Share

Bab 53

Penulis: Clarissa
Sebenarnya sejak tadi siang Garry sudah ingin menanyakan hal ini pada Tiffany. Namun, dia hanya memberi alasan bahwa dia ingin mengikuti kursus memasak. Tiffany benar-benar tidak pandai berbohong.

Mana mungkin gadis secerdas dan serajin Tiffany tidak bisa memasak? Tidak akan ada yang percaya dengan kebohongan seperti itu.

"Aku nggak ada masalah apa-apa kok," sangkal Tiffany senyuman ceria.

Garry yang duduk di kursi pengemudi kembali berkata, "Kalau butuh uang, kamu bisa bilang sama aku. Meskipun aku baru kerja beberapa tahun, penghasilanku cukup bagus."

Membahas soal ini, Garry tidak bisa menahan diri untuk sedikit pamer, "Mobil ini kubeli dengan uangku sendiri, harganya sekitar 400-an juta. Teman-temanku iri sekali padaku."

Tiffany menatapnya dengan kagum, "Kak Garry memang luar biasa. Alangkah bagusnya kalau aku bisa sehebat Kak Garry."

Garry tersenyum puas, "Nggak ada yang nggak bisa didapatkan asalkan berusaha. Ngomong-ngomong, Tiffany, kamu belum bilang di mana kamu tinggal."

Tiff
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 54

    Garry mengangguk. "Ya sudah, daripada nanti suamimu salah paham kalau lihat aku."Setelah melihat mobil Garry pergi, Tiffany baru mengeluarkan ponselnya dan menelepon Rika untuk memberi tahu bahwa dia ditahan di gerbang.Dua menit kemudian, Sofyan yang mengenakan setelan formal muncul di gerbang kompleks. "Nyonya, Tuan menyuruhku untuk menjemput Anda pulang."Mata Tiffany membelalak kaget. Sepertinya sekarang sudah lewat pukul sembilan malam.Sean belum tidur? Seolah-olah menyadari kebingungan Tiffany, Sofyan mengangguk hormat. "Tuan masih menunggu Anda pulang untuk makan malam.""Sudah larut malam begini, dia belum makan?" Tiffany terkejut hingga raut wajahnya agak berubah.Sofyan mengangguk lagi, "Jadi, kalau Nyonya peduli sama Tuan, ayo cepat pulang."Tiffany tidak berani menunda lagi. Dia mengikuti Sofyan dengan langkah cepat menuju vila. Melihat tas ranselnya yang tampak berat, Sofyan menghentikannya dan membantu membawakan tas itu. Keduanya buru-buru meninggalkan pintu gerbang ko

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 55

    Tiffany terdiam. Apa pria ini benar-benar ketagihan disuapi olehnya? Dengan tak berdaya, Tiffany terpaksa menunduk dan duduk di dekat Sean sambil mulai menyuapinya. Sean makan dengan perlahan dan elegan, membuat Tiffany merasa kesulitan.Hari ini dia telah bekerja keras di panti jompo, sehingga dia merasa lelah dan kelaparan. Sekarang dia malah harus menyuapi Sean dengan perlahan. Namun sebagai istrinya, sepertinya memang wajar jika Tiffany menyuapinya.Sekitar 20 menit kemudian, Sean akhirnya selesai makan malam. Setelah itu, Tiffany mengambil tisu dan membersihkan sudut mulutnya dengan hati-hati. Wajah Sean yang terlihat dingin dan tegas itu, ternyata terasa lembut saat disentuh.Kulitnya bahkan terasa lebih halus daripada kulit Tiffany. Saking nyamannya, sampai membuat jantung Tiffany berdegup lebih cepat.Setelah beberapa saat, Tiffany meletakkan tisu dan akhirnya mulai makan sendiri. Setelah lelah bekerja seharian dan kelaparan, Tiffany merasa dirinya bisa menghabiskan seluruh mak

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 56

    Tiffany sama sekali tidak memahami berita mengenai dunia bisnis. Setelah membacanya sejenak, dia akhirnya terlelap di dipan ranjang. Saat ketiduran, mulutnya masih terus menggumamkan berita yang sedang dibacanya.Tiffany bersandar pada bantal di sampingnya. Sean memandangnya dengan tatapan yang dalam cukup lama, hingga akhirnya dia mengulurkan tangan untuk menyelimutinya. "Suami istri harus saling percaya. Kamu nggak percaya padaku, makanya nggak beri tahu aku semua yang kamu lakukan."Dia mengusap lembut rambut Tiffany, merasa ada jarak di antara mereka. "Kalau kamu nggak bisa percaya dan bergantung padaku sepenuhnya, aku juga nggak akan membiarkanmu tetap berada di sisiku terlalu lama."Sambil menatapnya, ingatan Sean kembali pada belasan tahun yang lalu. Saat itu, dia masih berusia 8 tahun dan sedang duduk di kursi belakang mobil sambil mendengar orang tuanya bertengkar."Kalau kamu percaya padaku, nggak seharusnya kamu diam-diam melakukan hal ini di belakangku!""Aku nggak mau kamu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 57

