Share

144

Author: NingrumAza
last update Last Updated: 2024-08-14 22:49:22

Mobil yang dikendarai Devan telah memasuki halaman rumah sakit. Tak ada pembicaraan berarti dari keduanya saat dalam perjalanan tadi. Pun ketika Devan selesai menelpon, Syakila urung menanyakan keingintahuannya.

Dia percaya suaminya itu pasti akan melakukan yang terbaik untuk semua. Jika sudah waktunya, dirinya pasti akan diberi tahu.

"Ayok, Sayang, kita keluar."

"Iya, Mas."

Setelah itu keduanya berjalan beriringan memasuki rumah sakit.

"Aku sudah tidak sabar bertemu Kak Rani, Mas. Akhirnya setelah sekian lama dia sadar dari komanya," ujar Syakila mengiringi langkah.

"Iya. Mas ikut senang. Tapi kamu harus ingat dengan bayi kita, kamu tidak boleh terlalu sering bolak-balik ke sini. Nanti Mas akan kirim beberapa orang untuk menjaga Kak Rani mu."

"Iya, Suamiku. Makasih, ya." Syakila langsung mengeratkan genggaman tangannya yang memang sudah sejak tadi digandeng oleh Devan.

"Sama-sama, Sayang," balas Devan.

Kemudian mereka fokus pada langkah menuju kamar di mana Maharani di rawat.

Setel
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
kok,belum up lagi
goodnovel comment avatar
Aidasatri Yudianti
Biar aman syakila ...Ray tdk mencelakai orng banyk lg n harta mbk maharni aman jg ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   145

    "Karena belum waktunya, Sayang. Aku berniat nanti setelah kita ke kantor polisi baru cerita sama kamu." Devan menarik lembut tangan Syakila untuk duduk. Syakila menurut."Jangan marah, ya? Aku cuma mau bantu kamu aja, kok. Aku gak mau kamu terlalu banyak pikiran makanya aku diam-diam aja," pinta Devan sembari menggenggam tangan Syakila.Syakila tersenyum, "Iya, Mas. Aku gak marah, kok. Cuma kaget pas tahu kamu ternyata yang sudah membuat laki-laki jahat itu ketangkep. Makasih, ya, tapi harusnya Mas bilang dong." Syakila cemberut."Kan Mas sudah bilang, gak mau kamu terlalu banyak pikiran. Mas mau kamu fokus sama calon bayi kita di sini." Devan mengelus lembut perut istrinya."Iya, sih. Ya udah deh, gak pa-pa." Syakila tersenyum kembali membuat Devan lega."Gitu, dong. Tambah cantik kalau senyum, Mas suka," bisik Devan lalu mendekat ingin mencium Syakila."Jangan di sini, Mas. Malu," tolak Syakila dengan wajah bersemu."Maksudmu, nanti di rumah saja kita lanjutkan?""Mas, iiihh ..." S

    Last Updated : 2024-08-20
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   146

    "Jasmin? Ngapain dia di sana." Dari kejauhan, Yumna yang juga hendak ke kantor polisi tak sengaja melihat adiknya yang sedang berdiri. Pelan dan hati-hati dia mendekat.Jasmin bersiap untuk melangkah. Dia membenarkan topi dan kacamata hitamnya. Namun, baru satu langkah kakinya bergerak maju, dering ponsel di saku celana jeansnya berhasil menghentikan langkah. "Ck! Siapa, sih!" gumam Jasmin sebal, tetapi pada akhirnya dia merogoh dan mengambil handphone-nya."Apa lagi?" ucapnya pada si penelpon.Kemudian dia dengan serius mendengarkan kalimat yang diucapkan oleh seseorang di seberang sana."Iya, ngerti. Tapi aku lagi di depan kantor polisi, nih. Kalau melakukannya sekarang sepertinya kurang pas," ujar Jasmine membalas ucapan lawan bicaranya.Tak lama dia kembali berdecak setelah kembali mendengar seruan seseorang yang menghubunginya. "Terlalu berbahaya. Aku takut."Jasmin sampai menggigit ujung kukunya karena sedikit panik setelah mendengar ancaman dari teleponnya. "Ya udah, iya. Nan

    Last Updated : 2024-08-27
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   Informasi

    Assalamualaikum, selamat siang teman-teman tercinta pembaca Syakila dan Devan. Mohon maaf sekali jika beberapa hari aku gak bisa update rutin. Aku ada sedikit masalah yang harus diselesaikan di dunia nyata. Tapi setelahnya, aku akan berusaha rutin update. Terima kasih atas pengertian, teman-teman yang setia menunggu kelanjutan ceritaku ini. Semoga kalian bahagia, sehat, dan selalu dimudahkan rezekinya, ya.

