Share

141

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-09 23:57:07

Bugh!

Satu pukulan balasan dari penjahat itu berhasil mengenai pipi Kamil.

Syakila kembali histeris. Baku hantam pun tak terelakkan. Satu lawan satu. Meski begitu Kamil yang memang tidak terlalu jago bela diri itu akhirnya kalah. Wajahnya sudah babak belur.

"Makanya jangan sok jadi pahlawan. Sekarang, habislah riwayatmu!" Si penjahat menggertak lalu kembali ingin melayangkan pukulan.

Namun, Devan segera datang dan dengan tenaga penuh menendang tubuh penjahatnya hingga ambruk mengenai trotoar.

"Hei! Siapa kamu!" teriak penjahat yang memegangi Syakila.

Seketika Devan menoleh, dan tanpa pikir panjang ia menghajar penjahat itu.

Syakila terlepas. Dengan perasaan takut dan gemetar dia bersembunyi di balik tong sampah besar agak jauh dari sana. Sesekali ia melihat Devan yang sedang berkelahi.

Untunglah beberapa saat kemudian banyak warga yang datang sehingga dua penjahat itu lari kalang kabut.

Menyadari itu Syakila berdiri lalu mendekati Devan dan memeluknya erat.

"Tenanglah, semua sudah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
NingrumAza
iya nih, habis pergi (⁠づ⁠。⁠◕⁠‿⁠‿⁠◕⁠。⁠)⁠づ
goodnovel comment avatar
NingrumAza
Aamiin kak. Terima kasih sudah setia ヾ⁠(⁠˙⁠❥⁠˙⁠)⁠ノ
goodnovel comment avatar
Aidasatri Yudianti
semoga kamil sdh benar2 berubah ... n Ank dikandungan Sakila tetap bertahan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   142

    "Maaf ya, Beb, akhir-akhir ini aku sibuk banget. Jadi jarang ketemu kamu deh." "Iya, gak pa-pa, kok. Aku malah seneng kamu dapat job terus. Semoga makin sukses." "Makasih. Kamu memang selalu mengerti aku." Dion menggenggam tangan Jasmin di atas meja. Mereka sedang melakukan makan malam romantis di sebuah kafe. Dion sengaja mengajak Jasmin bertemu untuk melancarkan rencananya. "Oh, iya. Kamu bisa narik aku kerja di manajemen kamu gak? Aku lagi butuh pekerjaan banget nih." Jasmin yang memang belum bekerja setelah dipecat oleh Nita meminta bantuan, berharap kekasihnya itu bersedia meringankan bebannya. Mendengar itu Dion menggaruk rambut belakangnya. "Gimana, ya?" "Gak bisa ya?" Jasmin nampak kecewa. "Eum ... Bukan gitu. Nanti aku coba tanya-tanya dulu, ya. Aku gak tau soalnya." Dion berusaha membuat Jasmin kembali bersemangat. "Beneran? Makasih ya, Beb." "Sama-sama. Ngomong-ngomong, kenapa sih kamu bisa dipecat? Sombong banget ya pemilik butik itu, main pecat aja." Dion

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   143

    "Maaf, Pak. Saya izin pergi dulu. Terima kasih makanannya." Kamil berpamitan dengan terburu-buru. Bahkan dia segera melangkah tak sempat menunggu jawaban Devan maupun Syakila. Akan tetapi Devan dengan cepat menghalangi Kamil yang hampir menyentuh pintu."Ada apa? Kenapa kamu terlihat terburu-buru begitu?"Kamil terpaksa berbalik, "Mantan mertua saya meninggal, Pak. Dia ditemukan tergantung di kamarnya.""Innalilahi wainnailaihi roji'un." Secara bersamaan Devan dan Syakila berucap. Syakila sampai menutup mulutnya saking terkejutnya."Baiklah, kamu memang harus segera ke sana. Semoga semuanya cepat selesai," ujar Devan masih duduk di tempatnya."Iya, Pak. Terima kasih." Kamil lalu membuka pintu dan pergi dari ruangan itu.Syakila masih tertegun di tempat. Mendengar ada orang meninggal karena bunuh diri dia memang selalu merasa sedikit shock. Dulu dia pernah merasakan keputusasaan yang begitu dalam. Pernah terbesit dalam benak untuk mengakhiri hidup saat itu, tetapi beruntung akal seh

