Share

Bab 57

Penulis: Clarissa
Jika ada ranjang di depannya sekarang, Tiffany pasti akan langsung menjatuhkan diri untuk tidur sepuasnya! Setelah bersusah payah menyuapi Sean hingga selesai, barulah dia kembali ke tempat duduknya untuk makan sendiri. Namun selama sarapan, beberapa kali Tiffany hampir saja ketiduran.

Begitu sampai di kampus, Tiffany yang biasanya sangat serius mengikuti pelajaran, untuk pertama kalinya merasa ingin tidur di kelas. Dia benar-benar sangat mengantuk. Di kelasnya, tidak banyak mahasiswa yang bisa serius dalam mendengarkan pelajaran sepertinya. Jadi, kalau dia tidur selama satu pelajaran saja, sepertinya tidak masalah, 'kan?

Namun, kenyataan tidak seindah yang dia bayangkan. Pelajaran pertama adalah kalkulus. Dosen kalkulus menyuruh Tiffany berdiri dengan tegas, "Di kelas ini, cuma kamu yang benar-benar serius belajar. Sekarang kamu juga mau menyerah? Berdiri dan dengarkan pelajaran! Renungkan kesalahanmu!"

Tiffany tidak punya pilihan selain berdiri dalam keadaan setengah sadar dan menden
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Mia Mobateng
ko cerita nya kurang sreg kalo kelakuan tiffany seperti itu anggap pernikahan cuma mainan jadi cerita ini kurang menarik... awal mulanya aku suka.. tapi sekarang jadi males
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
gak usah kedepankan gengsi dan gak enak hati kalo sama pasangan, Sean mau menerimamu berarti dia mau menanggung semua nya suka dukanya bersama Tifany jangan naif kali jadi orang
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
bener kata Julie...Tiffani kenapa kamu bodoh dn keras kepala sekali....cobalah berfikir klu pernikahanmu ini sah dn bersikap normal layaknya seorang suami istri...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 58

    Julie merasa sangat kesal. Memang begitulah sifat Tiffany, keras kepala, kolot, dan rendah diri."Kalau begini terus, kamu bisa mati kecapekan," kata Julie."Makanya kamu jangan marah-marah sama aku lagi." Tiffany tersenyum tipis sambil memandang Julie. "Setelah selesai makan nanti, aku masih harus ke panti jompo."Julie mengacak nasi di piring Tiffany dengan kesal sambil berkata, "Kamu bisa santai sedikit nggak? Aku nggak mau hadiri pemakamanmu secepat ini."Tiffany paham bahwa Julie berniat baik. Oleh karena itu, dia memberikan paha ayam dari piringnya kepada Julie. "Sudah, ayo cepat makan. Bukannya kamu masih harus ke kelas nari nanti sore?""Huh!"Setelah selesai makan dengan Julie, Tiffany bergegas naik bus menuju panti jompo. Karena terlalu mengantuk, Tiffany akhirnya ketiduran di bus. Saat terbangun lagi, busnya telah mencapai pemberhentian terakhir.Merasa tidak berdaya, Tiffany terpaksa menusuk punggung telapak tangannya dengan jarum untuk mengingatkan dirinya untuk tidak keti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 59

    Menurut Garry, Tiffany yang menikah dengan pria tua kaya seharusnya hidup dengan kemewahan, bukannya kelelahan seperti ini. Bukankah kata orang, pria tua lebih menyayangi istrinya? Apa suami Tiffany tidak memberinya uang? Atau bahkan memperlakukannya dengan buruk?"Nggak ada yang perlu dipertimbangkan soal sepadan atau nggak," jawab Tiffany dengan lelah sambil bersandar pada kursi mobil. Dia sudah kehabisan energi untuk berbicara, apalagi untuk mengobrol panjang lebar dengan Garry. "Kak, aku terlalu capek. Biarkan aku tidur sebentar."Setelah itu, Tiffany langsung menutup matanya dan dalam sekejap sudah tertidur di kursi penumpang. Dia benar-benar kelelahan. Seharian penuh tanpa istirahat, ditambah dengan kerja keras di panti jompo membuatnya merasa seperti seluruh energinya terkuras habis.Di kursi pengemudi, Garry menatap Tiffany yang tertidur melalui kaca spion. Sebuah perasaan tidak nyaman yang menyelinap di hatinya.Saat hampir tiba di persimpangan menuju Vila Swan Lake, sebuah ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 60

