“Aku gagal, semua pemegang saham dan para rekan bisnis tidak bisa dihasut. Sepetinya, kembalinya Mark berdampak sangat besar.” Madona melaporkan perjalanan bisnis yang telah dia lakukan. “Aku sudah menduganya,” sahut Nyonya Maria. “Tenang saja, harga saham Liba Company terus merosot berbarengan dengan makin mencuatnya skandal viral ini.”Madona mengangguk mengerti. Dirinya menatap Aldo yang sedang asyik bermain game mobile di tabletnya. Kegiatan baru Aldo adalah bermain permainan online dan judi online. Madona sempat heran karena Nyonya Maria tidak melarang kelakuan anaknya. Tentu saja, Madona hampir lupa, Aldo ‘kan anak kesayangan. Bermain wanita saja tidak dilarang, apalagi hanya bermain judi online.Aldo meletakkan tabletnya lalu memfokuskan diri pada dua wanita di hadapannya. “Apakah Mark sudah mengambil tindakan?” tanya Aldo penasaran.“Aku tidak tahu, apakah Mark sudah mengambil tindakan atau belum. Buktinya, hingga detik ini harga saham Liba Company belum berhenti mengalami pe
“Yang kutahu mereka tidak menikah. Tapi, akibat hubungan itu, Mark kembali memiliki hak atas Bubble Grup. Gean pasti sangat menyayangi Mark layaknya anak sendiri,” pungkas Nyonya Maria. “Tidak perlu terlalu khawatir, kenyataan ini bisa membuat kita lebih berhati-hati lagi dalam mengambil tindakan,” sahut Madona. “Bagaimana denganku? Sekarang aku takut sekali.” Wulan mengkhawatirkan dirinya sendiri. Setelah mendengar penjelasan Nyonya Maria, nyali Wulan langsung menciut. Hidupnya sudah susah, malah berurusan dengan orang penuh kuasa. Wulan tidak ingin hidupnya makin hancur. “Kamu hanya perlu tutup mulut,” tandas Nyonya Maria. Nyonya Maria menyuruh anak buahnya untuk mengantar Wulan kembali pulang. Daripada ada wartawan yang melihat Wulan berada di kantor Geo Grup Asia. Bisa merembet ke mana-mana nanti masalahnya. Kini hanya tinggal mereka bertiga di dalam ruangan Nyonya Maria. “Dalam situasi seperti ini, Wulan tidak bisa hanya tutup mulut dan tidak melakukan apa pun. Karena polisi
Wulan tidak benar-benar meninggal. Alex menyelamatkan nyawa Wulan dari rencana pembunuhan Nyonya Maria. Dan Alex juga lah yang memberi identitas baru untuk Wulan. Sosok yang dibuang dari atas jembatan waktu itu adalah mayat yang dibeli oleh Alex. Mayat tersebut wajahnya telah rusak, sehingga memudahkan Alex untuk mengelabui para polisi. Apalagi pihak dari keluarga Wulan langsung percaya jika mayat tersebut adalah Wulan. Kini Wulan hidup di Colorado dengan identitasnya yang baru. Dia menikmati hidup yang telah diberi oleh Alex. Ternyata, menjadi peliharaan Boss Mafia tidak seburuk yang Wulan pikirkan. Dia bersenang-senang tanpa harus memikirkan uang yang dikeluarkan. Wulan bisa melakukan apa pun yang dia inginkan. Sangat menyenangkan, berbeda jauh dari kehidupannya sebelum ini. *** Nyonya Maria merasa lega dengan kematian Wulan. Setidaknya, salah satu bebannya telah menghilang. Meski upaya pembunuhan Wulan gagal. Nyonya Maria tak jadi marah. “Wulan pasti sangat tertekan hingga memi
Lusi menahan dada Mark menggunakan kedua tangannya. Namun Mark masih saja ingin menyerangnya. Matanya sudah dipenuhi kabut nafsu. Mark meraih kedua tangan Lusi lalu mengangkatnya di atas kepala Lusi. “Aku tidak boleh menyentuhmu? Hanya boleh ketika malam jum’at saja? Aku sangat merindukanmu, Sayangku,” ungkap Mark berusaha merayu Lusi agar mau berhubungan intim. Lusi menggelengkan kepala. “Aku juga mau kok. Tapi, sekarang aku sedang menstruasi,” jelas Lusi. Pipinya sudah merah padam akibat malu. Mark tertawa kecil, dia melepas genggamannya pada kedua tangan Lusi. Tangan Lusi yang bebas kini bermain di perut Mark. Jemari Lusi menyusuri garis otot perut Mark yang berbentuk kotak-kotak. “Sejak kapan kamu menstruasi, Sayangku? Tumben kamu gak ngomong aku?” tanya Mark. “Baru tadi sore. Aku lupa ngasih tahu kamu. Maaf ya, Tuan Mark.” Lusi mengelus pipi suaminya dengan lembut. “Pasti kamu lagi pengin banget. Telingamu sampai merah gini.” Lusi merasa bersalah tidak bisa melayani Mark. “
