Ceritanya asik ya Reader. Jangan lupa kasih dukungan bintang lima untukku yađ„°
Ceritakan tentang anakku.â Audrey bertanya saat mereka duduk di teras kecil itu.Audrey tiba-tiba bertanya kepada Nathan.âBeberapa kali kau mengatakan kata âanakkuâ, itu menyiratkan kalau anakku bukan anak kandungmu karena kau bilang kau suamiku.âSungguh Nathan merasa ini episode tersulit yang harus ia dan istrinya lalui.Lelaki itu menatap ke arah cangkir kopinya yang telah kosong.Audrey tahu, sesuatu yang ia lupakan dan masih menjadi misteri itu bukan suatu kabar baik.âKau pernah menikah dengan seseorang sebelum aku nikahi.â Akhirnya kata itu keluar dari bibirnya.âApakah dia, Benigno yang aku cari?â Audrey menatap Nathan dengan ekspresi dalam, rasa ingin tahunya terlihat jelas.âBukan.ââLantas?ââBaiklah, aku akan membuka semua identitasmu.âAudrey memposisikan dirinya pada pose senyaman mungkin. Ia telah siap mendengarkan cerita Nathan.âAku masih berkabung atas berpulangnya sahabatku, rekan kerjaku pada perusahaan yang kami berdua jalankan, ketika seminggu setelah pemakamanny
"Apa-apaan ini?! Lepaskan tanganmu, dasar kurang ajar!"Audrey sangat gusar pada temannya, Benigno yang menyelipkan tangan liarnya ke balik baju atasannya."Tidak usah pura-pura. Pasti kamu juga menikmati rabaanku. Diam sajalah," tukas laki-laki itu tanpa rasa bersalah, dia melanjutkan aksinya. Harum tubuh wanita ini menyeruak menggelitik aroma penciumannya layaknya feromone."Kau bohong padaku! Kau bilang ada hal penting yang hendak kau bicarakan sehubungan dengan proyek konstruksi kita! Tapi kenyataannya kau bermaksud buruk padaku!"Prabu Wisesa, suami Audrey telah memenangkan tender proyek pembangunan beberapa apartemen. Benigno, yang dahulu adalah teman kuliah Audrey ternyata adalah pihak pemberi tender.Keduanya bersepakat mengadakan pertemuan di rooftop Red Buffalo Grand Hotel untuk membahas perencanaan konstruksi yang terdapat di Rancangan Anggaran Belanja penawaran yang diajukan oleh perusahaan konstruksi milik Prabu.Diluar dugaan, Prabu memiliki jadwal lain yang tidak mungk
Purple Doors, Agustus 2020Bartender itu menuangkan red wine ke dalam sloki ketujuh yang dipesan seorang wanita dan langsung diteguk dengan cepat. Kening wanita itu berkerut manahan pahit. Sudah hampir tiga bulan, sejak malam kejadian dia tertatih meninggalkan Red Buffalo Grand Hotel dengan langkah lunglai, ditiap selepas jam dua puluh satu, di Purple Doors, nama bar ini, yang selalu penuh dengan insan yang mencari penghiburan, Audrey menghabiskan waktunya sampai jelang dini hari. Suara musik mengalun memekakkan telinga. Tidak dia pedulikan beberapa pasang mata menatapnya, mungkin mengagumi wajah jelitanya atau heran dengan keberadaannya yang selalu sendiri.Sebenarnya dia bukanlah seorang peminum alkohol. Kekalutannya yang membuat Audrey merasa dirinya sudah tidak berharga, dihadapan suami bahkan dilingkungan sekitarnya. Audrey memutuskan tidak membawa permasalahan tersebut ke jalur hukum, karena dia berpikir kehormatan keluarganya akan dipertaruhkan, rumah tangga yang belum lama dia
