2 Desember 2020Dini hari masih pukul 2 pagi. Sesorang mengetuk pintu apartemen Audrey yang berada di lantai sepuluh, Grey Tower. Wanita berusia empat puluh lima tahun, bermata coklat, rambutnya diikat cepol rapi. Perawakannya tinggi dan langsing, ditemani dua orang lelaki dibelakangnya. Yanti yang terbangun berjalan mendekat, mengintip dari sebuah lubang kecil yang terdapat didaun pintu apartemen itu. Entah mengapa dia merasa kalau wanita yang mengetuk pintu itu sepertinya baik. Karena dari penampilannya seperti wanita kelas menengah dg setelan klasik yang berkesan mahal.Semalaman ini dia dan bik Andar gelisah sampa larut karena sejak pukul sembilan belas tadi petang sampai kini Nyonya Audrey belum juga pulang. Yanti berpikir mungkin saja wanita yang mengetuk pintu itu adalah saudara dari tuannya dan memberi kabar yang penting. Dengan berdoa dalam hatinya, Yanti perlahan membuka pintu itu.Wanita didepannya tersenyum dengan tulus dan mengangguk penuh respek. "Dia sopan dan ter
Benigno Jacob Andriano menyelesaikan sekolah Internasional Milan dengan peringkat agak menyedihkan dan melanjutkan study ke Indonesia. Disanalah dia mengenal Audrey yang saat itu belum diketahui bila wanita cantik, kembang kampus itu ternyata putri lelaki yang sudah menikahi ibunya Mrs Mathilda Andriano.Secara tidak sengaja pertemuan itu terjadi dan saling mengenal. Kenalan biasa seperti teman-teman Audrey lain yang mengenalnya.Entah mengapa dari berbagai literatur yang dia baca sebelumnya, Benigno memutuskan melanjutkan study di negara itu karena tertarik dari bentang alam serta keindahan negerinya.Alasan lebih kuat dari itu sebenarnya adalah, Benigno remaja tertarik dengan kecantikan wanita Indonesia yang memiliki kulit yang eksotis serta pembawaannya yang lemah lembut. Entah secara kebetulan apa sekedar mengisi hidupnya saja, karena alih-alih serius menimba ilmu dengan tekun, dia kuliah cuma karena menuruti kehendak ayahnya.Sir Jacob Andriano tidak berkeberatan menerima keput
Mobil yang membawa bik Andar, Yanti dan putrinya telah sampai ditempat yang dituju. Sebuah pesawat jet pribadi telah menunggu mereka.Yanti, seorang wanita muda berusia 23 tahun yang baru mengabdi sekitar sembilan bulan kepada keluarga Prabu, tanpa ragu memutuskan ikut turut serta membuka lembaran baru, mengikuti Nyonya Besarnya. Tak ubahnya sang Nyonya, Yanti menghadapi rasa frustasi yang dalam, sehingga dia bergabung pada sebuah agensi baby sitter. Sampai akhirnya bisa mengasuh Ventria. Hal itu ia lakukan semata-mata untuk mengalihkan permasalahan yang menderanya, kesedihan yang ia rasakan, karena baru saja kehilangan anak baru ia lahirkan. Sehingga Ventria Yanti anggap sebagai anak sendiri. Itu lumayan mengobati luka hatinya.Yanti, wanita lembut berhati baik itu mengalami kisah cinta yang rumit.Sekitar empat tahun lalu...September 2016Heriyanti Wardana, terpana melihat sekeliling. Dia berada pada sebuah hotel mewah yang dalam mimpipun belum pernah dia lihat. Memandang seoran
Didalam perjalanan dipesawat jet milik Audrey itu, Yanti masih melamun mengenang kisah pahit hidupnya…Malam itu, pertama kalinya seorang lelaki menyentuh Yanti Wardhana.Kala itu Andre yang menyuruhnya 'bertindak’ agar suami siri yang baru saja dinikahinya itu terpancing gairah untuk menumbuhkan janin dirahim Yanti sesuai perjanjian.Yanti mengumpulkan segala keberanian, pelan-pelan menanggalkan kebayanya. Dia sudah melihat tayangan film biru dewasa agar bisa menyelesaikan kewajibannya itu.Andre yang merebahkan diri menatap datar saja pada tubuh Yanti. Perlahan Yanti mulai menaiki ranjang mereka, Dengan mata terpejam Yanti membelai wajah, leher dan dada Andre. Tangan Yanti gemetaran. Jantungnya berdegup kencang.Yanti mengecup leher Andre, terus menciuminya. Dia menahan untuk tidak merasa aneh saat lidahnya dia julurkan, menggigit kecil sampai ke perut Andre.Sebenarnya hampir tidak tahan dengan rasa gemetarnya, Walau lelaki ini sudah menjadi suaminya, tapi Yanti merasa tidak memili
