Masih lanjut ya. Jangan lupa komen2 dan share gems hehehe
Reinhard tersenyum lega. ‘Ternyata dia memang masih menunggu,’ batinnya.Ia pun bergegas menghampirinya. “Anya,” panggilnya dengan lantang.Alicia yang terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri pun tersentak. Ia pun berbalik dan menatap Reinhard yang telah berhenti di hadapannya.Dengan cepat, Alicia menegakkan punggungnya, bersiap menghadapi apa pun yang akan ditanyakan suaminya. Namun, keningnya mengernyit saat melihat wajah Reinhard yang dipenuhi senyuman lebar. ‘Ada apa dengannya?’ batinnya dipenuhi kebingungan. ‘Sepertinya dia … tidak marah?’Padahal Alicia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi amarah suaminya karena telah membuatnya menunggu terlalu lama.Dalam pikirannya tadi, Reinhard mungkin telah meninggalkannya di tempat itu atau mungkin jangan-jangan telah mendatangi ruangan kerjanya dengan niat melabraknya untuk melampiaskan emosinya.Namun, saat ini Reinhard tidak menunjukkan tanda-tanda seperti yang dikhawatirkannya. ‘Apa yang terjadi?’ tanya Alicia dalam hati.“Rein
“Tidak hati-hati?” Reinhard mengangkat alisnya, tampak tak percaya. Alicia sudah menduga jika alasannya sangat buruk. Namun, ia tidak memiliki pilihan selain tetap bersikukuh dengan alasan tersebut. ‘Cih! Ini semua gara-gara ikan buntal itu,’ gerutu Alicia di dalam hati. Alicia menyadari jika ia kehilangan kendali dirinya dalam menghadapi Eric Blunt. Ia sudah terlalu lama tidak menggunakan kekuatan fisiknya untuk menghadapi seseorang sehingga ia harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk menghadapi pria itu tadi. Saat menarik tubuh Eric dengan dasi pria itu dan ketika ia mengikat tubuh gempal pria itu dengan tali tambang yang ditemukannya di atap, Alicia tidak menyadari jika ia sudah melukai dirinya sendiri. Namun, Alicia tidak menyesal karena ia harus menindak tegas perbuatan tak senonoh dan menjijikkan pria paruh baya itu terhadapnya dan para wanita yang lain. Setidaknya ia berharap, hukuman dan pelajaran yang diberikannya akan membuat pria paruh baya itu jera dan tidak ak
Dengan tatapan yang terpaku pada Reinhard, Alicia kembali teringat dengan momen di mana pria itu pernah beberapa kali berperilaku tak terduga seperti ini padanya di masa lalu.Kehangatan tangan besar Reinhard yang tengah mengusap lembut puncak kepalanya saat ini mengingatkan Alicia akan perasaannya yang pernah menggelora hebat setiap kali berada di dekat pria itu.Dulu, Alicia juga sangat tersentuh dengan kelembutan dan perhatian kecil yang diberikan Reinhard hingga ia menyadari bahwa perasaan itu telah tumbuh menjadi benih-benih cinta yang menguasai hatinya.Dengan bodohnya, Alicia terus berusaha menunjukkan kepada Reinhard betapa dirinya sangat menginginkan balasan cinta darinya. Akan tetapi, perjuangan cintanya hanya berbalaskan penolakan dingin dan perhatian Reinhard ternyata hanya bentuk dari rasa sayang seorang kakak kepada adiknya.“Alicia, kamu sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Jadi, berhentilah berpikiran aneh.”Pernyataan Reinhard kala itu seperti pisau yang menancap di