    Bukan karena Garry terlalu pengecut, melainkan karena mempertaruhkan dirinya demi seorang wanita bersuami seperti Tiffany benar-benar tidak sebanding. Dia menarik napas panjang, kemudian memutuskan telepon dan langsung memutar arah mobilnya menuju Vila Swan Lake.Sementara itu, dari bawah lampu jalan, seorang remaja berpakaian putih yang tersembunyi mendengus dingin. Dia menyimpan pisau lemparnya dan meluncur pergi dengan skateboard-nya....."Ah, lapar sekali ...."Di vila Keluarga Tanuwijaya. Tiffany terbangun karena aroma makanan yang menggugah selera."Kamu sudah bangun?" Suara Sean yang dingin terdengar di telinganya. "Sudah waktunya kamu suapin aku."Tiffany tertegun sejenak sebelum bangkit dari meja. Saat itu, dia sedang duduk di meja makan vila Keluarga Tanuwijaya dan tubuhnya bersandar di atas meja.Dengan mata yang tertutup oleh kain hitam, Sean duduk anggun sambil memegang cangkir teh dan meminumnya dengan perlahan.Tiffany benar-benar kelaparan. "Boleh nggak aku makan dulu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 61

    Gadis itu mengenakan gaun tidur putih yang mengembang di dalam air yang jernih, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Rambut panjangnya yang hitam berkilau mengambang perlahan di dalam air.Sean menyipitkan matanya, lalu mengulurkan tangan dan menariknya keluar dari air. Kemudian, dia menggendong Tiffany dengan langkah cepat menuju tempat tidur."Panggil Dokter Charles ke sini," perintahnya sambil menutup telepon internal.Setelah itu, dia duduk di tepi tempat tidur dan mengelap tetesan air di wajah Tiffany dengan hati-hati. Meskipun Tiffany sudah pingsan karena kelelahan, dia tetap saja tidak mau membuka diri kepada Sean dan tidak ingin menceritakan apa yang sebenarnya sedang dia alami.Tiffany selalu mengatakan ingin menghabiskan hidup bersama Sean. Namun kenyataannya, dia tidak pernah benar-benar menganggap Sean sebagai suaminya. Bahkan sebagai teman pun bukan.Bagi Tiffany, Sean hanyalah seorang majikan. Seseorang yang dia anggap sebagai "penolong" yang harus dibalas. Betapa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 62

    "Ngomong-ngomong, ada kamar untukku menginap semalam? Dia sudah kelelahan begini, setidaknya kamu harus kasih dia istirahat dulu malam ini, bukan?" Charles bertanya sambil melirik Tiffany yang masih tertidur.Sean mengangguk pelan. Awalnya, dia memang berniat tidak membiarkan Tiffany beristirahat. Dia berharap Tiffany akan menyerah dan akhirnya mengungkapkan semua masalahnya. Sean mengira dengan cara seperti ini, Tiffany akan belajar untuk berbagi masalahnya dengannya.Namun, dia tidak menyangka gadis kecil ini jauh lebih gigih dari yang dibayangkannya. Tiffany bahkan lebih memilih untuk pingsan karena kelelahan daripada mengeluh atau meminta bantuan. Meskipun penampilannya tampak begitu lembut dan sederhana, sifat keras kepalanya benar-benar membuat Sean tak berdaya."Ini pertama kalinya aku menginap di rumahmu, 'kan? Luar biasa." Charles tertawa ringan, lalu meletakkan tangannya di bahu Sean. "Ternyata setelah menikah, kamu jadi lebih manusiawi."Kemudian, seolah menyadari sesuatu, C

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 63

    Padahal suasana hati Sean sangat buruk semalam, tapi dia tidak membangunkan Tiffany saat ketiduran. Sebaliknya, dia menyuruh orang lain untuk memindahkannya ke tempat tidur. Ternyata Sean juga bisa menunjukkan sisi lembutnya.Tiffany adalah gadis yang mudah merasa puas. Dia tersenyum kecil dan turun ke lantai bawah dengan perasaan senang.Di ruang tamu, Sean yang mengenakan pakaian serba hitam, sedang duduk bersandar di sofa sambil menikmati secangkir teh. Di sebelahnya duduk seorang pria berpakaian putih yang sedang berbicara tanpa henti tentang gosip Keluarga Tanuwijaya."Tahu nggak, beberapa hari belakangan ini, Michael jadi bahan tertawaan di kalangan sosialita," ujar pria berbaju putih itu."Dia itu cucu tertua dari Keluarga Tanuwijaya. Di usianya yang sudah hampir 30, dia baru dapat kendali atas sebuah perusahaan dari kakeknya. Belum lama dia memimpin, tiba-tiba Keluarga Sanskara datang dan membuatnya malu. Bukan cuma harga dirinya yang tercoreng, perusahaannya pun diambil kembal

