Share

162. Biaya Administrasi

"Cepat masuk kolong!" Bisik Jelita sembari menekan tubuh Syabil agar bersembunyi di bawah ranjang kayu ukir miliknya. Untung saja seprei yang digunakan seprei rumbai yang menutup sampai bagian bawah, sehingga tidak akan tahu kalau ada yang bersembunyi di sana.

"Sebentar." Jelita berjalan untuk membukakan pintu.

"Ini, Nyonya. Saya bawakan piringnya juga." Rinai memberikan makanan itu pada Jelita.

"Makasih, Rinai, saya lupa tadi minta tolong lagi sama kamu. Tiba-tiba ingin makan bubur ayam yang mangkal di sebrang Indongaret. Tolong belikan lagi ya. Uangnya masih ada apa kurang?" Rinai memperlihatkan uang dua puluh ribu di tangannya.

"Nah, masih cukup. Beli bubur ayam setengah pakai sate telur puyuh. Sisa uangnya ambil kamu aja."

"Baik, Nyonya, saya pamit beli bubur dulu."

"Iya, makasih ya." Pintu itu kembali tertutup. Jelita menghela napas panjang. Lalu ia mengintip dari jendela untuk memastikan bahwa Rinai sudah pergi dari rumahnya.

"Syabil, Rinai udah pergi lagi. Udah keluar sekaran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status