Assalamualaikum, selamat siang teman-teman tercinta pembaca Syakila dan Devan. Mohon maaf sekali jika beberapa hari aku gak bisa update rutin.
Aku ada sedikit masalah yang harus diselesaikan di dunia nyata. Tapi setelahnya, aku akan berusaha rutin update. Terima kasih atas pengertian, teman-teman yang setia menunggu kelanjutan ceritaku ini. Semoga kalian bahagia, sehat, dan selalu dimudahkan rezekinya, ya.Dua hari setelah pertemuan mereka di kantor polisi, Jasmin masih gencar mendekati Syakila. Beberapa kali ia mengirim chat yang isinya tidak penting. Bahkan pernah sampai mendatangi butik untuk sekedar memberikan makanan yang tentu saja tidak dimakan oleh Syakila. Apapun yang bersangkutan dengan Jasmin dan Dion dia akan bersikap waspada. Termasuk juga pendekatan yang sedang dilakukan wanita yang pernah membencinya tersebut. [Sepertinya si kampung itu belum percaya seratus persen padaku, Beb. Aku mulai muak pura-pura baik dan terus mendekatinya. Dia masih bersikap cuek padaku.] Jasmin mengirim pesan pada Dion yang telah membuat rencana pendekatan itu. Rasanya Jasmin sudah tidak sanggup meneruskan akting sebagai manusia yang baik dan perhatian pada Syakila. Dia terlalu angkuh untuk melakukan itu sehingga semuanya terasa berat untuk terus dilakukan. [Bertahanlah sedikit lagi. Kamu sudah berhasil masuk ke dalam hidup wanita itu, masa harus menyerah sebelum selesai? Sayang dong.] Pesa
[Kamu lebih suka aku pakai baju apa, Beb?]Pukul tujuh malam Jasmin sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Dion. Malam ini dia ingin menyuguhkan penampilan terbaiknya untuk sang kekasih.Tentunya untuk membantu hal itu Jasmin terlebih dahulu menghubungi Dion. Beberapa menit kemudian handphone yang masih dipegangnya bergetar. Balasan Dion langsung datang berupa sebuah foto yang kemudian diklik oleh Jasmin.Jasmin tersenyum malu ketika melihat gambar yang ternyata foto dirinya saat tengah mengenakan lingerie hitam, dengan pose menggoda. Tak lupa caption yang Dion sematkan membuat wanita itu melambung tinggi.[Tak ada wanita yang lebih cantik dari kamu saat berpakaian seperti ini. Kamu yang terindah, Honey.]Jasmin pun segera membalas.[Jangan menggodaku, Beb. Aku tahu kamu menginginkan itu, aku sudah menyiapkannya untukmu.][Baiklah, Honey. Aku selalu menunggumu.] Tak lupa emoticon love Dion sematkan di sana."Kau selalu berhasil membuatku berbunga-bunga, Dion ... I love you."
"Aaaa ...""Syakila!" Devan berteriak.Brugh!Tubuh seorang wanita yang menghalangi Syakila terpental.Benar. Jasmin berhasil menabrakkan mobilnya pada seseorang. Sialnya itu bukan Syakila, orang yang menjadi sasaran sesungguhnya."Astaghfirullah!""Astaga!""Ayok kita lihat dan tolong dia."Banyak warga yang seketika mengerumuni tubuh penuh luka yang tak sadarkan diri itu.Namun tidak dengan Syakila. Wanita yang sedang hamil muda itu mematung di tempat dengan tatapan nanar melihat sosok yang tergeletak di atas aspal. Dadanya mendadak berdegup kencang. Kejadiannya begitu cepat, hingga membuatnya sulit untuk mencerna apa yang baru saja terjadi."Kamu tidak apa-apa, Sayang?" Devan menelisik tubuh Syakila, menariknya dalam dekapan guna memberi ketenangan.Namun, Syakila tak bereaksi apapun."Heh! Keluar kamu!" Teriakan suara seorang laki-laki pada mobil yang berhenti mengalihkan perhatian Syakila dan Devan."Cepat keluar atau kami pecahkan kaca mobil ini!"Dug! Dug! Dug!Tak sedikit pul
"Lepaskan aku! Aku tidak bersalah! Hei ... Cepat buka pintunya. aku mau pulang!" Jasmin terus berteriak di dalam sel membuat sipir lapas merasa kesal.Tak kalah keras, si petugas jaga itu pun membentak, "Diam atau kusumpal mulutmu!" Dia juga memberikan tatapan tajam dan mengejek, "Makanya jangan cari masalah kalau gak mau masuk ke sini!"Seolah tak ada takut, Jasmin menimpali, "Aku cuma korban asal kamu tahu itu. Awas saja kalau aku sudah bebas, kalian semua akan aku tuntut!""Memangnya siapa yang mau membebaskanmu? Dari dua hari kamu di sini gak ada satu orang pun yang datang menjenguk. Keluargamu pasti malu melihat mu di sini," ujar Sipir masih meremehkan."Calon suamiku! Sebentar lagi dia pasti akan membebaskan aku dari ruangan terkutuk ini," sergah Jasmin berapi-api.Sipir itu menganggukkan kepalanya. "Ya, dia pasti akan datang ke sini, tapi bukan untuk membesarkanmu melainkan untuk menemanimu di penjara. Kamu pasti senang bisa bersamanya.""Apa maksudmu?!" Jasmin nampak terkejut.