Sepulangnya Audrey dari kantor polisi, dia kembali ke Grand Mercure Hospital menuju bangsal rumah sakit yang dia pesan, sementara Ventria dirawat diruang Neonatal Intensive Care Unit, yang adalah ruang perawatan yang dikhususkan untuk bayi dan anak-anak dengan gangguan kesehatan serius, Audrey tidak boleh berada diruang itu berlama-lama. Kondisi kesehatan Ventria terpantau selalu pada layar monitor yang terletak disitu. Tenaga medis dengan sigap melakukan pekeerjaannya. Audrey mempercayakan anaknya tanpa ragu.Di bangsal? Iya dia menunggu disana, kondisi keuangannya tidak memungkinkan dia menyewa kamar yang lebih baik. Menatap anaknya yang tertidur lemah tidak berdaya tadi, memikirkan adiknya yang menyatakan penyesalannya dan meminta bantuannya untuk terhindar dari jerat hukum, mengusahakan terlaksananya tindakan operasi ayah tirinya, membuat kepalanya pening.Ketika pulang sejenak, Audrey merasa kesedihan itu semakin menikam relung hatinya. Kondisi terjepit yang mengharuskannya mempe
Grand Mercure Hospital27 Oktober 2020Audrey dan suaminya tersenyum bahagia melihat Ventria sudah bisa tertawa setelah operasi transplantasi sumsum tulang belakang yang telah dilakukan beberapa hari lalu. Tinggal pemulihan berangsur-angsur yang akan membuat kesehatan bayi ini semakin membaik. Mereka sudah membawa Ventria pulang dari rumah sakit. Perasaan suka cita bibik Andar dan Yanti menyambut kepulangan Ventria dengan mengihias rumah itu dengan balon hias serta bunga-bunga yang mereka rawat yg tumbuh disamping rumah. Pesta kecil dipersiapkan dengan matang. Mereka mendatangkan banyak kerabat, teman juga saudara. Tak lupa, puluhan anak yang bernaung di panti asuhan yang Audrey sesekali memberikan donaturnya. Sebuah yayasan yang didirikan beberapa teman Audrey dan dirinya yang sebagai bendahara, merawat dan menyekolahkan anak-anak itu agar mendapatkan kasih sayang yang semestinya mereka dapatkan. Audrey memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sementara itu kondisi tuan Abellard juga sudah
Benigno Jacob Andriano, adalah putra dari Mathilda, seorang wanita yang dinikahi Sir Jacob karena kecantikannya. Belakangan Sir Jacob mengetahui suatu rahasia yang selama ini Mathilda sembunyikan darinya, Mathilda telah terlibat hubungan gelap dengan seorang lelaki dari masa lalunya yang bahkan telah dia lakukan sebelum bersua Sir Jacob. Mathilda sangat berhasrat menikah dengan Sir Jacob, orang teramat kaya di Italia yang memiliki usaha bernilai trilyunan dolar yang ia lakukan bersama temannya. Gruppo METRO ( Metalmeccanica Torinese) adalah perusahaan besar milik mereka yang memproduksi banyak prodak dari alat pengering rambut sampai helikopter.Benigno, yang Sir Jacob kira adalah anaknya itu ternyata buah cinta Mathilda dengan Frank Kashogie, kekasihnya, sehingga Sir Jacob memutuskan memberikan hak kepemilikan saham sebesar 90 prosen serta seluruh asetnya kepada Audrey. Kenapa Audrey? Wanita itu adalah putri Sir Jacob dengan seorang wanita Jawa Barat, yang telah dia sia-siakan. Suryan
Tujuh jam sebelumnya...Audrey menatap arloji ditangannya, pukul 19 malam. Dia berencana menjenguk ayahnya di rumah sakit. Sudah lima hari paska operasi Bypass*) jantung yang berjalan lancar. Tuan Abellard sudah siuman dari komanya.â Aku tidak lama, Yanti. Tolong jaga Ventria baik-baik ya.â Pengasuh anaknya mengangguk.Audrey hanya mengenakan jersey dengan celana denim dan sepatu kets. Kehamilannya yang masih tiga bulan belum membuat perutnya membesar. Dia mengendarai mobil yang belum lama dibelikan Benigno, karena kendaraan yang biasa dia pergunakan telah dia iklaskan diberikan kepada Prabu.Sejak kehancuran rumah tangga mereka, Audrey yang memiliki hak asuh atas Ventria membawa serta bik Andar dan Yanti menempati sebuah apartemen yang dibelikan Benigno. Berada disebuah kota yang agak jauh dari rumahnya dahulu. Benigno tidak ingin Prabu dan orang lain yang mengenal Audrey mengetahui keberadaan adik tirinya itu.Rumah yang sebelumnya mereka tempati telah dibeli Benigno dengan harga l
