Lusi terbangun dari tidurnya saat sinar matahari menerpa kulit wajahnya. Matanya terbuka, menyaksikan Mark berdiri di depan jendela besar. Sontak Lusi terkejut. Suaminya sudah bisa turun sendiri dari ranjangnya. “Alhamdullilah, Tuan Mark sudah bisa berjalan tanpa menggunakan walker. Jadi makin sayang deh! Yaudah aku mandi dulu ya, sebelum suster datang mengantar makanan,” ujar Lusi turun dari atas ranjang. Lusi bingung menyadari jika gaun tidurnya telah berantakan. Dia pun menoleh untuk menatap suaminya yang tengah asyik menghirup aroma terapi. “Tuan, tadi malam aku gak nakal 'kan?” tanya Lusi. Mark tertawa kecil. “Beberapa kali kamu menggeliat dalam tidurmu. Tidak masalah, Sayangku. Aku menyukainya,” tutur Mark bersuara lembut. “Lekas bersihkan tubuhmu dan temani aku,” pinta Mark terduduk di atas ranjangnya. Suhu tubuh Lusi meningkat. Pipinya sudah merah padam, mengingat kegiatan mereka berdua tadi malam. Daripada makin malu, Lusi bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Setelah sel
“Matamu baik-baik saja. Sepertinya kamu merawatnya dengan baik,” tutur Dokter tersebut. “Dokter, bisa gak aku daftar menjadi pendonor organ?” tanya Smith setelah Dokter selesai memeriksa. Dokter itu sedikit terkejut, namun tetap menuntun Smith untuk daftar menjadi anggota pendonor organ. Semua dokter di rumah sakit ini telah mengenal Smith. Sejak kecil Smith memang sering tinggal di rumah sakit ini karena penyakit jantung. Setelah menyelesaikan pendaftaran, sekarang Smith telah resmi menjadi pendonor organ. “Kenapa kamu melakukan ini?” tanya Sang Dokter. “Meskipun nanti aku telah meninggal. Aku masih ingin tetap menjadi manusia yang berguna untuk orang lain. Dokter tahu, pasien bernama Mark Junior George ‘kan? Dia sedang menunggu pendonor mata. Ketika aku mati, dan Mark belum mendapatkan mata, berikan mataku untuknya.” Sang Dokter menatap intens wajah Smith yang pucat. “Semua organku dalam kondisi baik, kecuali jantungku. Anda bisa mengambilnya nanti. Tetapi, khusus mata, aku i
Mina menangis, meraung saat melihat Smith tak lagi menghembuskan napas. Beberapa kali Mina mengguncang tubuh dingin Smith, berharap terjadi sebuah keajaiban. Nihil, Smith benar-benar meninggalkan dirinya beserta dunia ini. Seorang dokter menyerahkan kartu pendonor organ milik Smith. Untuk kesekian kalinya, Mina dibuat terkejut. Bossnya terdaftar sebagai peserta pendonor organ, tanpa sepengetahuannya. Dengan berat hati, Mina menandatangani persetujuan kepada rumah sakit, untuk mengambil organ milik Smith. “Mina, kamu harus membaca buku wasiat yang telah Tuan Smith tulis,” pinta seorang pengacara sudah berada di samping Mina. Tanpa menunggu waktu, Mina langsung membuka buku besar tersebut. Dirinya membaca setiap bait yang telah ditulis oleh Smith. Ada beberapa isi dari buku tersebut yang telah diubah oleh Bossnya. Tetapi, sebagian besar isinya masih sama. “Boss Smith memberikan matanya kepada Mark?” tanya Mina setelah membaca buku tersebut. *** Lusi sangat senang mendapat kabar j
Lusi terkejut mendengar Madona memperkenalkan diri sebagai mantan kekasih dari suaminya. Lusi menelisik penampilan Madona dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Kamu pembantunya Mark ya?” tanya Madona langsung mengklaim sesuka hati. “Aku istrinya Tuan Mark!” jawab Lusi cepat. Madona tampak terkejut, wanita cantik itu mengedipkan kelopak matanya berkali-kali. Seolah tak percaya jika Lusi adalah istri dari Mark. “Wow, penampilanmu benaran bikin aku ragu kalau kamu istrinya Mark. Huh! Ya sudahlah. Aku datang kemari bukan untuk menggoda suamimu,” tandas Madona. “Kamu gak perlu ngelihatin aku kayak gitu,” lanjutnya memprotes tatapan Lusi. “Terus, ngapain kamu ke sini? Pengin menjenguk suamiku?” tanya Lusi penuh selidik. “Aku ke sini buat minta duit,” jawab Madona enteng. Lusi merasa aneh dengan jawaban Madona. Di saat dirinya ingin menanyakan lebih lanjut, suara lenguhan dari Mark menghentikan aksianya. Madona langsung duduk di samping Mark begitu Mark terduduk. “Lusi, kamu di sekit