Sementara Dion? Pria itu kini sedang bertemu dengan Renata di kos-kosannya. Renata sengaja datang untuk memberi tahu perihal berita yang ia baca di sosial media tentang Jasmin yang tertangkap polisi."Sial! Bagaimana bisa ketangkap sih. Jasmin bego banget!""Terus gimana dong? Aku takut, Dion.""Tenanglah, aku jamin kita akan aman. Sebaiknya kita segera pergi dari sini."Dion begitu marah saat mendengar kabar bahwa Jasmin telah tertangkap. Dia merasa terancam. Pun dengan Renata.Kedua manusia yang sedang berada di kosan Dion itu segera berkemas. Bersiap-siap untuk melarikan diri."Dion, tunggu." Renata mencekal tangan Dion saat akan beranjak."Ada apa? Waktu kita tidak banyak, Honey," ujar Dion sambil menoleh."Ap-apapun yang terjadi, bisakah tidak membawa serta namaku dalam masalah ini? A--aku ..." Renata berujar sedikit gugup.Sementara Dion memicingkan matanya. "Kenapa? Kita merencanakan semua bersama-sama, itu artinya kita akan menanggungnya bersama-sama juga.""Tapi aku sedang ha
Sepulang dari mengantar Renata, Dion mulai curiga dengan mobil hitam yang berada di belakangnya. "Sepertinya mobil itu mengikutiku, sejak tadi terus saja berjalan di belakangku," gumamnya sembari mengawasi kaca sepion.Dion lalu menambah kecepatan motor gede kebanggaannya, terus membelah jalan, menikung, berbelok ke mana saja asal bisa lari dari pandangan mobil sedan yang ada di belakangnya. Jujur saja Dion khawatir mobil itu adalah mobil suruhan seseorang untuk menangkapnya.Anak buah Devan bukan orang bodoh. Mereka tak perlu repot mengejar sebab sudah ada rekannya yang sudah siap menghadang kedatangan Dion.Dan di sinilah anak buah Devan berhasil menghentikan motor Dion. Di sebuah jalan sepi yang mana, di sisi kanan dan kirinya di penuhi pohon jati."Siapa kalian? Minggir! Aku sedang buru-buru," tanya Dion."Mari ikut kami. Bos kami ingin bertemu denganmu," sahut pria bertubuh tinggi kekar."Memangnya siapa bos kalian?" "Nanti kamu akan tahu. Ayok ikut kami secara baik-baik.""Ha
"Dari mana saja kamu, Mas? Aku mencarimu sejak tadi. Ponselnya juga kenapa sulit dihubungi? Lalu, kenapa baru pulang selarut ini? Apa kau tidak tahu kalau --" Cup! Devan membungkam mulut Syakila dengan sebuah kecupan, sebab istrinya itu tak berhenti berbicara sejak kepulangannya sepuluh menit lalu. "Mas Devan ..." Syakila merajuk, kakinya dihentak-hentakkan sudah mirip seperti anak kecil. "Iya, Sayang. Aku sudah di sini. Kangen, ya?" Devan justru menggoda. Alisnya dinaik turunkan. "Aku belum selesai bicara, loh. Malah dicium." Sembari mengelap bibirnya, Syakila bersikap seolah masih merajuk manja. "Habis kamu cerewet. Bikin pengen cium." "Mas ... Aaaaaa--" Syakila menjerit mana kala tiba-tiba tubuhnya melayang. Seketika tangannya melingkar di pundak sang suami yang telah menggendongnya ala bridal style. "Turunin, Mas. Kalau ada ibu gimana?" bisik Syakila khawatir sebab mereka berada di ruang tamu. Butuh beberapa menit untuk bisa sampai di kamarnya, yang tentunya melewati kamar
"Dev, Sya, besok opa sama oma mau dateng sekalian nganter Aira. Rencananya mereka mau menginap beberapa hari di sini." Saat sarapan Sukoco menyampaikan berita yang beberapa menit lalu besannya kabari melalui sebuah chat.Syakila nampak heran, pasalnya baik nenek atau kakeknya itu tak memberi tahu apapun kepadanya."Oh, ya? Bagus dong, rumah ini jadi rame lagi. Padahal rencananya hari ini aku sama Syakila memang mau jemput Aira." Devan menyahuti setelah menelan makanan di mulutnya.Saat libur sekolah kemarin, Aira meminta liburan di rumah Bamantara yang kebetulan dengan dengan pantai. Sukoco sempat menemani beberapa hari di sana, tapi karena harus mengurus kiosnya, dia pulang dan meninggalkan cucunya bersama besannya."Tapi opa sama oma kok gak ngabarin aku ya, Bu?" ujar Syakila masih heran."Mereka bilang sudah chat kamu tadi malam, tapi belum dibaca sama kamu," ujar Sukoco menjelaskan sesuai apa yang diceritakan besannya."Iya kah? Eum, Syakila memang belum pegang handphone sama seka