Share

Bab 51

Author: Clarissa
Tiffany menganggukkan kepala dengan wajah tersipu, "Jadi, apa Kakak punya rekomendasi kerja paruh waktu yang bagus?"

Garry mendongak untuk melihat sekilas papan nama di depannya. "Kita sudah sampai. Makan dulu baru dibicarakan lagi."

Tiffany terpaksa mengangguk dan mengikutinya masuk. Saat sedang makan, dia terlihat agak tidak fokus. Pikirannya terus teringat pada kejadian saat makan malam terakhir bersama kakak kelasnya. Terakhir kali dia makan malam dengan kakak kelasnya, Sean langsung mengetahuinya.

Apakah kali ini dia juga akan mengetahuinya? Apakah dia akan melakukan hal yang sama seperti terakhir kali, meneleponnya dan mengirim orang untuk membawanya pulang?

Sepanjang makan malam, Tiffany tidak menerima kabar apa pun dari Sean meski sudah merasa was-was.

"Karena kamu belajar keperawatan, aku bisa rekomendasikan kamu untuk kerja paruh waktu sebagai perawat di sebuah panti jompo," kata Garry setelah makan. "Kebetulan aku punya teman yang kerja di panti jompo itu. Di sana banyak low
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
sean masih memantau dari jauh dn belum bertindak...tunggu tanggal waktunya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 52

    Sebagai seorang anak buangan dari Keluarga Tanuwijaya yang telah ditinggalkan selama bertahun-tahun, Sean sudah lama kehilangan harga diri di mata orang lain. Bahkan, pernikahannya hanya dihadiri oleh kakeknya, tanpa ada tamu lainnya yang datang."Tapi ....""Aku bukannya nggak mau bantu dia." Sean mengubah posisi dan bersandar dengan nyaman di kursi rodanya. "Setelah dia paham gimana seharusnya hubungan suami istri itu berjalan, saat itulah aku akan membantunya."Sofyan merasa bingung dengan ucapan Sean. Namun, saat melihat wajah pria itu menjadi lebih dingin dan serius, dia sadar bahwa dirinya tidak boleh bertanya lebih lanjut. "Kalau begitu, Tuan masih mau tunggu Nyonya pulang untuk makan malam? Sekarang sudah malam sekali, gimana kalau Tuan makan duluan?"Sean menggeleng. Bibirnya terbuka sedikit dan hanya mengucapkan satu kata, "Tunggu."Panti jompo tempat Tiffany bekerja memiliki aturan bahwa pekerja paruh waktu selesai pada pukul 19:30. Tiffany menghitung bahwa dia masih bisa me

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 53

    Sebenarnya sejak tadi siang Garry sudah ingin menanyakan hal ini pada Tiffany. Namun, dia hanya memberi alasan bahwa dia ingin mengikuti kursus memasak. Tiffany benar-benar tidak pandai berbohong.Mana mungkin gadis secerdas dan serajin Tiffany tidak bisa memasak? Tidak akan ada yang percaya dengan kebohongan seperti itu."Aku nggak ada masalah apa-apa kok," sangkal Tiffany senyuman ceria.Garry yang duduk di kursi pengemudi kembali berkata, "Kalau butuh uang, kamu bisa bilang sama aku. Meskipun aku baru kerja beberapa tahun, penghasilanku cukup bagus."Membahas soal ini, Garry tidak bisa menahan diri untuk sedikit pamer, "Mobil ini kubeli dengan uangku sendiri, harganya sekitar 400-an juta. Teman-temanku iri sekali padaku."Tiffany menatapnya dengan kagum, "Kak Garry memang luar biasa. Alangkah bagusnya kalau aku bisa sehebat Kak Garry."Garry tersenyum puas, "Nggak ada yang nggak bisa didapatkan asalkan berusaha. Ngomong-ngomong, Tiffany, kamu belum bilang di mana kamu tinggal."Tiff

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 54

    Garry mengangguk. "Ya sudah, daripada nanti suamimu salah paham kalau lihat aku."Setelah melihat mobil Garry pergi, Tiffany baru mengeluarkan ponselnya dan menelepon Rika untuk memberi tahu bahwa dia ditahan di gerbang.Dua menit kemudian, Sofyan yang mengenakan setelan formal muncul di gerbang kompleks. "Nyonya, Tuan menyuruhku untuk menjemput Anda pulang."Mata Tiffany membelalak kaget. Sepertinya sekarang sudah lewat pukul sembilan malam.Sean belum tidur? Seolah-olah menyadari kebingungan Tiffany, Sofyan mengangguk hormat. "Tuan masih menunggu Anda pulang untuk makan malam.""Sudah larut malam begini, dia belum makan?" Tiffany terkejut hingga raut wajahnya agak berubah.Sofyan mengangguk lagi, "Jadi, kalau Nyonya peduli sama Tuan, ayo cepat pulang."Tiffany tidak berani menunda lagi. Dia mengikuti Sofyan dengan langkah cepat menuju vila. Melihat tas ranselnya yang tampak berat, Sofyan menghentikannya dan membantu membawakan tas itu. Keduanya buru-buru meninggalkan pintu gerbang ko