Dan seperti yang Andre, Jentina dan Yanti harapkan, kehamilan Yanti betul-betul terjadi. Andre yang mengantarkan Yanti sendiri ke dokter yang memeriksanya. Sikap Andre yang semula dingin serta acuh tak acuh mulai dari itu berubah total. Yanti diperlakukan layaknya seorang ratu, dari membukakan pintu mobil, mengambilkan alas kaki sampai menarik kursi makan untuk Yanti duduk dan kegiatan lainnya dia lakukan dengan tidak berpikir dia kali.Meski masih terasa agak asing, Yanti mulai terbiasa dengan kehadiran Andre yang sejak saat itu lebih sering kerumah mereka. Karena sebelum dokter kandungan mengabarkan kehamilam Yanti, Andre hampir setiap malam mendatanginya, tapi pulang setelah itu.Jentina menyambut kehamilan Yanti dengan suka cita.“Dengar Yanti, aku memang akan perhatian sama kamu sampai kamu melahirkan.”Yanti sedikit keheranan, lalaki ini biasanya memanggil “Kau”, sekarang bisa berubah jadi “Kamu”.Andre melanjutkan bicaranya, “Jangan sungkan untuk mengatakan apa saja yang kamu i
Dikediamannya yang megah, Benigno sangat murka. Sudah sejak petang itu dia menghubungi calon istrinya melalui ponsel, tapi jawabannya diluar jangkauan.Sejak kemarin petang selera makannya musnah. Berbagai pikiran yang memenuhi kepalanya membuat dia tidak tahan.Orang-orang suruhan yang ia perintahkan ke apartemen Audrey tidak mendapatkan kejelasan untuk menjawab pertanyaanya. Tidak ditemukan bukti kejelasan menghilangnya Audrey bersama putri dan pengasuh serta asisten rumah tangganya itu. Semua jalan buntu. Mobil yang biasanya terparkir di basement apartemen Audrey telah menghilang bersama pemiliknya."Sekarang kalian semua, buka mata dan telinga kalian lebar-lebar, gali informasi dimanapun, cari terus kemanapun! Kalau perlu ke lubang semut! Cari dimana keberadaan mereka semua!” Teriaknya.Sebanyak tiga puluh orang dia kerahkan. Mencari informasi mengitari seluruh kota dan pelosok, mencari barangkali ditemukan sebuah bukti yang mengarah pada hilangnya mereka semua. Mobil-mobi itu suda
Februari 2017Dinamit tergenggam dalam tangannya.Bukan dinamit yang sesungguhnya, tapi efek ledakannya akan sama. Dan jemari Sylvia gemetar saat ia membaca surat itu.Diatasnya, lampu gantung hias besar yang mengagumkan di Kedutaan Besar Italia menyinari kertas itu dengan gemerlap cahaya seperti berlian. Dia melihat sekali lagi, memahami bahwa didalam surat itu terdapat informasi yang dapat mengubah kehidupan begitu banyak orang.Dia melihat foto ultrasonography itu dengan seksama, membaca sebuah nama yang tertera disitu, Nyonya Suryani, penulis surat ini. Dia bisa melihat foto hasil ultrasonography itu bukanlah hasil rekayasa, dia menyelesaikan kuliahnya di jurusan bidang Fotografi.Sylvia menelan ludah, bertanya-tanya apakah seharusnya dia tidak membuka surat itu tadi? Tetapi membuka dan membaca surat-surat yang masuk merupakan salah satu tugasnya sebagai sekretaris sementara? Sebuah pekerjaan yang sepertinya, sampai sepuluh menit yang lalu, tampak sempurna sebagai pekerjaan seme
Sylvia berpikir dia tidak akan menggali informasi dari orang itu dari sekali pertemuan singkat. Dia tanya Benigno mencari solusi.“Seandainya... kau ingin berkenalan dengan seseorang, tapi kau hanya tahu tempat kerjanya, apa yang akan kau lakukan untuk bertemu orang itu?”Benigno mengedip-ngedipkan matanya, menjawab, “Kuanggap seorang itu, pria?”“Hmm, ya. Bagaimana kau dapat menebaknya?”“Aku sangat kenal kamu.”Seringainya sombong. “Wajahmu terlihat penuh rahasia, sekaligus penuh ingin tahu, yang sekaligus memberitahu bahwa seseorang itu dari jenis kelamin beda. Aku betul kan?”“Begitulah.” Sylvia memalingkan wajahnya sedikit jengah. Dia tahu Benigno tidak akan senang kalau lelaki yang dimaksud adalah Nathan, bisa dikatakan rivalnya. Selama ini dia cuma mendengar cerita sahabatnya itu yang katanya sangat menyebalkan, tapi belum pernah dia jumpa. Dan untuk saat ini dia belum perlu tahu karena Sylvia yakin Benigno akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan yang Sylvia malas jawab.“Kau