    Last Updated : 2024-08-28
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   147

    Dua hari setelah pertemuan mereka di kantor polisi, Jasmin masih gencar mendekati Syakila. Beberapa kali ia mengirim chat yang isinya tidak penting. Bahkan pernah sampai mendatangi butik untuk sekedar memberikan makanan yang tentu saja tidak dimakan oleh Syakila. Apapun yang bersangkutan dengan Jasmin dan Dion dia akan bersikap waspada. Termasuk juga pendekatan yang sedang dilakukan wanita yang pernah membencinya tersebut. [Sepertinya si kampung itu belum percaya seratus persen padaku, Beb. Aku mulai muak pura-pura baik dan terus mendekatinya. Dia masih bersikap cuek padaku.] Jasmin mengirim pesan pada Dion yang telah membuat rencana pendekatan itu. Rasanya Jasmin sudah tidak sanggup meneruskan akting sebagai manusia yang baik dan perhatian pada Syakila. Dia terlalu angkuh untuk melakukan itu sehingga semuanya terasa berat untuk terus dilakukan. [Bertahanlah sedikit lagi. Kamu sudah berhasil masuk ke dalam hidup wanita itu, masa harus menyerah sebelum selesai? Sayang dong.] Pesa

    Last Updated : 2024-09-05
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   148

    [Kamu lebih suka aku pakai baju apa, Beb?]Pukul tujuh malam Jasmin sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Dion. Malam ini dia ingin menyuguhkan penampilan terbaiknya untuk sang kekasih.Tentunya untuk membantu hal itu Jasmin terlebih dahulu menghubungi Dion. Beberapa menit kemudian handphone yang masih dipegangnya bergetar. Balasan Dion langsung datang berupa sebuah foto yang kemudian diklik oleh Jasmin.Jasmin tersenyum malu ketika melihat gambar yang ternyata foto dirinya saat tengah mengenakan lingerie hitam, dengan pose menggoda. Tak lupa caption yang Dion sematkan membuat wanita itu melambung tinggi.[Tak ada wanita yang lebih cantik dari kamu saat berpakaian seperti ini. Kamu yang terindah, Honey.]Jasmin pun segera membalas.[Jangan menggodaku, Beb. Aku tahu kamu menginginkan itu, aku sudah menyiapkannya untukmu.][Baiklah, Honey. Aku selalu menunggumu.] Tak lupa emoticon love Dion sematkan di sana."Kau selalu berhasil membuatku berbunga-bunga, Dion ... I love you."

    Last Updated : 2024-09-06
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   149

    "Aaaa ...""Syakila!" Devan berteriak.Brugh!Tubuh seorang wanita yang menghalangi Syakila terpental.Benar. Jasmin berhasil menabrakkan mobilnya pada seseorang. Sialnya itu bukan Syakila, orang yang menjadi sasaran sesungguhnya."Astaghfirullah!""Astaga!""Ayok kita lihat dan tolong dia."Banyak warga yang seketika mengerumuni tubuh penuh luka yang tak sadarkan diri itu.Namun tidak dengan Syakila. Wanita yang sedang hamil muda itu mematung di tempat dengan tatapan nanar melihat sosok yang tergeletak di atas aspal. Dadanya mendadak berdegup kencang. Kejadiannya begitu cepat, hingga membuatnya sulit untuk mencerna apa yang baru saja terjadi."Kamu tidak apa-apa, Sayang?" Devan menelisik tubuh Syakila, menariknya dalam dekapan guna memberi ketenangan.Namun, Syakila tak bereaksi apapun."Heh! Keluar kamu!" Teriakan suara seorang laki-laki pada mobil yang berhenti mengalihkan perhatian Syakila dan Devan."Cepat keluar atau kami pecahkan kaca mobil ini!"Dug! Dug! Dug!Tak sedikit pul

    Last Updated : 2024-09-08
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   150