    Jika ada ranjang di depannya sekarang, Tiffany pasti akan langsung menjatuhkan diri untuk tidur sepuasnya! Setelah bersusah payah menyuapi Sean hingga selesai, barulah dia kembali ke tempat duduknya untuk makan sendiri. Namun selama sarapan, beberapa kali Tiffany hampir saja ketiduran.Begitu sampai di kampus, Tiffany yang biasanya sangat serius mengikuti pelajaran, untuk pertama kalinya merasa ingin tidur di kelas. Dia benar-benar sangat mengantuk. Di kelasnya, tidak banyak mahasiswa yang bisa serius dalam mendengarkan pelajaran sepertinya. Jadi, kalau dia tidur selama satu pelajaran saja, sepertinya tidak masalah, 'kan?Namun, kenyataan tidak seindah yang dia bayangkan. Pelajaran pertama adalah kalkulus. Dosen kalkulus menyuruh Tiffany berdiri dengan tegas, "Di kelas ini, cuma kamu yang benar-benar serius belajar. Sekarang kamu juga mau menyerah? Berdiri dan dengarkan pelajaran! Renungkan kesalahanmu!"Tiffany tidak punya pilihan selain berdiri dalam keadaan setengah sadar dan menden

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 58

    Julie merasa sangat kesal. Memang begitulah sifat Tiffany, keras kepala, kolot, dan rendah diri."Kalau begini terus, kamu bisa mati kecapekan," kata Julie."Makanya kamu jangan marah-marah sama aku lagi." Tiffany tersenyum tipis sambil memandang Julie. "Setelah selesai makan nanti, aku masih harus ke panti jompo."Julie mengacak nasi di piring Tiffany dengan kesal sambil berkata, "Kamu bisa santai sedikit nggak? Aku nggak mau hadiri pemakamanmu secepat ini."Tiffany paham bahwa Julie berniat baik. Oleh karena itu, dia memberikan paha ayam dari piringnya kepada Julie. "Sudah, ayo cepat makan. Bukannya kamu masih harus ke kelas nari nanti sore?""Huh!"Setelah selesai makan dengan Julie, Tiffany bergegas naik bus menuju panti jompo. Karena terlalu mengantuk, Tiffany akhirnya ketiduran di bus. Saat terbangun lagi, busnya telah mencapai pemberhentian terakhir.Merasa tidak berdaya, Tiffany terpaksa menusuk punggung telapak tangannya dengan jarum untuk mengingatkan dirinya untuk tidak keti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 59

    Menurut Garry, Tiffany yang menikah dengan pria tua kaya seharusnya hidup dengan kemewahan, bukannya kelelahan seperti ini. Bukankah kata orang, pria tua lebih menyayangi istrinya? Apa suami Tiffany tidak memberinya uang? Atau bahkan memperlakukannya dengan buruk?"Nggak ada yang perlu dipertimbangkan soal sepadan atau nggak," jawab Tiffany dengan lelah sambil bersandar pada kursi mobil. Dia sudah kehabisan energi untuk berbicara, apalagi untuk mengobrol panjang lebar dengan Garry. "Kak, aku terlalu capek. Biarkan aku tidur sebentar."Setelah itu, Tiffany langsung menutup matanya dan dalam sekejap sudah tertidur di kursi penumpang. Dia benar-benar kelelahan. Seharian penuh tanpa istirahat, ditambah dengan kerja keras di panti jompo membuatnya merasa seperti seluruh energinya terkuras habis.Di kursi pengemudi, Garry menatap Tiffany yang tertidur melalui kaca spion. Sebuah perasaan tidak nyaman yang menyelinap di hatinya.Saat hampir tiba di persimpangan menuju Vila Swan Lake, sebuah ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 60