“Selamat datang, Tuan Muda Hernandez.”Salah seorang pelayan berpakaian kimono menyambut kedatangan Reinhard dengan senyuman ramah dan sikap hormat, menggunakan tata cara ala Jepang yang penuh sopan santun. Pelayan senior itu ditunjuk secara khusus oleh manajer restoran tersebut untuk melayani Reinhard dan Alicia.Tentu saja tidak ada yang mengetahui identitas Alicia sebagai istri dari Reinhard. Mereka hanya mengira Alicia sebagai tamu penting dari Reinhard saja.“Kami telah menyiapkan ruangan privat untuk Anda. Silakan ikuti saya.” Pelayan itu membimbing mereka menuju ke ruangan yang dimaksud.Netra Alicia mengedar ke sekeliling restoran yang terlihat penuh dengan para pengujung. Suasana restoran dipenuhi dengan tawa dan percakapan yang terdengar meriah.Aroma masakan Jepang yang menggugah selera juga mengisi udara di sekitar restoan tersebut dan membuat perut Alicia semakin meronta. Namun, perhatiannya teralihkan dengan dekorasi tradisional Jepang yang sangat detail dan membuatnya te
‘Dia … mau menciumku?’Alicia meneguk salivanya dengan bersusah payah, pikiran itu terus berputar di kepalanya sementara pandangannya terpaku pada sosok di depannya.Mata Reinhard yang menatap dalam, seakan menembus jiwanya, ditambah sentuhan lembut jemari pria itu di wajah Alicia, menciptakan kehangatan yang menggetarkan seluruh tubuhnya.Napas Alicia tercekat, dan jantungnya berdebar tak menentu di bawah tatapan intens pria itu, membuatnya seolah waktu berhenti di sekitar mereka.Alicia merasa dirinya terperangkap dalam keheningan yang hanya dihiasi oleh suara aliran air dan desiran daun bambu yang tertiup oleh angin di sekelilingnya.Ia berusaha untuk mengendalikan akal sehatnya, tetapi sentuhan lembut Reinhard yang terus menjelajahi wajahnya dan deru napas hangat pria itu yang menyapu kulit wajahnya membuat Alicia semakin sulit untuk menampik perasaan yang selama ini dikuburnya rapat-rapat.Walaupun Alicia menyadari jika perasaannya ini hanya akan berakhir melukainya, tetapi ia mas
“Tapi, aku yakin dengan firasatku. Kamu dan wanita itu ….”Debar jantung Alicia berpacu semakin tidak karuan. Tatapan Reinhard saat ini terlihat berbeda, membuat Alicia berpikir jika pria itu hendak mengungkapkan sesuatu hal padanya.Akan tetapi, tiba-tiba saja terdengar suara tawa bising dari luar jendela dan mengaburkan pendengarannya atas kelanjutan dari kalimat Reinhard tersebut.Kening Alicia pun berkerut. Ia masih mencoba menangkap sisa-sisa kalimat Reinhard, tetapi suara tawa dan kebisingan dari orang-orang tersebut semakin menganggu.Alicia pun menghela napas frustrasi. Ia berniat menoleh ke arah sumber kebisingan tersebut, tetapi Reinhard malah menahan wajahnya sehingga fokus Alicia kembali tertuju padanya.“Jangan hiraukan mereka,” bisik Reinhard dengan lembut.Alicia tertegun. Lagi-lagi ia merasakan perasaan yang menggebu-gebu. Tatapan intens pria itu berniat merengut kembali akal sehatnya. Akan tetapi, detik berikutnya Reinhard memutuskan kontak mereka lebih dulu dan membu
Diam-diam Alicia mencuri pandang ke arah Reinhard di saat pria itu menikmati makannya. Ia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya tentang apa yang ada di dalam pikiran pria itu.Tatapan Reinhard saat memanggil nama aslinya tadi kembali berputar di dalam ingatannya. Sesaat tadi Alicia dapat merasakan kerinduan yang begitu mendalam dan tak terucapkan.‘Apa aku saja yang sudah terlalu berlebihan?’ batin Alicia, kembali tenggelam dalam kekhawatirannya. ‘Jika dia memang sudah mengetahui semuanya tentangku, tapi kenapa dia terlihat sangat tenang?’Jika memang Reinhard telah mengetahui rahasia dan identitasnya, kenapa pria itu tidak marah? Alicia sudah membohonginya dan seharusnya Reinhard membencinya, bukan?Tapi, kenapa Reinhard malah bersikap selembut dan perhatian ini padanya? Apa Reinhard hanya berpura-pura agar ia lengah dan mengaku bahwa dirinya adalah Alicia?‘Sebenarnya apa yang kamu rencanakan, Xavier?’ Alicia kembali berpikir di dalam hati. Wajahnya diliputi dengan keresahan yang ta