    "Lepaskan aku! Aku tidak bersalah! Hei ... Cepat buka pintunya. aku mau pulang!" Jasmin terus berteriak di dalam sel membuat sipir lapas merasa kesal.Tak kalah keras, si petugas jaga itu pun membentak, "Diam atau kusumpal mulutmu!" Dia juga memberikan tatapan tajam dan mengejek, "Makanya jangan cari masalah kalau gak mau masuk ke sini!"Seolah tak ada takut, Jasmin menimpali, "Aku cuma korban asal kamu tahu itu. Awas saja kalau aku sudah bebas, kalian semua akan aku tuntut!""Memangnya siapa yang mau membebaskanmu? Dari dua hari kamu di sini gak ada satu orang pun yang datang menjenguk. Keluargamu pasti malu melihat mu di sini," ujar Sipir masih meremehkan."Calon suamiku! Sebentar lagi dia pasti akan membebaskan aku dari ruangan terkutuk ini," sergah Jasmin berapi-api.Sipir itu menganggukkan kepalanya. "Ya, dia pasti akan datang ke sini, tapi bukan untuk membesarkanmu melainkan untuk menemanimu di penjara. Kamu pasti senang bisa bersamanya.""Apa maksudmu?!" Jasmin nampak terkejut.

    Last Updated : 2024-09-10
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   151

    Sementara Dion? Pria itu kini sedang bertemu dengan Renata di kos-kosannya. Renata sengaja datang untuk memberi tahu perihal berita yang ia baca di sosial media tentang Jasmin yang tertangkap polisi."Sial! Bagaimana bisa ketangkap sih. Jasmin bego banget!""Terus gimana dong? Aku takut, Dion.""Tenanglah, aku jamin kita akan aman. Sebaiknya kita segera pergi dari sini."Dion begitu marah saat mendengar kabar bahwa Jasmin telah tertangkap. Dia merasa terancam. Pun dengan Renata.Kedua manusia yang sedang berada di kosan Dion itu segera berkemas. Bersiap-siap untuk melarikan diri."Dion, tunggu." Renata mencekal tangan Dion saat akan beranjak."Ada apa? Waktu kita tidak banyak, Honey," ujar Dion sambil menoleh."Ap-apapun yang terjadi, bisakah tidak membawa serta namaku dalam masalah ini? A--aku ..." Renata berujar sedikit gugup.Sementara Dion memicingkan matanya. "Kenapa? Kita merencanakan semua bersama-sama, itu artinya kita akan menanggungnya bersama-sama juga.""Tapi aku sedang ha

    Last Updated : 2024-09-11

Latest chapter

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   229

    Bamantara segera memanggil dokter. Sementara Sukoco, Amber dan Devan berdiri di sisi ranjang persalinan Syakila."Silakan menunggu di luar. Kami akan segera melakukan tindakan. Cukup suaminya saja yang berada di sini," ucap dokter sesaat setelah ia memeriksa pembukaan Syakila yang sudah genap."Baik, Dok." Mereka semua keluar, menyisakan Devan yang gemetar menemani Syakila.Dibantu beberapa perawat, dokter perempuan spesialis kandungan mengarahkan Syakila untuk mengatur napas.Suara erangan Syakila terus menggema di ruang bersalin. Devan tidak melepaskan genggaman tangannya, matanya memerah, dan hatinya penuh doa yang tak putus. Keringat deras membasahi dahi Syakila, tetapi semangatnya tak tergoyahkan."Sayang, kamu kuat. Sebentar lagi selesai," bisik Devan, suaranya bergetar menahan rasa cemas yang menyelubungi hatinya.Dokter memberi isyarat kepada Syakila untuk kembali mendorong dengan tenaga terakhir. "Ayo, Bu, sekali lagi! Tarik napas dalam dan dorong sekuat tenaga!"Dengan satu

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   228

    Mendengar teriakkan Renata, seketika membuat Devan dan ibunya panik. Sementara dokter segera mengambil tindakan dengan memberikan obat penenang. Terpaksa hal itu harus dilakukan kembali karena keadaan Renata yang belum bisa stabil mengontrol dirinya.Perlahan tapi pasti, teriakan Renata melemah dan akhirnya dia terbaring dengan mata terpejam di tempat tidur."Kira-kira, apa Renata bisa sembuh, Dok?" tanya Sukoco setelah mereka berada di luar ruangan."Semua kemungkinan tetap ada, Bu. Kita hanya bisa berusaha, selebihnya Tuhan yang akan menentukan," sahut dokter."Lakukan yang terbaik untuk Renata, Dok. Saya serahkan pada tim dokter di sini sembari membantu dengan doa," timpal Devan."Tentu, kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien.""Terima kasih. Kalau begitu, kami pamit dulu, Dok. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk menghubungi saya.""Baik, Pak Devan. Terima kasih kembali."Kemudian mereka berpisah di lorong yang berbeda tujuan. Devan dan Sukoco berjalan pulang, sementara