    Bukan karena Garry terlalu pengecut, melainkan karena mempertaruhkan dirinya demi seorang wanita bersuami seperti Tiffany benar-benar tidak sebanding. Dia menarik napas panjang, kemudian memutuskan telepon dan langsung memutar arah mobilnya menuju Vila Swan Lake.Sementara itu, dari bawah lampu jalan, seorang remaja berpakaian putih yang tersembunyi mendengus dingin. Dia menyimpan pisau lemparnya dan meluncur pergi dengan skateboard-nya....."Ah, lapar sekali ...."Di vila Keluarga Tanuwijaya. Tiffany terbangun karena aroma makanan yang menggugah selera."Kamu sudah bangun?" Suara Sean yang dingin terdengar di telinganya. "Sudah waktunya kamu suapin aku."Tiffany tertegun sejenak sebelum bangkit dari meja. Saat itu, dia sedang duduk di meja makan vila Keluarga Tanuwijaya dan tubuhnya bersandar di atas meja.Dengan mata yang tertutup oleh kain hitam, Sean duduk anggun sambil memegang cangkir teh dan meminumnya dengan perlahan.Tiffany benar-benar kelaparan. "Boleh nggak aku makan dulu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 61

    Gadis itu mengenakan gaun tidur putih yang mengembang di dalam air yang jernih, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Rambut panjangnya yang hitam berkilau mengambang perlahan di dalam air.Sean menyipitkan matanya, lalu mengulurkan tangan dan menariknya keluar dari air. Kemudian, dia menggendong Tiffany dengan langkah cepat menuju tempat tidur."Panggil Dokter Charles ke sini," perintahnya sambil menutup telepon internal.Setelah itu, dia duduk di tepi tempat tidur dan mengelap tetesan air di wajah Tiffany dengan hati-hati. Meskipun Tiffany sudah pingsan karena kelelahan, dia tetap saja tidak mau membuka diri kepada Sean dan tidak ingin menceritakan apa yang sebenarnya sedang dia alami.Tiffany selalu mengatakan ingin menghabiskan hidup bersama Sean. Namun kenyataannya, dia tidak pernah benar-benar menganggap Sean sebagai suaminya. Bahkan sebagai teman pun bukan.Bagi Tiffany, Sean hanyalah seorang majikan. Seseorang yang dia anggap sebagai "penolong" yang harus dibalas. Betapa

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 467

    Ibu Raiyen langsung tersadar. "Bos, Anda ....""Ya." Pemilik toko menjawab dengan puas sambil menyilangkan tangan di dada. "Aku nggak memasukkan terlalu banyak, cuma empat atau lima jarum halus yang sulit terlihat.""Jarum-jarum ini dilapisi dengan sesuatu yang akan membuat orang tua merasa gatal luar biasa."Ibu Raiyen membelalakkan matanya dengan terkejut. "Anda melakukan ini ... nggak takut kalau dia akan kembali mencari Anda nantinya?""Apa yang perlu ditakuti?" Pemilik toko memutar matanya. "Gimana dia mau membuktikan bahwa aku yang masukkan jarum-jarum itu, bukan dia sendiri yang menyelipkannya karena ada dendam sama orang tua itu?""Tanpa bukti, dia nggak bisa berbuat apa-apa padaku."Ibu Raiyen tercengang untuk beberapa saat, lalu akhirnya menatap pemilik toko dengan penuh rasa kagum, bahkan mengacungkan jempol. "Anda memang cerdik. Aku benar-benar nggak kepikiran sampai ke sana."Seandainya saja dia berpikir seperti itu sebelumnya, untuk apa lagi dia berseteru dengan Tiffany?

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 466

    Wanita itu ternyata memang ibu dari Raiyen."Bagaimana keadaannya sekarang?" Tiffany tersenyum sopan kepada ibu Raiyen, tetapi kakinya perlahan mundur.Berhubung ibu Raiyen ada di sini dan terlihat begitu membencinya, Tiffany merasa tidak perlu membeli barang dari toko ini. Bagaimanapun, masih banyak toko pakaian lainnya. Kenapa harus cari masalah sendiri?"Hah, bagaimana mungkin dia baik-baik saja sekarang!" Ibu Raiyen menatap Tiffany dengan penuh amarah. "Kamu mengirimnya ke kantor polisi, catatan buruk itu tertulis di dokumennya. Dia dikeluarkan dari sekolah dan sekarang dia cuma bisa bersekolah di sekolah kecil di dekat sini!"Wanita itu melangkah semakin dekat ke Tiffany, kemarahan di matanya semakin memuncak. Tiffany mengerutkan alisnya. Karena malas berdebat lebih jauh, dia berbalik hendak pergi."Bu!" Baru saja Tiffany berbalik, suara antusias seorang wanita terdengar dari belakangnya."Bu!" Pemilik toko pakaian buru-buru keluar dan menarik lengan Tiffany. "Kenapa belum sempat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 465

