya pacar kalau lembur terus…” “Gak lembur aja gak ada yang mau sama lo,” ucap Tirta dengan ketus sambil mendorong tubuh Andrew. “Jauh jauh lo!” “Lo bisa ngomong gitu ke gue kalau lo juga punya pacar ya, Tirta! Kurang ajar lo!” Bahkan dalam kondisi
Last Updated: 2025-04-23
Chapter: Bab 11 | Siapa Khael?Fianna masuk ke dalam ruangannya dengan terburu-buru dengan sepatu masih di tangan dan wajah yang merah padam seperti kepiting rebus. Begitu sampai di kursinya, ia langsung duduk dan membenamkan wajahnya di telapak tangan. Ruangan pemasaran masih sepi—hampir semua orang sedang keluar mencari udara segar atau kopi di jam istirahat. Tangan Fianna kini menutup bibirnya, terbayang jelas momen beberapa menit lalu saat wajah Abian begitu dekat dengannya terlalu dekat. Perutnya seperti dikerubungi kupu-kupu, bukan karena lapar, tapi karena gugup yang tak ada ujung. Ia langsung menjatuhkan kepala ke meja dengan satu tarikan napas panjang. "LOH, Fianna! Kita nyariin kamu loh!" Suara Tirta mengejutkannya. Fianna langsung mendongak dengan rambut yang berantakan, pipi memerah, dan sorot matanya terlihat menerawang. "Are you okay, besttt? Kamu kenapa?" Tirta berjalan mendekat, meletakkan tumbler kopi di meja Fianna. "Tadi aman kan sama Pak Abian? Gak dimarahin lagi, kan?" Fianna hanya me
Last Updated: 2025-04-19
Chapter: Bab 10 | Makan Siang"Haduhh..." Fianna menghela napas, agak menyesali keputusannya mengenakan rok hari ini. Gara-gara itu, ia kesulitan untuk naik ke atas pohon. Ia mendongak ke atas, menatap Tirta dan Sonia yang sudah duduk santai di cabang pohon sambil membuka bekal makan siang mereka. "Bisa gak, Best?" tanya Tirta, nada suaranya malas tapi terdengar menyebalkan, jelas tidak berniat membantu. "Tumben, monyet gak bisa naik pohon." Fianna melotot kesal. Ia buru-buru melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang yang melihat, lalu nekat menaikkan sedikit roknya dan memanjat. Saat berhasil duduk di atas cabang pohon, tepuk tangan dan tawa mengejek dari Tirta dan Sonia langsung menyambut. Pohon jambu ini adalah basecamp mereka sejak hari pertama masuk kerja. Tempat yang teduh, jauh dari keramaian, dan sempurna untuk mengurangi stres akibat pekerjaan. Di sinilah mereka bisa bebas menggosip, curhat, atau bersembunyi dari orang-orang yang dulu suka mengusik mereka. "Ian kayaknya lagi disidang, tuh. Gegar
Last Updated: 2025-04-17
Chapter: Bab 9 | Terbongkar?Fianna keluar dari ruangan Abian dengan langkah gontai. Pagi ini ia dimarahin habis-habisan hanya karena kesalahan kecil—warna desain yang tidak sesuai brief. Sepele, tapi cukup bikin kupingnya panas dan mentalnya nyungsep. Dan ini rekor! Dari semua karyawan, Fianna sudah dimarahin Abian sebanyak empat kali. Empat, Best! Bukan sekali, bukan dua, tapi empat. Ia menarik kembali pernyataannya soal Abian sebagai suami idaman. Di kantor, laki-laki itu kembali jadi beruang pemarah yang rasanya ingin dia ruqyah di tempat. Fianna menjatuhkan tubuhnya ke kursi, menatap jam dinding dengan tatapan kosong. Kepalanya rasanya mau meledak. Masalah datang bertubi-tubi seperti paket COD yang nggak bisa ditolak. Belum selesai mencerna pernikahan dadakan, pekerjaannya menumpuk layaknya cucian akhir bulan, ditambah gosip yang makin panas soal siapa sebenarnya istri Abian. Semua gara-gara Aryan yang iseng upload foto ijab kabul Abian. Meskipun pengantin perempuannya dipotong, tetap saja itu berisiko.
Last Updated: 2024-08-30
Chapter: Bab 8 | Pagi dan GosipFianna dan Abian turun bersamaan dengan pakaian rapi—siap kembali bekerja di hari Senin yang cerah ini. Suasana dapur masih sepi, tentu saja. Mereka sengaja bersiap lebih awal agar tidak bertemu siapa pun dan kembali jadi sasaran lelucon Aryan dan yang lainnya. Fianna menggulung sedikit lengan kemejanya, bersiap memasak bekal makan siang untuk mereka berdua. Sementara itu, Abian sudah menyiapkan roti dalam pemanggang dan mulai menuang minuman untuk sarapan. Kerja sama mereka terasa natural, seperti pasangan yang sudah bertahun-tahun hidup bersama. "Kamu mau paha atau dada, hmm... Mas?" tanya Fianna, suaranya nyaris tercekat. Ia belum terbiasa memanggil Abian begitu, dan rasanya harga dirinya seperti terjun bebas dari lantai tiga. “Paha,” jawab Abian singkat, berusaha tetap tenang. “Kamu coklat atau keju?” “Coklat keju, hehe…” Setelah itu, keduanya kembali sibuk. Abian menyusun sarapan mereka di atas bar dapur. Tapi karena tahu Fianna pasti belum selesai dalam waktu dekat, ia menga
Last Updated: 2024-08-22
Chapter: Bab 7 | SyaratFianna kini tengah tengkurap di atas ranjang, rambutnya dikuncir asal-asalan dan tangan sibuk mencorat-coret lembaran kertas. Beberapa kertas lain sudah bertebaran di atas kasur, berserakan bersama laptop yang menyala dan bolpoin warna-warni hasil pinjaman dari Aryan. Di sisi ruangan, Abian duduk bersila dengan tenang di atas karpet, bahunya disandarkan ke sisi ranjang. Ia memegang selembar kertas dan tampak serius menulis sesuatu—wajahnya penuh konsentrasi seperti sedang mengatur strategi perang. Mereka berdua sedang membuat perjanjian pernikahan, versi mereka sendiri. Demi rumah tangga yang harmonis dan samawa, katanya. Fianna sesekali melirik ke arah Abian dari balik rambutnya, mencoba mencuri inspirasi. "Pak, Bapak nulis apa sih? Saya liatin dari tadi serius banget kayak nulis kontrak proyek senilai triliunan." tanyanya penasaran. Abian tak mengalihkan pandangan dari kertasnya, hanya menjawab singkat, "Rahasia." Fianna mengerucutkan bibirnya. “Pak, pelit banget.” Tanpa malu
Last Updated: 2024-08-12