Share

6. Tunangan Calon Suami

Tujuh jam sebelumnya...

Audrey menatap arloji ditangannya, pukul 19 malam. Dia berencana menjenguk ayahnya di rumah sakit. Sudah lima hari paska operasi Bypass*) jantung yang berjalan lancar. Tuan Abellard sudah siuman dari komanya.

“ Aku tidak lama, Yanti. Tolong jaga Ventria baik-baik ya.” Pengasuh  anaknya mengangguk.

Audrey hanya mengenakan jersey dengan celana denim dan sepatu kets. Kehamilannya yang masih tiga bulan belum membuat perutnya membesar. Dia mengendarai mobil yang belum lama dibelikan Benigno, karena kendaraan yang biasa dia pergunakan telah dia iklaskan diberikan kepada Prabu.

Sejak kehancuran rumah tangga mereka, Audrey yang memiliki hak asuh atas Ventria membawa serta bik Andar dan Yanti menempati sebuah apartemen yang dibelikan Benigno. Berada disebuah kota yang agak jauh dari rumahnya dahulu. Benigno tidak ingin Prabu dan orang lain yang mengenal Audrey mengetahui keberadaan adik tirinya itu.

Rumah yang sebelumnya mereka tempati telah dibeli Benigno dengan harga lumayan tinggi. Hasil penjualannya Audrey dan Prabu bagi sama rata sebagai harta gono-gini. Audrey tidak menuntut harta selain itu. Tunjangan untuk anakpun tidak dia minta karena dia cuma ingin berpisah dari suami yang diam-diam tega mendua bahkan dengan adik iparnya. Bagi Audrey hal itu tidak bisa ditoleransi. Pelan tapi pasti Audrey yakin dia akan bisa membunuh cintanya pada pria yang telah memberinya seorang putri cantik, Ventria. Keberadaan Prabu dan Denish? Dia tidak tahu. Kabar rumah tangga Jonash dengan Denishpun tidak dia pedulikan lagi.

Audrey masih melamun sambil mengendalikan mobilnya yang berjalan tidak terlalu laju. Beberapa menit kemudian dia sudah meninggalkan jalan yang ramai dan sampai di jalan kecil yang sebelah kanan dan kirinya terhampar bentangan perbukitan yang luas. Audrey mendengar sesuatu seperti bunyi lentingan sebuah kerikil. Ditengah suasana hening, Audrey tidak mau percaya bahwa yang baru saja menembus sisi kanan kendaraannya adalah peluru. Namun kemudian dengan suara desisan yang kuat, uap air keluar dari radiatornya yang kini berlubang. Audrey kaget tentu. Dia berusaha menguasai kendaraan sambil menghentikan lajunya.

“Sial, siapa yang mencoba menembakku?” Makinya kesal. Kepanikan tidak dapat dia sembunyikan.

Audrey dapat merasakan denyutan di kepalanya saat mengulurkan tangan ke laci dasboard, meraih pistol pemberian Benigno, entah kenapa laki-laki itu memberikan senjata itu dan ternyata berguna juga. Audrey keluar melihat situasi. Tiba-tiba Audrey sudah berhadap-hadapan dengan para penyergap, dua lelaki bertubuh liat dengan kulit berwarna mahoni dan sabuk peluru melintang di dada. Tampang mereka sangar dan tangan kanan mereka mengacungkan senapan buatan Rusia setinggi batas pinggang mereka, langsung tepat menuju wajah Audrey.

Audrey dengan gaya intelek mengajak berdamai.

“Apa yang kalian inginkan?” tegur Audrey. Jantung Audrey berdegup begitu kerasnya sehingga dia kwatir tidak dapat menangkap jawaban mereka.

Sesaat Audrey tercengang mendengar seorang gringo**) bicara dalam bahasa mereka. Yang lebih jangkung menatap Audrey. Sorot matanya sama sekali tidak bersahabat.

“Ayo ikut kami!” bentaknya.

“Jangan ganggu saya,” sahut Audrey tak kalah kerasnya, lalu menambahkan beberapa kata umpatan. Ucapan Audrey yang sengit kembali membuat mereka tertegun. Kemudian satu diantara penyerang itu memberi isyarat pada Audrey dengan senapannya untuk menghampirinya, Audrey bertekat bertahan meskipun Audrey tahu dia akan menarik picu senjatanya.

“Pergi dari hadapanku!” teriak Audrey sekerasnya. Meski Audrey tahu mereka jauh dari pemukiman warga, dia berharap seseorang mendengar dan dapat membantunya.

