Februari 2017Dinamit tergenggam dalam tangannya.Bukan dinamit yang sesungguhnya, tapi efek ledakannya akan sama. Dan jemari Sylvia gemetar saat ia membaca surat itu.Diatasnya, lampu gantung hias besar yang mengagumkan di Kedutaan Besar Italia menyinari kertas itu dengan gemerlap cahaya seperti berlian. Dia melihat sekali lagi, memahami bahwa didalam surat itu terdapat informasi yang dapat mengubah kehidupan begitu banyak orang.Dia melihat foto ultrasonography itu dengan seksama, membaca sebuah nama yang tertera disitu, Nyonya Suryani, penulis surat ini. Dia bisa melihat foto hasil ultrasonography itu bukanlah hasil rekayasa, dia menyelesaikan kuliahnya di jurusan bidang Fotografi.Sylvia menelan ludah, bertanya-tanya apakah seharusnya dia tidak membuka surat itu tadi? Tetapi membuka dan membaca surat-surat yang masuk merupakan salah satu tugasnya sebagai sekretaris sementara? Sebuah pekerjaan yang sepertinya, sampai sepuluh menit yang lalu, tampak sempurna sebagai pekerjaan seme
Sylvia berpikir dia tidak akan menggali informasi dari orang itu dari sekali pertemuan singkat. Dia tanya Benigno mencari solusi.“Seandainya... kau ingin berkenalan dengan seseorang, tapi kau hanya tahu tempat kerjanya, apa yang akan kau lakukan untuk bertemu orang itu?”Benigno mengedip-ngedipkan matanya, menjawab, “Kuanggap seorang itu, pria?”“Hmm, ya. Bagaimana kau dapat menebaknya?”“Aku sangat kenal kamu.”Seringainya sombong. “Wajahmu terlihat penuh rahasia, sekaligus penuh ingin tahu, yang sekaligus memberitahu bahwa seseorang itu dari jenis kelamin beda. Aku betul kan?”“Begitulah.” Sylvia memalingkan wajahnya sedikit jengah. Dia tahu Benigno tidak akan senang kalau lelaki yang dimaksud adalah Nathan, bisa dikatakan rivalnya. Selama ini dia cuma mendengar cerita sahabatnya itu yang katanya sangat menyebalkan, tapi belum pernah dia jumpa. Dan untuk saat ini dia belum perlu tahu karena Sylvia yakin Benigno akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan yang Sylvia malas jawab.“Kau
Sylvia tidak menyadari keberadaan pria itu sebelumnya, karena tadi dia berdiri dibawah bayangan di bawah pojok ruangan. Tapi segera setelah melihat pria itu, Sylvia terkejut, bagaimana mungkin dia tidak memperhatikan dia sebelumnya---karena pria ini sepertinya memancarkan aura vitalitas yang begitu kuat, sehingga orang-orang diruangan itu tampak hanya setengah hidup. Sylvia menyipitkan mata kearah pria itu dan merasakan jantungnya tercekat ketat, seakan jantungnya itu digenggam kuat-kuat diantara jemari besi yang dingin dan keras.“Aku---aku ter—terlambat?” katanya terbata-bata.“Jelas, kau memang telat!” Suara pria itu terdengar ketus.Sylvia menjaga ekspresinya tetap tenang—ia tak tahu bagaimana ia berhasil melakukan hal itu, terutama saat ia merasa begitu pusing, mau pingsan dan lemah. Tanpa sadar Sylvia menjulurkan lidah, membasahi bibirnya yang tiba-tiba terasa begitu kering, sehingga ia merasa tak akan pernah bisa bicara lagi.Sylvia seakan terhipnotis dengannya.Pria ini tinggi
Sylvia baru meletakkan gagang telphon ketika sahabatnya mengunjunginya. “Aku mendapatkannya,” katanya perlahan.Benigno bertanya lagi, “Pekerjaan apa?”“Pekerjaan sebagai icon ponsel yang kudatangi kemarin. Kan aku sudah bilang padamu.”“Produk ponsel? Kau datang terlambat, dengan penampilan mengerikan? kemudian pemilik perusahaan itu ada disana dan mengolok-olokmu?”Perlu waktu satu atau dua detik untuk mencerna. “Betul.”Benigno menaikkan salah satu alis, pikirannya yang agak lamban seperti sedang memikirkan sesuatu, dan itu memerlukan waktu tiga menit, baru suatu kemungkinan terlintas dikepalanya... “Hei, jangan kau katakan kau menjadi icon ponsel perusahaan ayahku ya!”Dibalik ketidakpeduliannya pada Gruppo METRO, Benigno masih bisa tahu perkembangan usaha ayahnya itu dari beberapa orang disana.Sylvia menatapnya pasrah. Menunggu reaksi sahabatnya itu.“Aku membutuhkan pekerjaan itu, maaf waktu itu aku tidak langsung memberitahukan padamu kalau lelaki yang kumaksud itu adalah Nath