“Kamu benar-benar tahu caranya menyiksaku, huh?” gerutu Alicia seraya merebahkan tubuhnya di atas lantai yang beralaskan tatami.Ia merasa sangat sulit untuk berdiri karena kekenyangan. Sejak tadi ia terus menerima suapan dari Reinhard. Selain karena makanan yang lezat, Alicia juga tidak dapat menolak perhatian yang diberikan pria itu padanya.Alicia memanyunkan bibirnya, melihat senyuman nakal yang terbit di wajah Reinhard. “Berhenti tertawa! Tidak ada yang lucu, tahu!”Namun, Reinhard masih menertawakannya, “Sepertinya cacingmu sudah tidur pulas setelah kekenyangan, huh?” ledeknya sembari melihat piring-piring kosong yang tersisa di atas meja mereka saat ini.Bibir Alicia berdecak kesal, tetapi ia tidak menjawab apa pun. Ia mengamati wajah Reinhard yang tampak sedikit memerah. “Sepertinya kamu mabuk, Rein,” ujarnya.“Hanya sedikit saja,” gumam Reinhard seraya memijit pangkal hidungnya. Padahal ia hanya minum dua botol sake saja, tetapi kelelahan yang dirasakannya hari ini turut menam
Owen menundukkan wajahnya dalam-dalam. Ia melirik kepalan tangan Reinhard yang masih memegang ponselnya. Terlihat urat yang menonjol di tangan tuan mudanya itu, mencerminkan amarah yang luar biasa yang sedang ditahan olehnya. Akan tetapi, Owen dapat melihat kecemasan yang begitu kentara pada wajah atasannya itu. Dengan penuh rasa bersalah dan keraguan, Owen menatap tuan mudanya. “Tuan Muda, maaf saya─” Ucapan Owen terhenti tatkala Reinhard mengembalikan ponselnya. Dengan suara rendah dan terasa dingin, Reinhard berkata, “Coba hubungi dia." Owen mengangguk, lalu dengan cepat melakukan panggilan pada nomor kontak Alicia. Sayangnya, hanya suara operator yang menjawab di ujung telepon tersebut. Owen menggigit bibir bawahnya, menatap layar ponsel dengan ragu sebelum akhirnya mengangkat wajahnya kembali ke arah Reinhard. "Sepertinya telepon nyonya tidak aktif, Tuan Muda," ucap Owen dengan suara pelan, penuh kehati-hatian. Ia bisa merasakan suhu ruangan yang menurun drastis, dipengaru
“Tapi, Tuan Muda … gosip Anda dengan Nona Smith sempat menyebar. Kalau Anda memberikan kontrak itu kepadanya, orang-orang akan berpikir─”“Saya tahu, Owen,” potong Reinhard yang telah menatap asistennya itu dengan tajam. Ia memahami kekhawatiran pria itu.Reinhard juga tahu bahwa Iris menaruh perasaan padanya. Namun, ia tidak akan memberikan harapan kepada wanita itu. Karena itulah, ia membuat keputusan ini.“Saya tidak ingin memiliki hutang budi dengannya, Owen,” terang Reinhard atas maksud dari keputusannya tersebut.Owen tertegun sejenak, mencerna ucapan majikannya tersebut. Namun, sebelum Owen mendalami lebih lanjut, Reinhard kembali bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi pagi? Apa ada kendala?”“Tidak, Tuan Muda. Nyonya membawakannya dengan baik. Beliau juga bisa memberikan jawaban yang memuaskan bagi para investor,” jawab Owen dengan penuh semangat.“Oh, ya?” Reinhard menaikkan sedikit satu alisnya. “Sepertinya dia sangat luar biasa. Apa semua lelaki tadi terpesona sama seper