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   144

    Mobil yang dikendarai Devan telah memasuki halaman rumah sakit. Tak ada pembicaraan berarti dari keduanya saat dalam perjalanan tadi. Pun ketika Devan selesai menelpon, Syakila urung menanyakan keingintahuannya. Dia percaya suaminya itu pasti akan melakukan yang terbaik untuk semua. Jika sudah waktunya, dirinya pasti akan diberi tahu."Ayok, Sayang, kita keluar.""Iya, Mas."Setelah itu keduanya berjalan beriringan memasuki rumah sakit."Aku sudah tidak sabar bertemu Kak Rani, Mas. Akhirnya setelah sekian lama dia sadar dari komanya," ujar Syakila mengiringi langkah."Iya. Mas ikut senang. Tapi kamu harus ingat dengan bayi kita, kamu tidak boleh terlalu sering bolak-balik ke sini. Nanti Mas akan kirim beberapa orang untuk menjaga Kak Rani mu.""Iya, Suamiku. Makasih, ya." Syakila langsung mengeratkan genggaman tangannya yang memang sudah sejak tadi digandeng oleh Devan."Sama-sama, Sayang," balas Devan.Kemudian mereka fokus pada langkah menuju kamar di mana Maharani di rawat. Setel

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   145

    "Karena belum waktunya, Sayang. Aku berniat nanti setelah kita ke kantor polisi baru cerita sama kamu." Devan menarik lembut tangan Syakila untuk duduk. Syakila menurut."Jangan marah, ya? Aku cuma mau bantu kamu aja, kok. Aku gak mau kamu terlalu banyak pikiran makanya aku diam-diam aja," pinta Devan sembari menggenggam tangan Syakila.Syakila tersenyum, "Iya, Mas. Aku gak marah, kok. Cuma kaget pas tahu kamu ternyata yang sudah membuat laki-laki jahat itu ketangkep. Makasih, ya, tapi harusnya Mas bilang dong." Syakila cemberut."Kan Mas sudah bilang, gak mau kamu terlalu banyak pikiran. Mas mau kamu fokus sama calon bayi kita di sini." Devan mengelus lembut perut istrinya."Iya, sih. Ya udah deh, gak pa-pa." Syakila tersenyum kembali membuat Devan lega."Gitu, dong. Tambah cantik kalau senyum, Mas suka," bisik Devan lalu mendekat ingin mencium Syakila."Jangan di sini, Mas. Malu," tolak Syakila dengan wajah bersemu."Maksudmu, nanti di rumah saja kita lanjutkan?""Mas, iiihh ..." S

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   146

    "Jasmin? Ngapain dia di sana." Dari kejauhan, Yumna yang juga hendak ke kantor polisi tak sengaja melihat adiknya yang sedang berdiri. Pelan dan hati-hati dia mendekat.Jasmin bersiap untuk melangkah. Dia membenarkan topi dan kacamata hitamnya. Namun, baru satu langkah kakinya bergerak maju, dering ponsel di saku celana jeansnya berhasil menghentikan langkah. "Ck! Siapa, sih!" gumam Jasmin sebal, tetapi pada akhirnya dia merogoh dan mengambil handphone-nya."Apa lagi?" ucapnya pada si penelpon.Kemudian dia dengan serius mendengarkan kalimat yang diucapkan oleh seseorang di seberang sana."Iya, ngerti. Tapi aku lagi di depan kantor polisi, nih. Kalau melakukannya sekarang sepertinya kurang pas," ujar Jasmine membalas ucapan lawan bicaranya.Tak lama dia kembali berdecak setelah kembali mendengar seruan seseorang yang menghubunginya. "Terlalu berbahaya. Aku takut."Jasmin sampai menggigit ujung kukunya karena sedikit panik setelah mendengar ancaman dari teleponnya. "Ya udah, iya. Nan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   Informasi

    Assalamualaikum, selamat siang teman-teman tercinta pembaca Syakila dan Devan. Mohon maaf sekali jika beberapa hari aku gak bisa update rutin. Aku ada sedikit masalah yang harus diselesaikan di dunia nyata. Tapi setelahnya, aku akan berusaha rutin update. Terima kasih atas pengertian, teman-teman yang setia menunggu kelanjutan ceritaku ini. Semoga kalian bahagia, sehat, dan selalu dimudahkan rezekinya, ya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   147

