Share

Dikhianati Tukang Selingkuh, Diratukan Tuan CEO
Dikhianati Tukang Selingkuh, Diratukan Tuan CEO
Penulis: Solane

1. Malam Jahannam

"Apa-apaan ini?! Lepaskan tanganmu, dasar kurang ajar!"

Audrey sangat gusar pada temannya, Benigno yang menyelipkan tangan liarnya ke balik baju atasannya.

"Tidak usah pura-pura. Pasti kamu juga  menikmati rabaanku. Diam sajalah," tukas laki-laki itu tanpa rasa bersalah, dia melanjutkan aksinya. Harum tubuh wanita ini menyeruak menggelitik aroma penciumannya layaknya feromone.

"Kau bohong padaku! Kau bilang ada hal penting yang hendak kau bicarakan sehubungan dengan proyek konstruksi kita! Tapi kenyataannya kau bermaksud buruk padaku!"

Prabu Wisesa, suami Audrey telah memenangkan tender proyek pembangunan beberapa apartemen. Benigno, yang dahulu adalah teman kuliah Audrey ternyata adalah pihak pemberi tender.

Keduanya bersepakat mengadakan pertemuan di rooftop Red Buffalo Grand Hotel untuk membahas perencanaan konstruksi yang terdapat di Rancangan Anggaran Belanja penawaran yang diajukan oleh perusahaan konstruksi milik Prabu.

Diluar dugaan, Prabu memiliki jadwal lain yang tidak mungkin ditinggalkan sehingga istrinyalah yang menggantikannya untuk menyelesaikan urusan itu. Prabu Plan, nama perusahaan jasa konstruksi itu, sudah sering memenangkan tender baik pemerintah maupun partikelir. Prabu percaya, istri cantiknya itu dapat menyelesaikan tahap kualifikasi karena memang sudah terbiasa menangani hal demikian, terlebih lagi Audrey telah mengenal Benigno walaupun tidak begitu akrab karena mereka kuliah di kampus dan kebetulan di jurusan yang sama yaitu Tehnik Konstruksi Gedung.

“Apa kamu tidak bisa mengerti betapa sejak dulu aku mengagumimu?“ tanya Beni merayunya, ini adalah trik Benigno agar Audrey percaya. Bola mata Benigno menghunjam kearah manik mata Audrey.

“Persetan dengan perasaanmu! Biarkan aku pergi. Lupakan saja proyek kerja sama kita.“

Audrey Abellard, sosok wanita baik yang berpendirian kuat, demikian menjaga martabatnya. Penampilannya yang sederhana tidak dapat menyembunyikan pesonanya. Audrey selalu berbaik sangka, memang begitulah dia. Nilai-nilai agamis yang diajarkan orangtuanya membuat Audrey bersikap tak acuh pada lelaki yang mendekatinya. Hal demikian yang membuat pemilik wajah jelita itu diberikan julukan sebagai kembang kampus oleh teman-temannya. Mungkin kepolosannya itu juga yang membuatnya tidak berpikir panjang menerima begitu saja ajakan Benigno malam itu untuk bersua.

Wajah Benigno menghampiri bibir indah Audrey, dipagut dengan keras. Tentu saja Andrea memalingkan wajahnya dengan cepat.

"Hentikan, Beni! Atau aku akan teriak sekuat tenaga!" ancam Audrey melengking marah. Bola mata wanita dua puluh lima tahun itu melotot hampir keluar.

"Teriaklah sesukamu. Kita hanya berdua, rooftop ini begitu luas, udara malam akan meredam suaramu.” Benigno berkata dengan intonasi rendah, “ Dan tahukah kamu, Audrey. Semakin kamu marah, wajahmu kian cantik saja, hahaha!“ Beni tergelak keras sembari menatap raga indah Audrey bak makanan lezat terhidang begitu menggiurkan.

Tangannya membelai pipi Audrey. Sebelum wanita berambut lurus panjang itu memalingkan wajah dengan masam, Benigno menyeret Audrey dengan paksa kearah sebuah bangunan yang terletak tidak jauh dari mereka berdiri. Bangunan tidak begitu besar itu biasa dipergunakan oleh karyawan kebersihan sebagai gudang bagian paling atas di gedung berlantai tigapuluh tersebut. Tubuh Audrey dihimpit badan kekar Benigno menuju pojok dinding. Audrey meronta tapi dia tidak berdaya.

“Aku temanmu, dulu kau baik padaku! Kenapa kau lakukan ini?! Apa salahku? Aku punya suami dan baru memiliki anak, hentikan. Aku mohon..."