    Sean menggelengkan kepala dengan pasrah sambil memegang wajah Tiffany yang putih dan tirus. "Kenapa kamu tahu kamu bukan? Bagaimana kalau ternyata kamu memang Nona keluarga Japardi yang hilang bertahun-tahun lalu?"Tiffany terpaku sejenak, lalu tersenyum. "Mana mungkin ada kebetulan sebanyak itu."Meskipun dia sangat merindukan kehangatan keluarga, pamannya pernah mengatakan bahwa dia ditemukan di tumpukan sampah saat kecil. Sejauh yang diketahui Tiffany, Nona Keluarga Japardi yang hilang itu adalah anak yang sangat disayangi oleh orang tuanya.Keyakinan dan tatapan tegas Tiffany membuat hati Sean terasa sakit. Dia tahu Tiffany sangat menyukai Derek dan dia tidak percaya bahwa Tiffany tidak ingin menjadi cucu pria tua itu.Bagi Sean, sikap tegasnya ini hanya karena ... dia tidak percaya dirinya bisa memiliki latar belakang dan keluarga seperti itu. Mungkin ini adalah keputusasaan dan rasa rendah diri yang terpatri di dalam dirinya.Sean menghela napas panjang dan mempererat pelukannya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 464

    "Ya." Sean menundukkan kepala, menatap wajah Tiffany yang putih dan tenang saat tertidur.Pikirannya melayang kembali ke saat di rumah sakit sebelumnya. Dalam keadaan setengah sadar, dia mendengar suara Tiffany yang penuh rasa sakit dan putus asa. Secara refleks, dia mematahkan belenggu orang-orang itu dan berlari ke arah Tiffany sekuat tenaga ....Tiffany adalah satu-satunya obat penawarnya. Satu-satunya hal yang paling sulit dia lepaskan.Sean mengangkat tangannya untuk menyentuh bulu mata Tiffany yang panjang. Sebuah senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. Tiffany adalah seseorang yang sangat menghargai ikatan keluarga.Jika dia tahu bahwa orang tua kandungnya masih hidup dan masih peduli padanya ... dia pasti akan sangat bahagia, bukan?Meskipun Sean tidak terlalu yakin bahwa pertemuan Tiffany dengan Niken adalah hal yang baik. Namun, karena Derek sudah mengatakan hal ini, dia memilih untuk percaya bahwa semuanya akan berjalan ke arah yang baik.Dengan pemikiran itu, Sean mengang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 463

    Sean terbangun pada malam hari. Saat dia membuka matanya, Tiffany sudah duduk di tepi tempat tidur, menggenggam tangannya sambil tertidur. Di dalam kamar, selain dia dan Tiffany, ada Bronson, Zara, Derek, dan Darmawan.Sean mengerutkan kening sedikit, lalu dengan bantuan Sofyan, dia memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur. "Paman Bronson, Kakek Derek.""Kenapa manggil Paman dan Kakek? Sekarang sudah seharusnya manggil Ayah dan Kakek." Derek menghela napas pelan, "Kami sudah tahu semuanya, jadi kami datang ke sini khusus untuk mendukung Tiffany."Sean sontak terpaku. Dia mengangkat pandangannya ke arah Zara yang berdiri di belakang Bronson. Zara tersenyum padanya, lalu memalingkan wajah.Sean merenung sejenak dan segera memahami alasan di balik semua ini. Dia tidak menyangka Sanny akan menyuruh Genta untuk menyerangnya. Namun, Zara bisa menduganya.Bisa dibilang, setelah lebih dari satu dekade bersama, Zara lebih mengenal Sanny dibanding dirinya sendiri. Fakta bahwa Keluarga Japa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 462