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   227

    Suasana mendadak sunyi seakan menunggu jawaban Devan. Entah karena memang ingin mengetahui kabar Renata, atau karena bingung dengan reaksi Devan yang berubah mimik ketika ibunya bertanya, semua yang duduk lesehan di ruang tengah menatapnya.Menghembuskan napas panjang, Devan pun akhirnya menjawab setelah beberapa saat terdiam, "Renata sekarang berada di rumah sakit, Bu. Keadaannya tidak baik-baik saja.""Innalillahi ... Apa dia sakit di penjara?" Dengan keterkejutan yang tak dapat disembunyikan, Sukoco kembali bertanya."Devan juga kurang tahu, Bu. Rencananya besok Devan akan menjenguk untuk melihat keadaannya. Semoga dia baik-baik saja.""Kasihan sekali dia. Lalu, apakah Rosa tahu kalau Renata sakit?""Sepertinya belum, karena Tante Rosa sudah lama pindah dan Devan tidak tahu tempat tinggalnya yang baru."Sukoco mendesah pelan. Rasa iba seketika menghinggapi mengingat Renata pernah tinggal bersamanya. Meskipun akhir-akhir ini sikap gadis itu melewati batas, tetapi Sukoco tahu bahwa s

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   226

    "Maafkan aku, Veen. Aku gak tega menyembunyikan dari mereka, terlebih kamu harus melewatinya hanya bersama Mas Devan. Ya, meskipun aku tahu, kalian pasti bisa melewati semuanya," terang Nita menyela ucapan Syakila.Sahabatnya itu benar-benar tak tega saat menjenguknya beberapa waktu lalu di rumah sakit, sehingga keceplosan bilang pada Bamantara saat bertemu di butik. Nita pikir, dengan adanya do'a dari keluarganya, mungkin bisa mengurangi rasa sakit Syakila."Jangan salahkan Nita, Nak. Kita yang memaksanya untuk bicara," timpal Bamantara, memandang cucu angkatnya dengan sendu. Rasanya tak tega melihat wanita itu diuji terus menerus sejak dulu. Walaupun cuma cucu angkat, tapi Bamantara benar-benar menyayanginya."Lagian, kenapa kamu menyembunyikannya dari kami, hem?" tanya Amber sembari mengusap kepala Syakila.Istri dari Devan itu hanya menunduk. "Kila hanya tidak ingin terus menerus menambah beban pikiran kalian," lirihnya."Apa yang kamu katakan, Sayang. Kamu ini bukan beban, tapi k

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   225

    Devan meletakkan ponselnya di meja dengan tangan bergetar. Napasnya terasa berat, dan pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang membingungkan. Wajahnya pucat, membuat Syakila semakin cemas.“Mas, apa yang mereka katakan?” tanyanya dengan nada panik.Devan menghela napas panjang sebelum menjawab. “Polisi bilang... Renata dalam kondisi buruk di penjara. Dia sering membuat keributan, dan itu membuat dia harus ditempatkan di ruang isolasi dan kemungkinan akan dipindahkan ke tahanan rumah sakit kejiwaan. Mereka minta aku datang.”“Astaghfirullah. Kenapa bisa begitu, Mas?" ucap Syakila tak kalah terkejut."Mas juga gak tahu, Sayang. Mas akan telepon Pak Herman saja untuk mengurusnya."Syakila tertegun sejenak. Ia tak tega melihat suaminya dilanda banyak masalah dan tanggung jawab. Andai bisa, ia ingin sekali membantu, tetapi kondisinya yang lemah mungkin hanya akan memperburuk keadaan. Untuk itu Syakila ingin mengurangi beban pikiran suaminya dengan pulang dan istirahat di Jakarta saja supaya l