Hari ini Mark mengajak Lusi pergi ke kebun binatang sesuai dengan keinginan sang istri. Berhubung Alex penasaran ingin melihat suasana kebun binatang yang ada di Indonesia. Alhasil dirinya diajak ikut. Sekalian untuk menjaga Lusi. Mark secara khusus menghubungi pemilik kebun binatang, agar mengizinkan Lusi melihat bayi panda yang belum pernah di publish. Lusi memberanikan diri menyentuh panda itu. “Lucu banget pandanya. Gemas aku,” ungkap Lusi terkagum. “Takut ah, nanti pandanya sakit kalau keseringan disentuh manusia.” Lusi enggan untuk menyentuh panda itu lagi. Bahkan dia melarang Mark yang ingin menyentuh bayi panda itu. Setelah puas mengunjungi bayi panda. Rombongan Lusi berlanjut menyusuri kebun binatang. Melihat berbagai jenis hewan yang ada di sana. Sampai langkah mereka terhenti tepat di depan kandang singa. “Ketika melihat singa, aku jadi teringat dengan peliharaan Felix. Kira-kira mereka sudah sebesar apa sekarang?” Mark mengangguk, membenarkan kalimat Alex. Felix meman
Aldo mengacak rambutnya sendiri saat menyadari jika dirinya telah kalah telak. Uang di atas meja ditarik kembali oleh Felix. Bukan hanya itu, Felix juga mendapatkan Madona, kekasih hatinya. “Sudah kubilang, semua ini hanya permainan. Tidak perlu menanggapinya dengan serius,” ujar Felix tersenyum miring. “Ya sudah, bagaimanapun juga, aku menang. Sesuai dengan perjanjian kita sebelumnya. Malam ini, kekasihmu harus menghabiskan waktu denganku. Kalau kamu merasa keberatan, aku sama sekali tidak masalah. Tapi, bukankah seorang pria yang dipegang adalah ucapannya?” Aldo menoleh ke arah Madona. Sungguh, di lubuk hatinya yang terdalam, dirinya tidak rela jikalau Madona dinodai pria lain. Akan tetapi, Aldo tidak ada pilihan lain. “Maafkan aku, Manis,” ucap Aldo menundukkan kepala, merasa sangat bersalah. “Kamu tidak perlu minta maaf. Janji adalah janji, dan harus ditepati. Sekarang, kamu sedang menunjukkan kualitasmu, dengan menempati janji yang telah kamu sepakati. Aku tidak akan pernah be
Lusi turun dari tubuh besar Mark. Ketika berjalan ke kamar mandi, tubuh Lusi terjatuh. Paha dalamnya terlalu sakit buat berjalan. Mark yang melihat Lusi terduduk di lantai langsung mengenakan kimononya lalu berjalan cepat menghampiri Lusi. Mark segera mengendong istrinya menuju kamar mandi. Mark mendudukkan tubuh Lusi di samping wastafel. Dia juga mengambil handuk untuk membalut tubuh Lusi agar tidak kedinginan. “Maafkan aku, Sayangku. Aku terlalu memaksamu,” tutur Mark merasa bersalah melihat kondisi Lusi. Dengan melempar senyuman, Lusi menjawab, “Aku suka kok, Tuan Mark gak pernah maksa aku. Soalnya aku juga menikmatinya. Aku beneran senang banget.” Lusi memeluk Mark dengan erat. “Kamu ingin berendam air hangat?” tawar Mark. Lusi mengangguk. “Iya, aku pengin berendam sebentar sama kamu,” balasnya cepat. Wajah Lusi sudah merah padam. Mark mengisi bathup dengan air hangat. Dia juga memasukkan bubuk garam mandi dan minyak aromaterapi beraroma rosemary, agar tubuh mereka nanti rile
Mark tersenyum lembut. “Aku hanya bercanda, Sayangku,” jawab Mark. “Bagaimana harimu? Menyenangkan?” tanyanya kemudian. “Setiap hari menyenangkan, apalagi kalau sama kamu.” Jawaban Lusi mampu membuat jantung Mark berdebar kencang. Akhir-akhir ini Lusi suka sekali memujanya. Membuat dirinya melayang tinggi. “Aku merindukanmu, Sayangku.” Mark menggendong tubuh istrinya masuk ke dalam mansion. “Aku sudah masak makanan spesial untukmu loh! Tuan Mark gak mau incip?” tanya Lusi mengelus telinga merah sang suami. “Kebetulan aku sudah sangat lapar, Sayangku,” ujar Mark berjalan menuju dapur. “Tuan Mark gak mau nurunin aku? Aku bisa jalan sendiri kok. Emangnya kamu gak merasa kalau badanku berat?” Badan Lusi sedikit berisi karena kurangnya melakukan kegiatan di rumah. Mark sama sekali tidak masalah dengan berat badan Lusi yang terus bertambah. Malahan Mark lebih suka melihat tubuh semok Lusi, terlihat segar di matanya. Mark baru menurunkan tubuh Lusi dari gendongannya, saat mereka suda