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 55

    Tiffany terdiam. Apa pria ini benar-benar ketagihan disuapi olehnya? Dengan tak berdaya, Tiffany terpaksa menunduk dan duduk di dekat Sean sambil mulai menyuapinya. Sean makan dengan perlahan dan elegan, membuat Tiffany merasa kesulitan.Hari ini dia telah bekerja keras di panti jompo, sehingga dia merasa lelah dan kelaparan. Sekarang dia malah harus menyuapi Sean dengan perlahan. Namun sebagai istrinya, sepertinya memang wajar jika Tiffany menyuapinya.Sekitar 20 menit kemudian, Sean akhirnya selesai makan malam. Setelah itu, Tiffany mengambil tisu dan membersihkan sudut mulutnya dengan hati-hati. Wajah Sean yang terlihat dingin dan tegas itu, ternyata terasa lembut saat disentuh.Kulitnya bahkan terasa lebih halus daripada kulit Tiffany. Saking nyamannya, sampai membuat jantung Tiffany berdegup lebih cepat.Setelah beberapa saat, Tiffany meletakkan tisu dan akhirnya mulai makan sendiri. Setelah lelah bekerja seharian dan kelaparan, Tiffany merasa dirinya bisa menghabiskan seluruh mak

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 56

    Tiffany sama sekali tidak memahami berita mengenai dunia bisnis. Setelah membacanya sejenak, dia akhirnya terlelap di dipan ranjang. Saat ketiduran, mulutnya masih terus menggumamkan berita yang sedang dibacanya.Tiffany bersandar pada bantal di sampingnya. Sean memandangnya dengan tatapan yang dalam cukup lama, hingga akhirnya dia mengulurkan tangan untuk menyelimutinya. "Suami istri harus saling percaya. Kamu nggak percaya padaku, makanya nggak beri tahu aku semua yang kamu lakukan."Dia mengusap lembut rambut Tiffany, merasa ada jarak di antara mereka. "Kalau kamu nggak bisa percaya dan bergantung padaku sepenuhnya, aku juga nggak akan membiarkanmu tetap berada di sisiku terlalu lama."Sambil menatapnya, ingatan Sean kembali pada belasan tahun yang lalu. Saat itu, dia masih berusia 8 tahun dan sedang duduk di kursi belakang mobil sambil mendengar orang tuanya bertengkar."Kalau kamu percaya padaku, nggak seharusnya kamu diam-diam melakukan hal ini di belakangku!""Aku nggak mau kamu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 57

    Jika ada ranjang di depannya sekarang, Tiffany pasti akan langsung menjatuhkan diri untuk tidur sepuasnya! Setelah bersusah payah menyuapi Sean hingga selesai, barulah dia kembali ke tempat duduknya untuk makan sendiri. Namun selama sarapan, beberapa kali Tiffany hampir saja ketiduran.Begitu sampai di kampus, Tiffany yang biasanya sangat serius mengikuti pelajaran, untuk pertama kalinya merasa ingin tidur di kelas. Dia benar-benar sangat mengantuk. Di kelasnya, tidak banyak mahasiswa yang bisa serius dalam mendengarkan pelajaran sepertinya. Jadi, kalau dia tidur selama satu pelajaran saja, sepertinya tidak masalah, 'kan?Namun, kenyataan tidak seindah yang dia bayangkan. Pelajaran pertama adalah kalkulus. Dosen kalkulus menyuruh Tiffany berdiri dengan tegas, "Di kelas ini, cuma kamu yang benar-benar serius belajar. Sekarang kamu juga mau menyerah? Berdiri dan dengarkan pelajaran! Renungkan kesalahanmu!"Tiffany tidak punya pilihan selain berdiri dalam keadaan setengah sadar dan menden