Milan, 22 Oktober 2020Nathaniele Salvator Diangello tersenyum menatap langit dari kaca jendela kerjanya di lantai 17 gedung perkantoran megah Torre Diamante kota Milan. Bola mata biru lelaki dua puluh sembilan tahun itu terlihat berbinar, sesaat setelah Anthony, orang kepercayaannya baru selesai menelephon."Goodjob, Anthoni. Kau lakukan hal terbaik. Bawa wanita itu pulang ke negaranya, bawa serta putri serta bila memungkinkan orang-orang terdekat yang ia sayangi. Kerjakan dengan sempurna. Aku percaya padamu."Kabar orang suruhannya itu sangat dinanti, laksana angin segar yang membuatnya tersenyum sumringah. Mendiang Jacob Andriano, sahabat sekaligus guru terbaiknya meninggalkan surat wasiat yang membuat Nathan menghabiskan waktu hampir setahun untuk menemukan titik terang teka-tekinya selama ini, yaitu keberadaan putri Jacob di Indonesia.Saat ini wanita itu selalu dalam pengawasan anak buahnya. Anthoni juga berhasil menelusi perihal kehidupan putri temannya itu, bagaimana ia terpuru
Ceritakan tentang anakku.â Audrey bertanya saat mereka duduk di teras kecil itu.Audrey tiba-tiba bertanya kepada Nathan.âBeberapa kali kau mengatakan kata âanakkuâ, itu menyiratkan kalau anakku bukan anak kandungmu karena kau bilang kau suamiku.âSungguh Nathan merasa ini episode tersulit yang harus ia dan istrinya lalui.Lelaki itu menatap ke arah cangkir kopinya yang telah kosong.Audrey tahu, sesuatu yang ia lupakan dan masih menjadi misteri itu bukan suatu kabar baik.âKau pernah menikah dengan seseorang sebelum aku nikahi.â Akhirnya kata itu keluar dari bibirnya.âApakah dia, Benigno yang aku cari?â Audrey menatap Nathan dengan ekspresi dalam, rasa ingin tahunya terlihat jelas.âBukan.ââLantas?ââBaiklah, aku akan membuka semua identitasmu.âAudrey memposisikan dirinya pada pose senyaman mungkin. Ia telah siap mendengarkan cerita Nathan.âAku masih berkabung atas berpulangnya sahabatku, rekan kerjaku pada perusahaan yang kami berdua jalankan, ketika seminggu setelah pemakamanny
Sinar matahari menyinari kamar tidur nyaman ini. Kehangatan lembut meresap pada permukaan kulitnya.Pernahkah ia merasa lebih aman dan bahagia? Audrey sulit menjawab karena ingatannya hampir tak ada.Tapi ia tak bisa membayangkan merasa lebih aman daripada yang ia rasa sekarang ini.Kemarin, setelah singgah di sebuah desa terdapat sebuah toko bahan pangan, Ia melihat Nathan mengisi dua troli besar dengan sejumlah bahan makanan. Mereka berkendara selama berkilo-kilometer, jauh memasuki daerah pegunungan. Saat kemudian Nathan memasuki jalan berkerikil di puncak bukit, napas Audrey terasa terhenti, ia mengira dirinya telah melihat surga dalam perjalanan tadi, tapi itu hanya awalnya saja.Rumah kayu dua lantai milik Nathan terletak di puncak bukit menjulang. Terdapat teras kecil, di kedua lantai. Mereka menghadap lembah memikat dipenuhi pepohonan hijau menyejukkan. Tinggi dan masiv, pegunungan menjulang di kejauhan, menambah keindahan yang menakjubkan. Ia keluar dari mobil begitu Nathan be