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 64

    Ini adalah pertama kalinya Sean melihat Tiffany tertawa selepas itu. Bukan senyuman yang terpaksa di hadapannya, bukan pula senyuman yang dipaksakan saat bersama Keluarga Tanuwijaya. Kali ini, tawa Tiffany benar-benar tulus dari hatinya dan tanpa dipaksakan.Sinar matahari yang masuk melalui jendela menyinari sosok gadis itu. Rambut hitamnya terlihat berkilauan. Sehelai rambut menggantung di sisi telinganya, berayun lembut mengikuti irama tawanya. Tanpa sadar, Sean mengulurkan tangan untuk menyelipkan rambut itu ke belakang telinganya, memperlihatkan sisi wajah Tiffany yang mulus.Sebelumnya, semua perhatian Tiffany tertuju pada Charles dan Chaplin. Namun begitu Sean menyentuhnya, Tiffany langsung tersadar. Setelah menyadari apa yang terjadi, wajah gadis itu memerah tanpa disadari."Terima kasih," ucapnya pelan. Beberapa saat kemudian, dia mengerutkan kening dan bertanya, "Kenapa ... kamu bisa tahu ...."Sean seharusnya tidak bisa melihat, 'kan? Bagaimana dia bisa tahu ada sehelai ramb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 65

    Sean mengangguk pelan, "Menyuruhmu untuk suapin aku makan, memintamu memandikanku, semua itu cuma untuk memaksamu jujur."Tiffany menggigit bibirnya merasa kebingungan. Dia tidak pernah berpikir sejauh itu. Saat Sean memintanya untuk menyuapinya, Tiffany mengira itu karena Sean bergantung padanya. Saat Sean meminta untuk memandikannya, Tiffany mengira itu karena Sean tidak bisa melakukannya sendiri.Bahkan ketika Sean berkali-kali menyuruhnya mengisi ulang air bak mandi tadi malam, Tiffany hanya mengira itu karena dia sedang dalam suasana hati yang buruk. Mana mungkin dia tahu bahwa pria itu sengaja memanfaatkan situasi untuk memerintahnya?Melihat Tiffany yang terdiam, Charles yang berada di samping mengerutkan kening, "Tiffany, kamu jangan sampai salah paham dan menyalahkan Sean karena merepotkanmu ya. Dia memang begitu, kecerdasan emosionalnya rendah.""Kalau bukan karena aku datang hari ini, mungkin sampai sekarang dia masih akan bersikap dingin padamu. Dia nggak pandai mengekspres

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 775

    Tiffany mengerutkan alis. "Kamu ... sudah kenal Xavier dari dulu?"Kalau tidak salah ingat, sebelumnya Xavier pernah mengatakan dia dan tunangannya belum kenal lama.Saat itu, Miska sadar dirinya keceplosan. Dia buru-buru menutup mulutnya dan terbatuk. "Aku ... dulu aku adik kelasnya.""Dia itu idola di sekolah kami, jadi kami semua kenal dia. Tapi, dulu dia nggak kenal aku. Kami baru kenal akhir-akhir ini."Sambil bicara, gadis itu menunduk dan wajahnya memerah. "Aku dari dulu sudah kagum sama Kak Xavier. Aku sangat bahagia bisa sampai sejauh ini sama dia."Miska mendongak, suaranya tegas dan sungguh-sungguh. "Kak Tiff, kamu bisa bantu aku nggak?""Aku ingin nikah dengannya, nggak peduli dia bakal siuman atau nggak. Dia bilang dia nggak punya banyak teman, hubungannya sama keluarganya juga nggak terlalu dekat. Satu-satunya cewek yang paling dia suka pun sudah menemukan kebahagiaannya sendiri.""Aku benar-benar takut, nanti kalau dia koma terlalu lama, nggak akan ada yang merawat dia .

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 774

    "Aku ... akan pergi darimu. Aku nggak akan membiarkan orang lain tahu gimana kamu membalas kebaikanku, nggak akan membiarkan mitramu memutuskan kerja sama denganmu ...."Sean menyeringai dingin, mengangkat kakinya untuk menepis tangan itu, lalu melangkah menuju pintu. "Aku nggak peduli gimana orang lain memandangku.""Mitraku juga nggak akan memutuskan hubungan cuma karena orang nggak penting sepertimu. Kamu terlalu melebih-lebihkan dirimu sendiri."Setelah itu, Sean melirik perawat yang berjaga di pintu dan tampak ketakutan setengah mati. Dia berkata, "Kamu bisa istirahat sekarang. Mulai hari ini, kamu nggak perlu lagi melayaninya.""Suruh rumah sakit usir dia dari kamar ini. Aku bisa merawat penyelamat hidupku sendiri. Nggak perlu merepotkan orang lain."Usai memberi instruksi, Sean kembali menoleh pada Chaplin. "Setelah urusan selesai, antar dia ke kantor polisi sama Pak Genta. Biarkan dia reuni dengan adiknya."Selesai berbicara, dia pun berbalik dan pergi. Teriakan Vivi menggema d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 773