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 58

    Julie merasa sangat kesal. Memang begitulah sifat Tiffany, keras kepala, kolot, dan rendah diri."Kalau begini terus, kamu bisa mati kecapekan," kata Julie."Makanya kamu jangan marah-marah sama aku lagi." Tiffany tersenyum tipis sambil memandang Julie. "Setelah selesai makan nanti, aku masih harus ke panti jompo."Julie mengacak nasi di piring Tiffany dengan kesal sambil berkata, "Kamu bisa santai sedikit nggak? Aku nggak mau hadiri pemakamanmu secepat ini."Tiffany paham bahwa Julie berniat baik. Oleh karena itu, dia memberikan paha ayam dari piringnya kepada Julie. "Sudah, ayo cepat makan. Bukannya kamu masih harus ke kelas nari nanti sore?""Huh!"Setelah selesai makan dengan Julie, Tiffany bergegas naik bus menuju panti jompo. Karena terlalu mengantuk, Tiffany akhirnya ketiduran di bus. Saat terbangun lagi, busnya telah mencapai pemberhentian terakhir.Merasa tidak berdaya, Tiffany terpaksa menusuk punggung telapak tangannya dengan jarum untuk mengingatkan dirinya untuk tidak keti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 59

    Menurut Garry, Tiffany yang menikah dengan pria tua kaya seharusnya hidup dengan kemewahan, bukannya kelelahan seperti ini. Bukankah kata orang, pria tua lebih menyayangi istrinya? Apa suami Tiffany tidak memberinya uang? Atau bahkan memperlakukannya dengan buruk?"Nggak ada yang perlu dipertimbangkan soal sepadan atau nggak," jawab Tiffany dengan lelah sambil bersandar pada kursi mobil. Dia sudah kehabisan energi untuk berbicara, apalagi untuk mengobrol panjang lebar dengan Garry. "Kak, aku terlalu capek. Biarkan aku tidur sebentar."Setelah itu, Tiffany langsung menutup matanya dan dalam sekejap sudah tertidur di kursi penumpang. Dia benar-benar kelelahan. Seharian penuh tanpa istirahat, ditambah dengan kerja keras di panti jompo membuatnya merasa seperti seluruh energinya terkuras habis.Di kursi pengemudi, Garry menatap Tiffany yang tertidur melalui kaca spion. Sebuah perasaan tidak nyaman yang menyelinap di hatinya.Saat hampir tiba di persimpangan menuju Vila Swan Lake, sebuah ke

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 767

    Sean mengantar kedua anaknya ke TK."Kamu ayahnya Arlo dan Arlene?" tanya bibi di TK itu dengan ramah.Sean menggandeng tangan kedua anaknya, lalu menganggukkan kepalanya dan menjawab dengan tenang, "Ya.""Serahkan saja anak-anak padaku."Bibi itu menarik tangan Arlo dan Arlene sambil tersenyum, lalu mengingatkan Sean, "Belakangan ini cuacanya mulai dingin dan ramalan cuaca juga bilang hari ini akan turun hujan. Sepertinya pakaian Arlo dan Arlene terlalu tipis. Bisakah kamu pulang dan mengambil jaket untuk mereka? Sistem imun anak kecil masih lemah. Kalau nggak menjaga mereka tetap hangat, mereka akan mudah masuk angin."Setelah ragu sejenak, Sean menganggukkan kepala. "Baik."Sean langsung mencari jaket di dalam lemari setelah kembali ke rumah, tetapi tidak menemukan yang cocok. Saat hendak menelepon Tiffany, pandangannya tiba-tiba tertuju pada koper yang terletak di bawah tempat tidur Arlo.Dia pun menepuk keningnya. Saat Tiffany ikut dengannya ke Kota Aven, Tiffany pasti sudah menyi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 766

    Vivi berkata dengan tatapan penuh dengan tekad dan nafsu, "Bagaimana kalau kita berdamai saja? Aku janji mulai sekarang aku nggak akan berpikiran yang macam-macam terhadap Sean, asalkan kamu nggak memberitahunya kebenarannya dan mengusirku."Setelah mengatakan itu, Vivi mengangkat empat jarinya dan melanjutkan, "Tenang saja, aku bersumpah kelak aku benar-benar nggak akan mengganggu Sean lagi. Aku sebenarnya nggak begitu mencintainya juga, aku hanya tertarik pada status dan kedudukannya saja. Masih ada banyak pria baik di dunia ini, aku bukannya nggak bisa hidup tanpa dia. Jadi ...."Tiffany menguap, lalu menatap Vivi dengan tatapan meremehkan. "Vivi, kamu nggak merasa sekarang kamu ini benar-benar lucu? Aku dan Sean adalah pasangan yang akan bersama-sama seumur hidup, jadi aku pasti akan memberitahunya hal ini. Aku sudah membuat masalah yang begitu besar karena sebelumnya aku menyembunyikan hal ini, jadi aku nggak akan menyembunyikan apa pun lagi dari dia.""Soal kamu .... Aku nggak pu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 765