Lusi masih malu ketika suaminya menatap dirinya tanpa henti. Seperti saat ini. Sedari tadi Mark memperhatikan Lusi yang sedang bermain dengan boneka katak miliknya. Mark mendekati Lusi lalu mengambil boneka tersebut. Sontak pandangan Lusi teralihkan ke arah sang suami. “Tuan Mark... Aku masih ingin bermain boneka,” rajuk Lusi berusaha meraih bonekanya kembali. Bukannya mendapatkan boneka, Lusi malah jatuh ke dalam pelukan Mark. Hal tersebut tak disia-siakan oleh Mark. Lelaki dengan tubuh besar itu bisa dengan mudah menggendong istrinya menuju ke ranjang mereka. Mark menurunkan pelan tubuh istrinya di atas ranjang. Lusi tak mampu menahan suara tawanya saat tubuhnya digelitik oleh Mark. “Ampun! Aku janji gak bakal cuekin kamu lagi! Jangan ketiakku!” racau Lusi berusaha menarik lengan kekar Mark yang asyik mengerjai dirinya. Lusi tak bisa berhenti tertawa selama Mark tidak menghentikan aksinya. “Kalian berdua ngapain sih?” pekik Madona sedikit menyesal telah masuk ke dalam kamar me
Rupanya, pertemuan mereka untuk pertama kalinya di club malam. Membuat Aldo jatuh hati kepada Madona. Terbukti dengan tidak bisa dihapuskannya Madona dari pikiran Aldo. Tingkah Madona yang terus menolaknya, bikin makin penasaran. Mengingat, selama ini tidak ada satu pun wanita yang mampu menolak pesona Aldo. “Selamat pagi, Manis,” sapa Aldo menghampiri Madona yang sedang sarapan di restoran hotel. “Kamu tinggal di hotel ini sendirian ya? Aku pikir kamu sudah menikah,” ujarnya duduk di samping Madona. Jujur Madona agak terkejut melihat Aldo berada di sini. Madona hanya tidak menyangka, Aldo akan setertarik ini dengannya. “Jangan bilang kalau kamu mengikutiku. Kayaknya aku menarik banget ya?” tutur Madona menggoda Aldo. Aldo tertawa sembari menggelengkan kepalanya. Dirinya juga tidak mengerti kenapa bisa tertarik kepada Madona hingga sejauh ini. Intinya, Aldo ingin mendapatkan Madona dan membuat wanita itu bertekuk lutut. “Kalau aku mengikutimu, memangnya kenapa? Gak boleh?” tanya
“Apakah dia sudah mati?” tanya Alex pada Madona. “Kepalanya hancur, bagaimana bisa dia tidak mati? Pertanyaanmu sangat konyol,” jawab Madona sedikit kesal. Keduanya masuk ke dalam mobil, meninggalkan mantan asisten pribadi Aldo yang telah tewas akibat kecelakaan. Bukan tanpa alasan mereka melakukan ini. Setelah menyelidiki kasus kecelakaan Mark. Diketahui bahwa asisten pribadi Aldo lah yang sengaja merusak dan menjebak mobil Mark agar mengalami kecelakaan. Sekarang, giliran Mark yang akan membalas setiap perbuatan orang yang telah jahat kepadanya. Di mulai dari menyingkirkan orang hebat yang mengelilingi Nyonya Maria. *** Nyonya Maria sangat terkejut mengetahui jika orang kepercayaannya telah tewas. Ketika Nyonya Maria ingin menyewa satu agen baru lagi. Pihak penyalur jasa tidak memberinya izin. Alhasil, Nyonya Maria hanya bisa bersabar. “Ibu, perkenalkan ini Madona. Asisten pribadiku yang baru,” ujar Aldo memperkenalkan Madona kepada sang ibu. Nyonya Maria menatap Madona dari
Satu bulan berlalu. Mark telah diperbolehkan oleh dokter untuk melakukan olahraga berat, seperti angkat beban dan lain sebagainya. Mark sangat bersemangat untuk mengembalikan tubuhnya seperti dulu. “Tuan Mark, aku lelah. Engga mau olahraga lagi,” keluh Lusi mengusap keringat di keningnya. Mark meletakkan barbel di tangannya untuk memfokuskan diri kepada istrinya. Senyuman merekah di wajah Mark saat melihat Lusi terduduk di atas karpet. Mark berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan sang istri. Kedua tangannya melepas sepatu yang dikenakan oleh Lusi. “Lebih baik kamu beristirahat. Pergilah mandi terlebih dahulu. Aku masih ingin melatih ototku,” ujar Mark lembut. Kepala Lusi menggeleng. “Aku mau mandi bersama, Tuan Mark,” sahut Lusi tersipu malu. Mark tergelitik mendengarnya. Apalagi melihat tingkah Lusi yang malu-malu kucing. Makin membuat Mark gemas. Akhirnya Mark pun menuruti kemauan istrinya. “Kalau mandi bersama, bakalan berakhir di atas ranjang,” tutur Mark menggendong istr