    Vivi menatap kosong ke arah mata dingin tak berperasaan milik Sean. Perasaan putus asa perlahan merayap ke dalam hatinya.Dulu, dia selalu mengira kelembutan Sean padanya adalah tanda ketertarikan. Dia bahkan sempat merasa bangga. Untung saja, wanita itu sudah mati. Jika tidak, Sean pasti akan berterima kasih dan berutang budi pada wanita itu.Dirinya adalah penyelamat hidup Sean. Sean begitu baik padanya. Jika Sean tidak bisa menemukan mantan istrinya, kemungkinan besar dia akan menjadi satu-satunya calon istrinya di masa depan.Lagi pula, selama tiga tahun berada di sisi Sean, dia melihat sendiri bagaimana Sean menolak banyak gadis dari keluarga terpandang, menolak banyak wanita yang datang mendekat.Semua orang iri padanya. Dia punya kesempatan untuk menyelamatkan Sean, punya status sebagai penyelamat Sean.Tak berlebihan jika dibilang, kalau Tiffany tidak kembali, langkah Vivi selanjutnya adalah menggoda Sean untuk tidur dengannya. Bagaimanapun, hanya kepada dia Sean bersikap lembu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 772

    Dia ingin kamar rawat inap, Sean berikan.Dia ingin Sean merawat adiknya, Sean turuti.Dia bilang ingin mobil agar bisa melihat pemandangan di luar, Sean belikan.Karena selama ini, Sean selalu percaya bahwa kaki Vivi menjadi cacat karena dia menyelamatkannya.Saat kejadian kebakaran dulu, Sean dijebak dan diberi obat di jamuan makan. Saat hidupnya sudah di ambang kematian, yang menyelamatkannya ternyata adalah seorang wanita. Sejak saat itu, hatinya selalu diliputi rasa bersalah.Terlebih lagi, wanita itu sampai harus kehilangan kemampuan berjalan selama 3 tahun demi dirinya.Namun, yang tak pernah disangka oleh Sean adalah ketulusannya selama ini, ternyata dimanfaatkan semena-mena oleh orang lain.Lebih tak disangka lagi, di balik wajah lembut dan anggun Vivi, tersembunyi hati yang begitu busuk dan menjijikkan.Situasi sudah sampai titik ini, tetapi Vivi masih membujuk Tiffany untuk bekerja sama menipunya!Tak lama kemudian, mobil tiba di Rumah Sakit Pusat. Sean turun dari mobil deng

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 771

    Sean memeluk Tiffany, diam-diam menunggu hukuman yang akan diterimanya.Dia mengira Tiffany diam begitu lama pasti karena sedang memikirkan hukuman yang sulit dan berat untuknya.Tidak disangkanya, setelah menunggu sekian lama, Tiffany justru tersenyum manis. "Hukumannya ... mulai sekarang kamu yang harus antar Arlo dan Arlene ke sekolah setiap hari!"Sean tertegun, lalu mengecup bibirnya dengan lembut. "Oke."Bagi orang tua lain, mengantar anak ke sekolah pagi-pagi mungkin terasa merepotkan. Namun, bagi Sean, itu justru sebuah kebahagiaan.Karena dulu dia pernah sebodoh itu sampai melewatkan 5 tahun pertumbuhan anak-anaknya. Andai saja waktu itu dia lebih yakin, andai saja dia bisa menemukan Tiffany lebih cepat .... Sayangnya, waktu tidak bisa diputar kembali.Jadi, ketika Tiffany mengatakan dia harus mengantar anak-anak ke sekolah, Sean tersenyum manis sambil berujar, "Akan kulakukan dengan senang hati."Tiffany bersandar dalam pelukannya, merasakan kehangatan tubuh pria itu. Senyuma