Sylvia mencari cara untuk bisa sekedar melihat dari dekat bahkan kalau memungkinkan dia ingin berkenalan.“Prudence, aku ingin ke kamar kecil sebentar. Bolehkah?”“Oke, tidak masalah.”Sylvia menuju ke sebuah toilet tidak jauh dari situ. Sebenarnya dia mencari alasan untuk bisa melakukan sebuah misi rahasia---dia berencana keruang kerja Mr. Jacob hendak menyapa, atau sekedar say hai. Bukankah secara tidak langsung sudah bergabung di perusahaan besar ini, mungkin bukan masalah kalau dia berkenalan dengan orang nomor satu di Gruppo METRO.“Kau yakin orangmu itu mengatakan yang sebenarnya, Gabe?”“Patrick menunjukkan bukti foto-foto Nyonya dan lelaki itu, Tuan. Mereka sudah berhubungan bahkan sebelum Tuan menikahi Nyonya. Patrick mendapatkan bukti pula jika Tuan Muda adalah putra mereka, Tuan. Patrick memberikan alamat Tuan Frank Kashogie, ayah kandung Tuan Muda, Tuan.”Mungkin Mr. Jacob menghela napas, karena ada jeda waktu ketika akhirnya Direksi Utama Gruppo METRO itu berkata lagi, “A
Nathan mendekatkan gagang telephon. Wajahnya terlihat kaku dengan mulut yang dirapatkan. Jadi, kesehatan Mr. Jacob memburuk? Usia rekan bisnis yang sudah dianggap ayahnya itu sudah 82 tahun, berita itu seharusnya tidak mengejutkan.Ia bangkit dari tempat duduknya dibelakang meja dan berjalan melintasi kantornya yang luas---ruangan mewahnya bergaya kontemporer dari kaca dan besi, sangat sesuai dengan gedung indah yang dibangun disekeliling serangkaian atrium bergaya mewah yang dihiasi tanaman dan air mancur indah. Kompleks perkantoran termegah di kota Milan.Tapi Nathan tidak peduli pada keadaan sekelilingnya. Pikirannya terpusat pada Mr. Jacob Andriano yang sudah menjadi sahabat, serta orang terdekatnya sejak usianya sepuluh tahun.Terdengar ketukan di pintu sebelum asisten eksekutifnya Brian Macolm, melangkah masuk. Biasanya ia terlihat penuh percaya diri dan efisien, tapi entah kenapa kali ini Brian terlihat ragu sambil mencengkeram sehelai kertas.“Ya?” desak Nathan tak sabar. Pemud
Aku menghubungimu sehubungan dengan Surat Wasiat yang telah Mr. Jacob buat hampir enam bulan lalu.”Pikiran Nathan berkecamuk rasa heran, kenapa harus dirinya yang dipanggil? bukankah Mr. Jacob memiliki anak dan istri yang jelas lebih berkepentingan akan hal ini?Nathan membaca dengan seksama bunyi Surat Wasiat tertanggal 2 Januari 2019 tersebut.“Ingat Mr. Diangello, jaga kerahasiaan ini sampai waktunya tiba," pesan Mr. Tate Donovan.Ternyata sahabatnya telah menyerahkan seluruh bagian sahamnya di perusahaan dan 90 prosen assetnya untuk seorang anak, darah dagingnya.Nathan benar-benar shock mengetahu itu.Memangnya siapa Audrey Abellard?Dia hanya anak haram yang bahkan tidak menyandang nama belakang Andriano.Mungkinkah ini sebuah konspirasi penipuan?Mr. Jacob memintanya untuk mencari dan melindungi putrinya, serta meminta dirinya untuk menjadi walinya sampai Audrey Abellard itu ditemukan dan mendapatkan hak yang semestinya dia dapatkan.Bah! Lelucon apakah ini?Nathan hanya diber
Pencarian yang dilakukan Sylvia di sebuah situs pencarian online telah mendapatkan tiga nama Frank Kashogie yang tinggal dikota Milan.Orang pertama yang telah ia selidiki adalah pria berumur delapan puluh empat tahun. Seorang purna marinir dan sedang manghabiskan masa tuanyanya bersama sembilan cucu beserta empat cicit. Istrinya sudah meninggal sekitar sepuluh tahun silam. Frank Kashogie sering mengunjungi cucu dan cicitnya, dia terlihat bahagia dan sudah tidak memilki ambisi. Kehidupan yang sempurna dan tidak bermasalah. Itu menurut pengamatan Sylvia. Mrs. Andriano yang belum begitu tua dan berkelas sepertinya tidak akan berselera dengan pria seperti itu. Akhirnya nama itu dianulir dari daftar pencariannya.Frank Kashogie berikutnya Sylvia dapatkan informasi juga. Dia adalah seorang anak berusia 25 tahun, bekerja sebagia cleaning service di sebuah kantor penerbitan. Menurut Sylvia dia menebak raut wajahnya tidak ada kemiripan dengan Benigno. Pemuda ini begitu kurus. Ok, skip.Nama