    Dua hari setelah pertemuan mereka di kantor polisi, Jasmin masih gencar mendekati Syakila. Beberapa kali ia mengirim chat yang isinya tidak penting. Bahkan pernah sampai mendatangi butik untuk sekedar memberikan makanan yang tentu saja tidak dimakan oleh Syakila. Apapun yang bersangkutan dengan Jasmin dan Dion dia akan bersikap waspada. Termasuk juga pendekatan yang sedang dilakukan wanita yang pernah membencinya tersebut. [Sepertinya si kampung itu belum percaya seratus persen padaku, Beb. Aku mulai muak pura-pura baik dan terus mendekatinya. Dia masih bersikap cuek padaku.] Jasmin mengirim pesan pada Dion yang telah membuat rencana pendekatan itu. Rasanya Jasmin sudah tidak sanggup meneruskan akting sebagai manusia yang baik dan perhatian pada Syakila. Dia terlalu angkuh untuk melakukan itu sehingga semuanya terasa berat untuk terus dilakukan. [Bertahanlah sedikit lagi. Kamu sudah berhasil masuk ke dalam hidup wanita itu, masa harus menyerah sebelum selesai? Sayang dong.] Pesa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   148

    [Kamu lebih suka aku pakai baju apa, Beb?]Pukul tujuh malam Jasmin sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Dion. Malam ini dia ingin menyuguhkan penampilan terbaiknya untuk sang kekasih.Tentunya untuk membantu hal itu Jasmin terlebih dahulu menghubungi Dion. Beberapa menit kemudian handphone yang masih dipegangnya bergetar. Balasan Dion langsung datang berupa sebuah foto yang kemudian diklik oleh Jasmin.Jasmin tersenyum malu ketika melihat gambar yang ternyata foto dirinya saat tengah mengenakan lingerie hitam, dengan pose menggoda. Tak lupa caption yang Dion sematkan membuat wanita itu melambung tinggi.[Tak ada wanita yang lebih cantik dari kamu saat berpakaian seperti ini. Kamu yang terindah, Honey.]Jasmin pun segera membalas.[Jangan menggodaku, Beb. Aku tahu kamu menginginkan itu, aku sudah menyiapkannya untukmu.][Baiklah, Honey. Aku selalu menunggumu.] Tak lupa emoticon love Dion sematkan di sana."Kau selalu berhasil membuatku berbunga-bunga, Dion ... I love you."

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06

Bab terbaru

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   218

    "Mas Devan ...!" Suara Syakila melengking, dengan gerakan cepat ia memutar Devan, melindungi lelaki itu dengan dirinya sendiri.Jleb!Semuanya terjadi begitu cepat. Pisau tajam yang digenggam Kamil merobek keras lengan Syakila. Darah segar langsung membasahi kain bajunya.Devan terbelalak tak percaya dengan napas tercekat. "Syakila!" teriaknya dengan panik, tangannya menangkup tubuh istrinya yang sedikit limbung.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Dalam hitungan detik Kamil terhuyung mundur. Tangannya yang memegang pisau perlahan melemah bersamaan dengan rasa bersalahnya terhadap Syakila. Dadanya seperti terbakar akibat timah panas yang masuk ke dalam tubuhnya. Darah mengalir deras dari bagian dada.Perlahan tubuh itu jatuh dengan bunyi berat ke tanah, tetapi matanya masih bisa melihat Syakila yang meringis menahan perih. Mungkin, ini adalah untuk terakhir kalinya ia dapat melihat wanita yang begitu didambanya."Maafkan aku Syakila ... Aku, a-aku men-cintai-mu," lirih Kamil dengan

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   217

    Namun, detik berikutnya Kamil berubah pikiran, ia memutuskan untuk mengambil langkah nekat. Dengan tangan yang masih mencengkeram erat leher Shakila, dia menyeringai penuh keyakinan. "Kalau aku tidak bisa lolos, setidaknya aku akan membawa mereka semua ke neraka bersamaku!" gumamnya, menekan pedal kasih nggak habis. Mesin mobil meraung seperti binatang buas yang terluka, melaju kencang menuju brigade polisi. Syakila panik, tangannya reflek mencoba menggoyang-goyangkan setir agar laju mobil berubah arah, atau berhenti. "Kamil, jangan gila! Kau akan membunuh kita semua!""Memang itu yang aku inginkan. Ha ha ha!"Tangan Kamil memukul keras tangan Syakila yang mengganggu setir. "Kau diam saja, Sayang. Aku pastikan kita akan berakhir dalam keabadian sekarang.""Gak! Aku gak mau! Berhenti, Kamil!""Aku akan berhenti kalau kau mau berjanji untuk bersedia hidup bersamaku selamanya.""Dasar gila! Itu tidak akan terjadi." Syakila memukul-mukul lengan Kamil, tetapi pukulan kecil itu hanya dian