"Kamu pikir kamu siapa? Beraninya mengatur-ngatur saya seperti ini?" Walaupun Iris berbicara dengan nada penuh amarah, tetapi Owen tidak gentar sedikit pun. Melihat asisten Reinhard tersebut tetap menghalangi jalannya, Iris pun memanggil Reinhard yang masih berdiri memunggunginya. “Katakan sesuatu, Rein. Apa kamu biarkan dia berbicara tidak sopan seperti ini padaku?” teriak Iris, suaranya terdengar semakin meninggi. Wanita itu tidak peduli meskipun beberapa pasang mata telah tertuju padanya dan suara riuh rendah mulai menghiasi area kedatangan bandara tersebut. Beberapa pengawal Reinhard bergegas mengerubunginya, mencegah orang-orang untuk mengambil gambar dari situasi yang tidak akan menguntungkan majikan mereka. Reinhard berbalik perlahan. Mata ambernya menatap Iris dengan tajam, lalu dengan wajah dingin, ia berkata, “Apa yang dikatakan Owen adalah maksudku. Berhentilah membuat masalah. Aku tidak ada waktu untuk bermain drama denganmu.” Iris terperanjat. Meskipun ia suda
‘Rein akan pulang?’Jantung Alicia mendadak berdegup cepat. Rasa rindu yang bercampur dengan kecemasan memenuhi dadanya. Namun, ia dengan cepat menggelengkan kepala, berusaha menepis harapan yang mulai tumbuh di dalam hatinya.‘Jangan bodoh, Alicia! Satu minggu tidak pulang dan tidak memberikan kabar, kamu masih ingin percaya dengan ucapan Owen? Dia itu anjing setia Rein. Tentu saja dia memihaknya!’ Suara hati Alicia terus berteriak, memaksa dirinya untuk tidak lagi berharap pada pria itu. Meskipun tadi pagi Owen sudah mengklarifikasi skandal Reinhard dengan Iris, tetapi hati Alicia yang sudah terlanjur terluka, masih tidak semudah itu percaya. Terlebih lagi saat makan siang tadi ia sempat mendengar kembali berita Reinhard dan Iris yang kepergok keluar dari rumah sakit bersama-sama. Alicia tidak tahu hal apa yang keduanya lakukan dan kenapa Reinhard harus ke rumah sakit dengan wanita itu. Alicia bingung. Ia ingin percaya bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa, tapi kenyataan yang ad
Owen menundukkan kepalanya dengan penuh penyesalan. “Maafkan saya, Nyonya Muda. Tolong jangan mempersulit saya,” pintanya dengan suara rendah.Meskipun terjebak dalam pilihan yang sulit, tetapi pada akhirnya ia tetap memilih berpihak kepada tuan mudanya. Ia tidak bisa mengkhianati tuannya, apapun yang terjadi.Sementara itu, manik mata Alicia masih menatap pria itu dengan tajam. Ia menyadari bahwa Owen hanyalah seorang bawahan yang menjalankan perintah saja. Ia tahu bahwa pria itu juga berada dalam posisi yang sulit untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya. Sebelum Alicia sempat mengatakan sesuatu, Owen telah lebih dulu menambahkan, “Tapi, saya bisa pastikan kalau tuan muda tidak akan mengkhianati kepercayaan Anda, Nyonya.”Pria itu mengangkat salah satu tangannya seolah bersumpah akan ucapannya. Meskipun ia tidak bisa melanggar perintah tuan mudanya, tetapi ia tidak akan membiarkan nama baik tuan mudanya tercoreng karena skandal tersebut. Apalagi sampai membuat nyonya mudanya meragu
Alicia masih berdiri mematung di pertengahan tangga. Bibirnya setengah terbuka, syok dengan pengalihan Jason yang begitu tiba-tiba.Alicia tahu pria itu menghindarinya agar tidak mendengar penolakannya. Meskipun merasa bersalah karena bersikap dan berbicara dingin, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain.Pikirannya melayang kembali ke masa lalu, saat ia menerima penolakan yang begitu menusuk dari Reinhard. Tiba-tiba kedua netranya terasa panas, tetapi ia cepat mendongak, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh.Alicia mencoba menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam. Di saat bersamaan, pernyataan rindu Jason kembali melintas di dalam benaknya. ‘Seandainya saja Rein yang mengatakannya, mungkin ….’Alicia tertawa getir. “Cinta memang tidak dapat dipaksakan,” gumamnya dengan suara yang terdengar pilu.Air mata yang berusaha ditahannya pun meleleh dengan cepat. Namun, ketika mendengar suara langkah di dekatnya, Alicia menyekanya dengan cepat.“Nyonya, Anda baik-baik saja?”Su