Tentu saja Benigno tidak mengindahkan keinginannya.

“To..!”

Audrey masih berharap seseorang mendengar dan menolongnya. Tapi belum selesai kata tolong yang hendak dia lengkingkan sekuat tenaga, telapak tangan kokoh membungkam kuat mulutnya.

“Kau memang minta dipaksa!” sergah Beni mulai bernada tinggi.

Brettt

Audrey tidak bisa mencegah tangan Benigno yang mulai melucuti pakaian yang dia kenakan. Wajahnya merah padam menahan amarah dan malu. Bibirnya mengeras, matanya melotot, sekuat tenaga berusaha memukul dan menendangkan kakinya. Tentu saja dapat ditangkis Benigno dengan mudah.

Audrey menangis, memohon agar teman yang selama ini ia percayai itu mau mengindahkan keinginannya dan memperbolehkannya pergi dari situasi yang sungguh tidak pernah dia duga sebelumnya.

"Aku tidak akan melaporkanmu ke polisi…atau, ini aku ada beberapa perhiasan, ambillah, tapi jangan renggut kehormatanku..." Audrey menghiba sambil melepaskan gelang dan cincin yang dikenakannya. Dengan airmata bercucuran, Beni sedikit mundur dan…

Plakkk

Satu tamparan keras mendarat, Audrey kaget, dia bisa merasakan asin darah yg merembes dari luka dibibirnya. Rupanya Benigno mundur mengambil ancang-ancang untuk menamparnya. Matanya yang basah menatap nanar ke arah sosok yang begitu tega memperlakukan dirinya kasar. Tidak ada seorangpun yang pernah bertindak begitu padanya.

“Kau pikir aku inginkan perhiasanmu?!” bentak Beni sarkas. Kemarahan Benigno  dipicu karena wanita ini tidak bersedia menuruti keinginannya. Tubuh Audrey dihempaskan ke lantai yang dingin.

“Tidak akan kubiarkan kau menyentuhku!” ujar Audrey menantang dengan nada tinggi. Kini dia menyadari, dia sedang berhadapan dengan lelaki yang sudah tidak bisa lagi menguasai diri.

Kaki dan tangan Audrey berontak sebisanya, tapi bagaimanapun perlawanan wanita tanpa ilmu bela diri ini hanyalah sia-sia. Karena postur tegap lelaki pemilik tubuh atletis 185 senti dengan bahu bidang ini tidaklah sebanding dengan tubuh 172 senti milik Audrey.

Dan malam jahanam itu terenggut sudah kehormatan Audrey, istri cantik kesayangan Prabu.

“Kau biadab!“

Teriakan yang memecah kesunyian malam itu teredamkan oleh udara dingin ruangan yang  terbuka.

Benigno  puas luar biasa, dia berpikir satu fase dari rencana besarnya telah berhasil dia lakukan.

Audrey terduduk diam, kepalanya pusing, kemarahan bergolak dihati yang telah hancur berkeping-keping. Bayangan Prabu, serta si kecil yang masih berusia tujuh bulan, Ventria yang menangis  menambah sakit Audrey kian menjadi.

Audrey kecewa karena merasa Benigno telah menjebaknya. Dalih lelaki itu akan membahas tentang pekerjaan ternyata adalah trik liciknya untuk merenggut kehormatannya.. Dengan segala cara, tanpa sepengetahuan Prabu dan sang istri, sebenarnya Benigno memiliki akses luas sehingga bukanlah hal sulit baginya membuat skenario agar Prabu urung hadir, dan dia akan dengan leluasa melampiaskan hasratnya.

“Menikahlah denganku!” Meskipun terdengar seperti perintah, kalimat itu terdengar lembut, diucapkannya setelah dia telah selesai melampiaskan hasratnya.

Audrey terhenyak, tidak menduga lelaki yang tadi beringas itu tiba-tiba melamarnya, “Omong kosong!”

“Kalau kau tolak lamaranku ini, bersiap saja kau didera kesusahan. Suamimu yang miskin itu tidak akan bisa lagi mendapatkan tender pekerjaan. Rumahmu juga akan disita bank karena kalian tidak bisa mengangsur hutang kalian yang tidak seberapa itu, hahaha!” Benigno tergelak keras dan pergi berlalu.

Tubuh Audrey gemetar karena amarah dan putus asa. Dia telah menyelidiki, Benigno, adalah seorang trilyuner yang arogan, memiliki kekuasaan, sangat mudah baginya menjatuhkan bisnis usaha tidak seberapa besar yang telah susah payah dia rintis bersama suaminya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status