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   224

    Renata duduk di sudut ruangan. Tubuhnya yang dulu anggun kini hanya menyisakan bayang-bayang kesengsaraan dengan rambutnya yang kusut."Mas Devan... tolong aku," lirihnya, hampir tak terdengar. Namun, suara itu terus diulang-ulang, seolah menjadi satu-satunya pegangan di tengah kegelapan.Para narapidana lain di sel besar itu menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang iba, tapi lebih banyak yang mencemooh. Salah satu dari mereka, wanita bertubuh kekar dengan tato di lehernya, mendekat sambil menyeringai."Kau pikir orang yang kau sebut namanya itu akan menyelamatkanmu? Hah! Kau ini cuma boneka yang sudah dibuang. Lihat dirimu sekarang!" Wanita itu meludahi tanah, matanya memandang Renata dengan jijik.Renata memejamkan matanya, mencoba mengabaikan ejekan itu. Tapi pikirannya tak bisa berhenti memutar ulang ingatan tentang Devan. Pria itu—satu-satunya yang dia anggap mampu menyelamatkannya dari tempat ini."Mas Devan pasti akan datang," gumam Renata. Suaranya nyaris tak terdengar, t

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   223

    Meski sudah berbulan-bulan tak sadarkan diri, kakak kandung almarhum Kamil itu masih sangat mengenali pria gagah di hadapannya. Pria yang dulu begitu didambanya, tetapi pada akhirnya dia harus merelakan ia berjodoh dengan yang lain meskipun awalnya penuh ketidakrelaan."Syukurlah akhirnya kamu sadar, Yum. Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa yang kamu keluhkan?" Devan memberondong Yumna dengan pertanyaan setelah dokter selesai memeriksanya.Tak menjawab, Yumna menyunggingkan senyum tipis. Dokter kemudian menjelaskan bahwa kondisi Yumna sudah lebih baik, hanya saja ada beberapa hal yang ingin dokter sampaikan pada Devan tetapi tanpa sepengetahuan Yumna. Melalui sebuah kode, dokter itu menyuruh Devan untuk ikut dengannya ke ruangan."Kamu istirahatlah, aku keluar dulu," ucap Devan. Yumna mengangguk lemah.***"Maaf sebelumnya, apakah Anda suami dari pasien?" tanya dokter ketika mereka sudah berada di ruangan konsultasi."Bukan, Dok. Saya temannya. Atas permintaan almarhum adiknya, saya ya

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   222

    Di lorong rumah sakit, Devan duduk termenung di salah satu bangku, menggenggam secangkir kopi yang sudah dingin. Pikirannya berkelana, memikirkan dua wanita yang kini menjadi tanggung jawabnya—Sundari dan Yumna. Pesan terakhir Kamil masih terngiang jelas dalam ingatannya."Tolong jaga mamaku yang sedang struk, juga Kak Yumna yang masih koma."Suara langkah kaki membuat Devan menoleh. Perawat yang tadi menangani Sundari datang menghampirinya."Pak Devan, saya sudah memeriksa keadaan Bu Sundari. Sejauh ini stabil, tapi... sepertinya beliau sangat berharap Pak Kamil datang," ujar perawat itu hati-hati.Devan mengangguk lemah. "Saya mengerti. Saya akan mencari waktu yang tepat untuk bicara dengannya."Perawat itu ragu sejenak sebelum melanjutkan. "Saya yakin Pak Kamil ingin yang terbaik untuk keluarganya. Tapi beban ini tentu tidak mudah bagi Anda. Jika butuh bantuan, kami di sini siap mendukung."Devan tersenyum tipis, merasa sedikit terhibur oleh perhatian perawat itu. "Terima kasih. Sa

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   221

    Beberapa saat kemudian, perawat yang tadi berjanji kembali memasuki ruangan. Wajahnya tampak sedikit tegang, tapi dia mencoba tersenyum agar tidak menambah kecemasan pasiennya."Ibu, saya sudah coba hubungi Pak Kamil," katanya lembut.Sundari, yang terbaring di tempat tidur, berusaha menggerakkan bibirnya untuk bertanya. Namun, hanya gumaman lemah yang keluar. Perawat itu segera mendekat, menggenggam tangan Sundari dengan hati-hati."Pak Kamil sedang sibuk, Bu. Tapi beliau titip pesan bahwa beliau sangat sayang sama Ibu dan akan segera datang jika urusannya selesai," lanjutnya dengan suara penuh kebohongan yang terdengar begitu tulus.Mata Sundari sedikit berkaca-kaca. Meskipun tidak bisa berkata-kata, ia mencoba menunjukkan rasa terima kasih dengan menggenggam lemah tangan perawat tersebut."Tenang saja, Bu. Saya akan pastikan Ibu tetap sehat supaya bisa bertemu beliau nanti," ucap perawat itu sambil menyeka sudut matanya yang mulai basah.Namun di dalam hatinya, perawat itu merasa s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status