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   216

    Kamil menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memutarnya dengan mata yang menatap lurus ke depan seperti seekor ular yang siap menyemburkan bisanya. Tanpa ekspresi, dia mendekati Syakila yang masih memejamkan mata lalu membopongnya seperti karung beras, membawanya ke dalam mobil.Beberapa minggu lalu, ketika ia berhasil meracuni polisi yang berjaga kemudian kabur dari lapas, Kamil mendatangi salah satu anak buahnya yang tak tertangkap dan meminta mobil untuk dikendarai. Dibantu oleh anak buahnya itulah akhirnya Kamil berhasil menyelinap ke vila yang disewa Devan, menyamar sebagai penjaga keamanan di sana setelah berhasil membuat penjaga aslinya harus cuti.Dalam hatinya, Kamil bertekad untuk dapat bersatu dengan Syakila, apapun caranya. Jika dia tak bisa memiliki, maka orang lainpun tak ada yang boleh memiliki. Jika tak bisa bersatu di dunia, di alam lain pun Kamil tak keberatan. Dan kini, laki-laki yang jiwanya terganggu itu telah bersiap untuk melakukan sesuatu.****"Pasti ada

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   215

    "Syakila ..." Telinga tajam Devan dapat mendengar suara gelas yang jatuh. Gegas pria bergaya rambut Taper Fade itu naik ke atas kolam dan berjalan ke dapur, tanpa peduli cipratan air yang berjatuhan di lantai."Sayang, kamu gak pa-pa?" teriaknya terus berjalan.Sunyi. Tak ada jawaban apapun. Langkahnya semakin cepat dan pasti. Namun, ketika sampai dapur, tak ada siapapun di sana. Hanya pecahan gelas yang berserakan di lantai.Devan panik. Seketika ia mengitari sekitaran sambil terus memanggil istri tercintanya."Syakila ...""Sayang, kamu di mana?"Terus mencari ke setiap ruangan di vila, tetapi hasilnya nihil. "Sayang, bercandanya gak lucu loh. Kamu di mana ?" Devan masih berfikir positif. Mungkin istrinya ingin bermain-main dengannya."Sayang, ayolah. Keluar dong. Aku dah kedinginan nih, mau ganti baju. Temenin yuk." Devan terus berbicara sendiri sambil terus mencari.Hampir seluruh ruangan ia datangi, dan hasilnya tetap kosong. Panik, Devan mulai sangat panik. Apa yang terjadi de

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   214

    "Kenapa seperti ada yang mengikuti ya?" gumamnya, lalu menoleh ke belakang. Tetapi tak ada siapapun di sana. Jalanan sepi."Mas, ayok!" teriak Syakila yang sudah lebih dulu berjalan."Eh, iya, Sayang." Devan terkesiap kemudian menyusul, ikut mengantri bersama sang istri.Beberapa orang yang juga membeli bubur mengajak mereka ngobrol. Ada yang sama-sama pendatang, ada juga yang asli penduduk setempat. Syakila dan Devan menyukai keramahan penduduk di sekitar villa yang mereka sewa."Ini buburnya, Neng," ucap si penjual bubur pada Syakila, setelah beberapa waktu mengantri."Iya, Mang. Terima kasih." Syakila menerima kantong kresek berisi bubur, sementara Devan yang membayarnya."Mari, Ibu-ibu, kami duluan," pamitnya pada ibu-ibu yang masih mengantri."Mari, Neng, A, selamat liburan ya, semoga sukses," sahut seseibu dengan lantang."Sukses apa nih, Bu?" Devan sengaja menanggapi, karena tertarik dengan misteri di balik kata 'sukses' itu."Ya sukses jadi belendung atuh, hamil teh. Apalagi c