“Manajer Morgan, saya tahu kalau Anda memiliki banyak pertanyaan,” ucap Alicia dengan sikap yang lebih terbuka.“Syukurlah kalau kamu paham,” balas Ivona dengan senyum penuh arti. Perlahan sorot matanya berubah sendu, seolah menyiratkan kesedihan yang bercampur rasa kecewanya.“Sebenarnya kenapa─”Sebelum Ivona melanjutkan, Alicia telah menyelanya lebih dulu, “Saya janji, saya pasti akan memberikan jawaban yang Anda inginkan. Tapi, saat ini saya masih harus melakukan beberapa urusan yang belum diselesaikan. Bagaimana kalau selepas pulang kerja saja kita bicara lebih santai, Manajer Morgan?”Ivona tertegun sejenak dengan tawaran tersebut. Ia melirik Jason sekilas. Pria itu tampak menganilisis maksud dari pembicaraaan mereka. Ivona pun memahami keinginan Alicia.“Baiklah. Saya tunggu kabar baikmu …,” Ivona melirik kartu identitas Alicia, lalu melanjutkan sembari tersenyum tipis, “Anya.”Setelah pembicaraan itu, Ivona pun berlalu dari hadapan Alicia dan Jason. Kepergian Ivona membuat hati
“Venus, hm?” gumam Ivona dengan tatapan tajam dan senyuman tipis yang membingkai bibirnya.Jantung Alicia berdegup kencang saat Ivona melangkah mendekat. Matanya terbelalak, menatap Ivona dengan panik.‘Apa yang ingin kamu lakukan, Ivona Morgan?!’ teriak Alicia dengan histeris di dalam hati.Masih dengan kepanikan yang menyergapnya, Alicia berusaha keras menahan diri agar tidak menunjukkan lebih banyak emosi. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menjaga ketenangannya di hadapan wanita itu.Dengan senyuman yang menggantung di wajahnya, Ivona mengamati ekspresi Alicia dengan seksama. Ia sempat berpikir untuk menginterogasi wanita itu, tetapi melihat kegelisahannya, Ivona hanya berucap, “Lama tidak bertemu denganmu, Venus.”Alicia meneguk salivanya dengan kasar. “Sepertinya Anda salah orang, Manajer Morgan,” ucapnya, mencoba tersenyum tetapi malah terlihat kaku.Di satu sisi, Jason telah mengerutkan keningnya saat mendengar penyangkalan Alicia. Pria itu mencoba menelaah situasi yang terj
Alicia segera memutuskan kontak matanya dengan Ivona. Ia menarik napas dalam-dalam, mengalihkan fokusnya kembali pada presentasi yang sudah disiapkan.“Selamat pagi, semuanya. Saya tidak akan mengulur waktu kalian lebih lama lagi. Sebelumnya, saya harap kita dapat mengabaikan hal yang tidak relevan dengan pembahasan saya pagi ini,” ujar Alicia dengan nada yang lebih stabil, berusaha mengendalikan dirinya setelah kejutan yang diberikan oleh kehadiran Ivona.Perhatian semua orang pun tertuju kepadanya dan layar proyektor yang telah memperlihatkan slide pertama dari presentasi yang telah disiapkan.Dengan nada tenang tetapi penuh keyakinan, ia memperkenalkan "Miracle," produk terbaru yang akan dikembangkan perusahaan mereka.“Miracle adalah solusi revolusioner yang saya rancang dengan tujuan tidak hanya memberikan hasil instan, tetapi juga memastikan kesehatan kulit jangka panjang. Produk ini menggabungkan teknologi bahan aktif eksklusif yang sebelumnya belum pernah digunakan di industri,