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 770

    Akhirnya, Sean merebahkan Tiffany di atas ranjang besar di kamar tidur vila.Kamar tidur berada di lantai 2, dengan jendela kaca yang sangat besar. Dari tempat tidur, hamparan laut luas bisa terlihat jelas.Sinar matahari masuk menembus jendela kaca, menyinari seluruh ruangan dengan cahaya keemasan yang hangat.Sean menindih tubuhnya, menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Tiff.""Kenapa ...?" Tiffany mulai gemetaran, menatap pria di atas tubuhnya dengan gugup.Terakhir kali ditindih di ranjang ini, dia benar-benar dibuat tak berdaya oleh Sean, sampai seluruh tenaganya terkuras. Bahkan, dia sempat mencicipi masakan Sean yang begitu buruk.Sekarang setelah 5 tahun berlalu, kembali berada di situasi seperti ini membuat hati Tiffany dilanda kecemasan."Kenapa kamu nggak kasih tahu aku?" Mata Sean yang hitam menatap lekat-lekat dengan perasaan cinta. "Kamu rasa seru main rahasia-rahasia begini?"Tiffany tertegun. "Ka ... kamu ngomong apa sih?""Aku sudah tahu semua." Sean menunduk, menatap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 769

    Sean menggenggam setir mobilnya, tangannya sedikit membeku.Dia menatap kaca spion tengah dengan ekspresi geli, melihat wanita yang tampak terkejut sekaligus tersentuh itu. "Aku cuma nyatakan perasaan ke kamu, perlu mikir sejauh itu?"Wajah Tiffany memerah. Dia mengintip ke arah Sean dengan hati-hati melalui kaca spion. "Aku cuma merasa aneh saja ...."Suara wanita itu lembut dan agak manja. "Ngapain kamu tiba-tiba ngomong kayak gitu? Nggak ada angin, nggak ada hujan."Genggaman Sean di setir semakin kencang. Dia mengatakan itu bukan tanpa alasan! Semuanya ada alasannya!Sean menatap wanita yang duduk di kursi belakang, hatinya penuh dengan emosi. Selama 5 tahun, dia terus mencari Tiffany.Bahkan saat Sean belum menemukannya, Tiffany tetap nekat menyelamatkannya dalam kebakaran besar yang terjadi 3 tahun lalu.Setelah menyelamatkannya, Tiffany malah tidak mengatakan sepatah kata pun. Kalau dibandingkan dengan Vivi yang selama 3 tahun ini terus mengklaim dirinya sebagai penyelamat dan m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 768

    Awalnya, Sean masih begitu yakin orang yang menyelamatkannya di tengah kebakaran saat itu adalah Tiffany. Namun, Mark dan Charles terus menjelaskan padanya bahwa orang yang berada di ambang kematian pasti akan berhalusinasi. Lama-kelamaan, dia juga merasa semua itu hanya halusinasi. Setelah kemunculan Vivi, dia benar-benar percaya Tiffany tidak pernah menyelamatkannya.Namun kini, perasaan Sean benar-benar bergejolak saat teringat kembali dengan perkataan Zion dan melihat buku kenangan di tangannya. Yang berarti orang yang menyelamatkannya saat kebakaran tiga tahun yang lalu adalah Tiffany.Satu menit kemudian.Rika yang baru saja turun tangga dan hendak mulai membersihkan rumah pun mengambil pel lantai. Saat Sean tiba-tiba turun dari lantai atas sambil memegang buku kenangan dan melangkah menuju pintu keluar, dia kebingungan. Tadi Sean berkata ingin mengantar jaket untuk anak-anak, sekarang malah hanya membawa sebuah buku.Saat tangannya hampir menyentuh gagang pintu, Jason berhenti s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 767

    Sean mengantar kedua anaknya ke TK."Kamu ayahnya Arlo dan Arlene?" tanya bibi di TK itu dengan ramah.Sean menggandeng tangan kedua anaknya, lalu menganggukkan kepalanya dan menjawab dengan tenang, "Ya.""Serahkan saja anak-anak padaku."Bibi itu menarik tangan Arlo dan Arlene sambil tersenyum, lalu mengingatkan Sean, "Belakangan ini cuacanya mulai dingin dan ramalan cuaca juga bilang hari ini akan turun hujan. Sepertinya pakaian Arlo dan Arlene terlalu tipis. Bisakah kamu pulang dan mengambil jaket untuk mereka? Sistem imun anak kecil masih lemah. Kalau nggak menjaga mereka tetap hangat, mereka akan mudah masuk angin."Setelah ragu sejenak, Sean menganggukkan kepala. "Baik."Sean langsung mencari jaket di dalam lemari setelah kembali ke rumah, tetapi tidak menemukan yang cocok. Saat hendak menelepon Tiffany, pandangannya tiba-tiba tertuju pada koper yang terletak di bawah tempat tidur Arlo.Dia pun menepuk keningnya. Saat Tiffany ikut dengannya ke Kota Aven, Tiffany pasti sudah menyi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status