"Enak saja. Jangan berani-beraninya kau menyalahkan dirimu. Ini semua salah Benigno. Sejak dulu bahkan sebelum aku mengenalmu, aku tahu siapa dia.ââCeritakan bagaimana dia versimu.âAngin lembut menggerakkan rambut sebahu Audrey yang berwarna merah berpadu coklat yang keemasan, tampak kontras dengan pipinya yang bersih tanpa cela yang kini tidak pucat lagi, rona kemerahan telah tampak di situ.Begaimanapun saat ini adalah hari dimana ia merasa usahanya perlahan mulai menampakkan berita baik. Nathan akan menunda dulu cerita mengenai saudara tirinya itu agar tidak merusak suasana hati wanita ini.âSuatu saat aku akan menceritakan semua yang ingin kau katahui, ini hanya masalah waktu, SayangPanggilan itu sekali lagi membuat desir di hati Audrey tak tertahankan. Ia bisa menebak, lelaki di sampingnya tidak ingin suasana hatinya berubah karena mendengar sesuatu yang akan membuat ia tidak suka.Mungkin Nathan benar. Tapi ia tidak dapat mengenyahkan kenyataan bahwa jika ia tak pergi sendiri
Kau telah banyak membantu menguak tabir ini, Audrey,â ujar Patrick. âBerdasarkan informasi yang kau berikan dari sesi hipnotismu dua hari lalu, kami punya gambaran yang lebih jelas tentang keadaan fasilitas itu. Sepertinya dia punya banyak orang yang di rekrut untuk membantunya. Masalahnya, mereka itu siapa dan darimana asalnya?ââMereka gelandangan.ââApa?â Lima orang bertanya sekaligus.âSaat aku melatih, aku mendengar salah seorang pemuda menangis, mengatakan kalau dia ingin pulang. Pria yang memimpin latihan menghardiknya dan berkata, âKau lupa? Kau tak punya rumah, layaknya idiot-idiot lain di sini. Kami memberi kalian para idiot gelandangan kesempatan tapi kalian bahkan tidak merasa beruntung.ââItu masuk akal. Begitu banyak anak-anak jalanan sehingga tak ada yang kehilangan mereka saat mereka tak nampak.âPatrick berdiri, menandakan pertemuan hari ini akan usai. âKau telah memberikan pemahaman baru bagi kami yang bahkan belum pernah kami pertimbangkan. Kerja yang bagus, Audrey.
Audrey mengedarkan pandangannya ke orang-orang dalam ruangan.âSuara lembut, jahat, melengking tapi maskulin, mengatakan padaku...â Audrey menelah ludah. âDia akan menikmati saat menjinakkanku.âNathan menahan perutnya yang bergolak, giginya gemeretak. Tapi ia berusaha menyembunyikan reaksi itu.Setelah menghembuskan napas panjang, Audrey berkata pelan. âAku ingat rasa sakit...siksaan. Dia sangat menikmatinya.â Ia memejamkan mata, menahan gejolak di dadanya. âAku mendengar tawa melengking...nyaris seperti memekik. Dia menertawakanku. Kurasa dia merancang siksaan berdasarkan yang menurutnya paling merendahkan dan sungguh menyakitkan.âKetika Audrey membuka mata, Nathan yang memandangnya tidak berkedip, ingin melolong, ikut merasakan penderitaan nyata yang dipantulkan mata itu. Penderitaan dan rasa sakit tak terperi yang ia rasakan.âAku digantung terbalik dalam kondisi telanjang...dan disirami air dingin. Kemudian dia menyuruh mereka meninggalkanku terbaring di satu tangan dan kakiku y
Troy Ferguson melangkahkan kaki ke dalam rumah utama, ia dilanda kebimbangan. Ia bertugas sebagai seorang eksekutor. Kali ini ia harus melakukan tugas itu lagi.Diketuknya pintu lab utama. Pemimpin membentak, âMasuk.âDua pria berdiri di samping âPemimpinâ, mereka memegangi seorang wanita paruh baya, berambut gelap diantara mereka.Wanita itu telanjang. Tubuhnya lebam-lebam dan berdarah karena telah dipukuli. Penciumannya membawa aroma amis. Anak buah pemimpin sudah memakainya sebagai pelampiasan syahwat... wanita itu telah dihukum. Sungguh suatu pemandangan menyayat hati. Ia tak tahu alasannya, ia pun tak berani bertanya, karena kalau pemimpin sudah berkehendak, tiada yang boleh menghalangi. Jika pemimpin memilih untuk menghukum, itu haknya. Tidak ada yang boleh bertanya apalagi membangkang. Mata wanita itu bengkak dari pukulan bertubi-tubi yang telah ia terima. Dia mendongak, memandangnya dan sesuatu dalam dirinya tersentak, menusuk kebingungan tersebut. Wanita itu tersiksa, terluk