Teriakan Audrey membuat mata laki-laki itu memancarkan amarah dan jelas-jelas ia berniat mencelakai Audrey. Dia mendekati Audrey yang mundur tertahan didepan kendaraannya.

Plakkk

Suara tamparan keras, telapak tangan laki-laki jangkung bernama Pete membuka, memukul keras pipi Audrey. Yang ditampar tidak tinggal diam begitu saja. Audrey mengacungkan pistolnya hendak mengancam, tapi dengan cepat dari belakang Audrey, Mark, laki-laki lain yang bertubuh pendek menelikung dengan posisi mengunci tangan Audrey tanpa memberi kesempatan wanita itu menarik pelatuk pistol pemberian calon suaminya, dan dalam sekejap senjata Audrey sudah berada ditangan Mark. Ketika itulah Audrey bergerak dengan instingnya, seperti binatang yang ingin mempertahankan diri dari musuh.

“ Kurang ajar, kalian. Mengeroyok seorang wanita. Dasar kalian tidak tahu malu!” gusar Audrey marah.

Mark, meskipun lebih pendek dari Audrey, tenaganya lebih kuat, dengan posisi tangannya yang masih mengunci siku Audrey kemudian menyeretnya kearah sebuah mobil hitam yang berhenti tidak jauh dari situ. Dari dalam mobil mewah jenis roll royce itu keluarlah seorang wanita pemberi perintah yang sejak tadi mengawasi mereka. Sangat cantik dan kelihatan berkelas. Mengenakan setelan jas hitam yang terlihat mahal. Didalam keremangan cahaya bulan, Audrey dapat melihat kulit putih wanita itu. Kiara, berwajah khas Italy, dengan rambut pendek berponi yang manis. Wanita itu menatap Audrey dengan pandangan kebencian.

“ Selera Benigno bagus juga. Kau Audrey Abellard?!” berkata wanita itu dengan matanya yang menatap tajam ke Audrey. Tinggi mereka hampir sejajar, mungkin 170 centi, sementara Audrey 2 centi lebih tinggi darinya.

“ Kau siapa!? Mereka laki-laki kurang ajar itu, mereka suruhanmu?! Kenapa kau mengikuti dan suruh mereka memukulku!?" pertanyaan beruntun Audrey yang tidak mengerti kenapa diperlakukan begitu.

“ Kau! Tidak perlu tahu siapa aku!” Sergah wanita itu.

Mungkin Tuhan menjawab doa Audrey, dari kejauhan sebuah mobil sepertinya akan melintasi jalan sepi itu. Dengan sigap Pete mendorong paksa wanita itu masuk kedalam mobil.

Seorang lelaki pengendara mobil itu menatap sekilas pada lajur kanan terdapat mobil mewah Kiara terparkir. Dia merasa terdapat keanehan disana. Tidak lama, hanya sekitar tiga puluh meter melaju, pengendara itu menghentikan mobilnya seperti tersadar akan sesuatu dan ingin memastikan tidak ada hal yang mungkin membahayakan orang lain. Dia memutar balik mobilnya dan berhenti tepat dilajur mobil Kiara yang dikendarai Mark, berusaha menghentikan kendaraan mewah itu.

“ Sial! Orang itu cari gara-gara!” Omel Kiara sarkas.

“ Berhenti!” teriak laki-laki itu yang sudah berdiri didepan mobil Kiara. Ternyata tangannya telah mengacung sebuah senjata laras pendek.

Audrey yang duduk disamping kanan Kiara dibagian kursi penumpang menatap ingin tahu siapa laki-laki baik yang telah Tuhan kirim untuk menyelamatkannya.

Mark terpaksa menghentikan mobilnya tepat lima meter didepan pria itu berdiri. Kiara yang marah dengan wajah masam keluar hendak memberi pelajaran pada lelaki yang telah berani mengganggu perjalanan mereka. Audrey yang melihat situasi segera berpikir cepat. Ini adalah sebuah kesempatan. Pintu yang dibuka Kiara karena terburu hawa nafsu meluapkan amarahnya dimanfaatkan Audrey untuk keluar dan berlari cepat memasuki kegelapan hutan sekencangnya untuk menghindar. Pokoknya dia harus meninggalkan mereka sekuat tenaga melangkahkan kaki seribu, sejauh mungkin.

Note : 

*) operasi bypass adalah tindakan operasi untuk mengobati jantung koroner

**)gringo adalah istilah yang digunakan di Amerika Latin atau Spanyol untuk merujuk pada orang asing, khususnya orang Amerika atau Inggris.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status