    Melihat Vivi yang begitu ahli melempar semua tanggung jawab pada Lena, Tiffany tertawa. Dia menatap Vivi dengan ekspresi cuek dan berkata, "Bagaimanapun juga, Lena sudah menjadi adikmu selama puluhan tahun ini, tapi kamu malah memanfaatkannya seperti ini. Apa kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Vivi mendengus. "Kenapa aku harus merasa bersalah? Sejak kecil, dia selalu merebut barangku di rumah. Orang tuaku juga bilang nilainya lebih bagus, jadi mereka nggak mengizinkanku untuk terus bersekolah lagi. Malah dia yang boleh bersekolah. Kalau bukan karena orang tua kami meninggal dalam kecelakaan saat dia SMP, aku pasti harus bekerja untuk membiayai sekolahnya ke SMA.""Apa haknya? Aku ini anak kandung orang tuaku, semua ini seharusnya milikku."Seolah-olah teringat dengan berbagai kejadian masa lalu, tatapan Vivi menjadi ganas dan nada bicaranya terdengar liar. "Lena itu bukan adikku dan aku juga nggak pernah menganggapnya sebagai adikku. Kalau bukan karena dia masih berguna, aku suda

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 764

    Saat ini, Vivi sedang bersandar di tempat tidur sambil menonton drama dan matanya sudah berkaca-kaca karena terbawa suasana. Dia mengira itu adalah perawat yang mengantar sarapannya saat mendengar ada yang mengetuk pintu, sehingga dia merespons dengan santai. "Masuk saja."Setelah mengatakan itu, Vivi bahkan sempat mengomel, "Bukankah aku sudah bilang jangan begitu pagi antar sarapannya? Kalau terlalu pagi sarapan, nanti aku sudah lapar lagi sebelum waktunya makan siang."Tiffany yang mendengar perkataan Vivi begitu masuk ke dalam kamar pun tersenyum dan berkata dengan tenang, "Sepertinya aku memang nggak sopan ya. Apa aku seharusnya datang menjenguk sambil membawa sarapan?"Vivi terkejut sejenak saat mendengar suara wanita dengan nada dingin dan menyindir, lalu mengangkat kepalanya dan melihat Tiffany yang sudah berpakaian rapi sedang berdiri di depan pintu. Dia mengernyitkan alis, lalu mengambil remot dan mematikan dramanya. "Nona Tiffany, kenapa kamu bisa datang ke sini?"Tiffany me

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 763

    Saat Tiffany tersadar kembali, itu sudah keesokan paginya dan Julie menjaganya di samping dengan mata yang masih merah.Melihat Tiffany yang sudah bangun, Julie segera membantu Tiffany untuk duduk. "Bagaimana? Apa ada yang sakit?"Tiffany memijat pelipisnya yang sakit. "Kenapa aku di sini?"Julie menuangkan segelas air dan menyerahkannya pada Tiffany, lalu menghela napas. "Kamu sudah sibuk menyelesaikan tugas akhir selama beberapa hari ini, jadi nggak istirahat dengan baik. Kejadian di pintu lembaga riset kemarin membuatmu terlalu kaget dan kamu juga terlalu sedih saat dengar kondisi Xavier, jadi kamu pingsan. Tapi, sekarang kamu sudah baik-baik saja.""Hanya saja, tunangan dari Xavier sudah semalaman nggak tidur. Dia terus duduk di samping tempat tidur dan memegang tangan Xavier. Dia bilang dia yakin satu jam lagi Xavier pasti akan bangun. Tapi, waktu terus berlalu, Xavier masih tetap begitu. Dia masih terus yakin Xavier pasti akan sadar, jadi dia mau tunggu sampai Xavier bangun."Set

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 762

    Lena merangkak mendekat dan menggenggam ujung celana Tiffany, lalu berkata, "Aku bersedia mengakui kesalahanku dan dihukum sesuai hukum, tapi tolong jangan sakiti kakakku. Jangan melibatkan dia dalam masalah ini. Aku mohon padamu."Tiffany mendengus, lalu langsung mengangkat kakinya dan menyingkirkan tangan Lena. "Karena kamu memohonku, jadi aku harus menurut padamu? Kalau tahu hari ini akan begini, kenapa kamu harus melakukannya? Kamu pikir kamu bisa lolos dari hukum setelah melakukan semua ini?"Wajah Lena langsung menjadi pucat. Sebenarnya, dia sudah memperkirakan semua yang terjadi sekarang, tetapi kakaknya terus murung selama beberapa hari ini. Kakaknya bilang Tiffany sudah kembali, berarti dia harus meninggalkan Sean dan Kota Aven.Selama tiga tahun ini, Lena melihat dengan jelas betapa baiknya kehidupan kakaknya di sisi Sean. Jika meninggalkan Sean, kakaknya akan kehilangan pengobatan yang terbaik dan standar hidup kakaknya juga akan memburuk. Dia mengakui dirinya bukan orang ya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status