Wanita itu menariknya lagi. Meski pandangannya kabur, Audrey mengingat secangkir teh yang ia minum tadi sebelum tidur. Sambil mengelakkan tangaai yang mencengkeram kuat, Audrey bergerak ke samping wanita itu dan mengulurkan tangan. Jemarinya menggenggam cangkir yang akan ia pergunakan. Sebagai senjata, benda itu bukan berarti apa-apa tapi lebih baik dari pada tak ada sama sekali. Ia menunggu sampai wanita itu mendekatinya lagi. Dan ketika ia sudah mendekat, tangan itu ia ayun sekuatnya. Getaran benturan dan suara gedebug memuaskan, memberi tahu Audrey serangannya mengenai sasaran.Terdengar raungan kemarahan. âAku akan pergi dari sini!â gumamnya. Ia lari meninggalkan kamar.Titik-titik hitam itu muncul di penglihatan Audrey, bertambah besar. Tapi ia tidak bisa membiarkan wanita itu pergi begitu saja. Ia harus menghentikannya, dan tak ada orang lain yang dapat melakukan itu...kecuali dia sendiriTapi kakinya kaku tidak mau bekerja sama. Audrey tertatih, tersandung melintasi kamar dan m
"Bagaimana keadaanmu pagi ini?â tanya Nathan mengalihkan rasa canggungnya.âBaik, masih sedikit pusing.ââAda yang kau ingat?ââSedikit. Tidak ada yang penting.ââSeperti?âAudrey memijit keningnya dan meskipun Nathan lebih rela memakan kaca daripada memberikan lagi kepedihan pada istrinya itu, ia perlu tahu sebanyak yang ia bisa tentang apa yang Audrey ingat.âIngatan-ingatan samar, bahkan lebih daripada saat aku tiba di sini.âProfesor Dimitri sudah memperkirakan hal itu. Pemulihan kecanduan obat-obatan membuat ingatan-ingatan itu memudar. Kita perlu mendapatkan sebanyak apapun yang bisa didapatkan sebelum ingatan itu memudar.Audrey mengangguk. âIya, aku tahu⊠hanya saja sedikit sekali. Aku hanya ingat aku mengenakan pakaian putihâŠkurasa seragam. Aku ingat ruangan penuh matras, dan ada pertarungan. Tapi wajah-wajah di sana⊠semua berkabut.âNathan memberikan sebuah bungkusan plastik kepada Audrey.âIni apa?ââPeralatan melukis.ââUntuk apa?ââKau pelukis yang berbakat, Audrey. Apa
"Kami akan melakukan apapun sebisa kami. Pertama kami akan coba menghipnotis. Sampai kami tahu, efek seperti apa yang terus di bawa obat itu. Aku tak suka merawatnya dengan menggunakan banyak macam obat.âNathan menarik napas, siap dengan ancaman bila memang itu diperlukan. âLakukan sebisamu. Jika dia tidak mengalami perkembangan, aku akan membawanya pulang bersamaku, akan kusembuhkan dengan caraku. Mungkin aku tidak akan memaksanya untuk sesuatu yang memang sudah betul-betul hilang dari ingatannya."Mata gelap Patrick menelusuri wajah Nathan, kemudian berpaling ke arah Profesor Dimitri. âBagaimana menurutmu?âProfesor Dimitri mengangguk. âNathan dan aku sudah membicarakan tentang ini tadi malam. Audrey merasa lebih tenang bersamanya, kurasa ini ide bagus.âPatrick menatap Nathan. âKau tahu, Beningno sudah pasti akan mencarinya?ââPasti aku akan menjaganya.â Nathan kembali menoleh ke arah Profesor Dimitri. âApa yang seharusnya kuharapkan?âEkspresi Dimitri terlihat frustasi. âBerdasar