    Tiffany-lah yang menolak mengadakan acara dan tidak ingin mengambil foto pernikahan. Dia sendiri yang mengusulkan untuk langsung mendaftarkan pernikahan mereka dan menganggapnya sudah cukup.Sebab, dia terburu-buru ingin Keluarga Tanuwijaya segera menggunakan uang itu untuk mengobati neneknya.Pada saat itu, Darmawan memang sempat berpikir untuk mengadakan pernikahan yang layak untuk Tiffany di kemudian hari. Sekarang Derek yang mengusulkannya, Darmawan juga tidak keberatan."Kalau begitu, kita putuskan begitu saja!" Derek menghela napas panjang, "Waktu pernikahan ulang nanti, pastikan setiap anggota Keluarga Tanuwijaya datang satu per satu untuk meminta maaf sama cucuku!"Setelah berkata demikian, dia melotot dengan sengit ke arah Darmawan, "Termasuk kamu juga! Cuma dengan beberapa ratus juta saja kamu bawa pulang cucu kesayangan kami. Terlalu murah untukmu!Darmawan tersenyum dan mengangguk, "Benar, benar, memang Keluarga Tanuwijaya yang diuntungkan.""Hmph!" Derek mengelus janggutny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 461

    "Tiffany sudah bangun!?" Derek segera mendekat dengan wajah penuh kejutan dan kebahagiaan sambil menggenggam tangan Tiffany dengan penuh kasih, "Cucu kesayanganku! Keluarga Tanuwijaya siksa kamu ya?"Tiffany terpaku sejenak sebelum menyadari bahwa Derek sengaja mengatakan hal itu di depan Keluarga Tanuwijaya. Derek berbaik hati mengatakan Tiffany adalah anak Keluarga Japardi dan tentu saja Tiffany tidak bisa merusak rencananya.Oleh karena itu, dia tersenyum ringan sambil menggenggam tangan pria tua itu. "Nggak, Kakek Darmawan memperlakukanku dengan sangat baik, nggak ada yang menyiksaku."Derek mengerutkan kening dan merenung sejenak, "Kamu bilang, Kakek Darmawan nggak menyiksamu. Itu berarti, orang lain di Keluarga Tanuwijaya yang menyiksamu, bukan begitu?"Tiffany tertegun, lalu buru-buru menggeleng, "Nggak! Nggak! Semua orang di Keluarga Tanuwijaya memperlakukanku dengan sangat baik."Kecuali Michael dan Sanny."Omong kosong!" Derek mendengus dingin, "Jangan pikir aku nggak tahu ap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 460

    "Jelas-jelas yang menentang adalah anggota keluargamu!"....Tiffany perlahan-lahan membuka matanya. Pertengkaran macam apa ini ...."Nyonya, kamu sudah bangun?" Sofyan segera mengambilkan segelas air saat melihat Tiffany sadar. "Masih sakit nggak?"Ketika melihat Sofyan, Tiffany secara naluriah bergerak mundur. Kemudian, dia bertanya, "Di mana Sean?"Sofyan termangu sejenak. Dia tahu Tiffany menganggap dirinya sama seperti Genta. Jadi, sesudah menghela napas dan menyodorkan air itu kepada Tiffany, dia menjelaskan, "Begini, dulu aku dan Genta dipilih oleh Nona Sanny untuk melayani Tuan Sean.""Setelah Nona Sanny hilang tanpa kabar, kami cuma mendengar perintah Tuan Sean. Sekarang Nona Sanny kembali dan ingin mengendalikan kami lagi.""Genta mendengarkan perintahnya karena memikirkan hubungan lama di antara mereka. Aku nggak punya cara lain, jadi terpaksa berpura-pura patuh. Tapi, di belakang ...."Sofyan menghela napas lagi. "Kamu belajar ilmu medis, jadi seharusnya tahu obat yang dibe

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 459

    Sanny menandatangani surat perjanjian itu dengan tangan gemetaran. Di sisi lain, Carla dihajar sampai babak belur. Dia kesakitan hingga tergeletak tak berdaya di lantai sambil memohon, "Kumohon, jangan pukul aku sampai mati .... Pamanku ...."Sanny akhirnya tidak tahan lagi. "Jangan terus sebut pamanmu!" Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mendekat dan meraih kerah baju Carla dan menamparnya."Pamanmu sekalipun harus berlutut kepada Keluarga Japardi! Kalau kamu menyinggung Keluarga Japardi, nggak akan ada yang bisa menolongmu! Sebaiknya kamu cepat pergi dari sini!"Carla termangu, tahu Sanny sedang memberinya kesempatan. Tanpa berani berbasa-basi lagi, dia bergegas meninggalkan tempat itu dengan wajah babak belur."Zara, kita pergi." Bronson menguap. "Kita harus ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya. Menurut karakter ayahku, dia bisa merobohkan rumah orang kalau aku nggak menahannya."Zara mengangguk, lalu menepuk debu di pakaiannya dan mengikuti Bronson dengan tenang. Di sisi lain, Sanny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status