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   213

    "Sayang ... Ahh...."Untuk yang kedua kalinya Devan mencapai puncak kenikmatan bersama Syakila di villa. Sepasang suami istri itu benar-benar menikmati bulan madu kedua ini. Hampir tak terlewatkan oleh mereka aktivitas saling mencintai, dan memadu kasih begitu mereka sampai di tempat penginapan itu. Apalagi Devan memilih villa yang lumayan jauh dari keramaian. menurutnya agar aktivitas mereka lebih privasi. Tentu hal itu semakin membuat mereka semakin intens.Dua manusia berlawanan jenis itu masih tersengal dengan napas memburu di balik selimut putih yang menutupi tubuhnya. "Kau benar-benar hebat, Sayang. Terima kasih." Devan memberikan pujian pada sang istri karena berhasil mengimbangi permainannya yang brutal.Lelaki itu betul-betul merindukan momen ini. Bagaimana tidak? Kemarin-kemarin dia terpaksa harus puasa menjamah tubuh indah Syakila. Banyak kejadian tak terduga yang mereka alami."Sama-sama, Mas. Kamu juga hebat. Masih gagah seperti yang dulu," sahut Syakila dengan suara ber

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   212

    "Bu, Opa, dan Oma, weekend besok aku sama Syakila ada rencana liburan ke villa. Eum, kalau boleh kita mau nitip Aira, gak lama kok, cuma dua hari." Dengan sedikit malu Devan meminta izin saat mereka sedang bersantai di depan televisi.Aira sendiri sudah lebih dulu terlelap ditemani mommy-nya di kamar. Jadi anak itu tidak protes ketika daddy-nya akan pergi berdua saja dengan sang mommy."Tentu saja boleh, Nak. Kalian memang perlu liburan setelah semua yang kalian alami," ucap Sukoco."Ibumu benar, Dev. Pergilah, buat hari-hari kalian menyenangkan." Bamantara menimpali."Sola Aira, kami siap menjaganya. Dia anak yang baik, pasti akan mengerti." Amber juga mengeluarkan pendapatnya."Terima kasih, semuanya. Aku akan beri tahu kabar ini pada Syakila." Devan terlihat bahagia. Bulan madu kedua ini pasti akan menyenangkan."Ah, bagaimana kalau kita ajak Aira menengok rumah kita, Sayang. Supaya dia tidak sedih kalau daddy dan mommy-nya pergi berlibur," usul Amber pada suaminya."Ide yang bagus

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   211

    Devan memandang layar ponselnya dengan alis berkerut. "Panggilan tak terjawab?" gumamnya sambil membuka notifikasi. "Jo? Kok banyak banget panggilannya?" Ia menghela napas panjang, merasa bersalah telah melupakan handphonenya sejak sore tadi.Devan benar-benar tenggelam dalam waktu berkualitas bersama Syakila, sang istri. Mereka berdua memanfaatkan momen langka tanpa gangguan. Rasanya nyaman bisa menikmati hari hanya berdua, tanpa memikirkan urusan luar. Andai saja Aira, putri kecil mereka, tidak mengetuk pintu kamar untuk mengingatkan waktu sholat Maghrib, mungkin mereka masih saja berlama-lama berbincang di kamar.Kini, setelah sholat berjamaah bersama keluarga, Devan baru menyadari betapa banyak panggilan dari Jo. Ia mencoba menelepon balik, tetapi panggilannya tak dijawab."Kenapa, Mas?" suara lembut Syakila menyadarkannya. Wanita itu mendekat, membawa segelas teh hangat, lalu duduk di sampingnya di atas karpet ruang keluarga.Devan menunjukkan layar ponselnya. "Jo telepon berkali

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   210

    Teriakan di luar membuat semua orang terhenti. Jo, Alex, dan anak buahnya langsung berlari mengejar, meninggalkan Devan, Syakila, dan Bamantara yang masih terkejut di dalam ruangan.“Bagaimana dia bisa kabur?!” Devan menggeram.“Mas, biarkan mereka yang urus,” ujar Syakila dengan suara gemetar, memegang lengannya.Devan menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Namun, di matanya, api kemarahan terhadap Kamil belum padam.Di luar gedung, Kamil dengan kondisi babak belur berlari sekuat tenaga. Tali yang mengikat tangannya rupanya berhasil ia lepas dengan pisau kecil yang tersembunyi di sepatunya. Para pengejarnya masih mengejar dari belakang, namun Kamil menemukan sebuah celah di pagar dan melarikan diri ke jalan raya yang cukup gelap.Dia mengira dirinya aman, sampai sirine polisi tiba-tiba terdengar semakin mendekat. Sebuah mobil patroli berhenti tepat di hadapannya, membuatnya panik.“Angkat tanganmu!” teriak salah satu petugas sambil mengarahkan senjatanya.Namun, Kamil tid

DMCA.com Protection Status