Share

Dikhianati Suami, Dipinang Kakak Ipar
Dikhianati Suami, Dipinang Kakak Ipar
Author: Irana

Bab 1. Bukan Pertama Kalinya Terluka

"Uhhh ... "

"Aarggh ... "

Kedua mata Alina yang semula terpejam, langsung terbuka perlahan, begitu dia mendengar suara-suara aneh dari luar kamarnya. Wanita itu benar-benar terbangun, bertepatan dengan kerongkongannya yang kering dan perlu di basahi.

Alina melangkah keluar dari kamarnya, sambil membawa botol minuman kosong, lalu dia berjalan menuju ke arah dapur. Semakin dia melangkah mendekati dapur, suara-suara aneh itu semakin terdengar keras. Namun, suara itu terdengar tidak asing di telinganya. Dia familiar dengan suara tersebut.

Alangkah terkejutnya Alina, saat dia melihat dua insan manusia yang tengah memadu kasih, di atas meja dapur dengan sangat intim. Sontak saja, Alina menghentikan langkah dan memalingkan wajahnya, guna menghindari pemandangan tersebut. Niatnya, mengambil air pun menjadi urung.

Dia kembali melangkahkan kakinya, menuju ke arah kamar dengan perasaan yang berkecamuk. Hatinya bak dihantam godam berat, sampai dadanya terasa sesak. Sebelum masuk ke dalam kamarnya, dia berpapasan dengan seorang pria berparas tampan tengah berdiri di salah satu anak tangga. Pria itu adalah Abimana, kakak ipar Alina.

"Alina?" sapa Abimana pada adik iparnya sambil tersenyum. Namun, senyuman itu sirna kala dia melihat wajah Alina yang tampak pucat.

"Bang Abi? A-aku habis ambil minum. Alina duluan, Bang." Alina tergagap, tanpa berani melihat ke arah kakak iparnya.

Abimana melihat Alina yang terlihat buru-buru sambil membawa botol kosong ditangannya. Keningnya berkerut bingung. Sebenarnya apa yang membuat Alina terburu-buru seperti itu.

Setibanya di dalam kamar. Alina langsung mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Dia berusaha menetralkan nafasnya yang masih belum stabil, setelah melihat kejadian barusan. Meskipun, dia sering melihat dan mendengar adegan tersebut selama 2 bulan ini, hatinya masih belum bisa menerima dengan ikhlas dan belum terbiasa.

Menerima bahwa dia sudah dimadu oleh suaminya, karena kekurangan di dalam dirinya yang tidak bisa ditolerir oleh suami dan keluarga besar suaminya. 2 bulan yang lalu, suaminya, Reno menikah lagi dengan mantan pacarnya saat SMA, sekaligus sahabat baik Alina yang bernama Lily. Alina terpaksa harus menyetujui pernikahan itu, karena dia divonis tidak bisa melahirkan keturunan untuk Reno. Desakan dari ibu mertuanya yang saat itu sedang sakit keras, membuat Alina tak bisa menolak pernikahan itu.

Reno juga berjanji, meskipun dia sudah menikah lagi, dia akan tetap mencintai Alina dan menganggap Alina sebagai prioritas utamanya, dibandingkan dengan Lily. Namun, apa buktinya? Sekarang, hampir setiap hari, bahkan setiap malam, Reno menikmati waktu bersama istri keduanya itu dengan alasan agar Lily cepat hamil.

Cinta itu, sudah bukan hanya miliknya saja. Cinta yang dulu hanya untuk Alina, kini sudah terbagi untuk sahabatnya yang saat ini sudah menjadi madunya. Raga dan hati Reno, bukan hanya milik Alina lagi seperti dulu.

Alina memandangi ranjang sebelahnya yang kosong, tangannya terulur membelai ranjang yang terasa dingin itu.

"Bukan cuma raga kamu yang terbagi, Mas. Tapi hati kamu juga sepertinya sudah terbagi pada Lily. Kamu bukan milikku seutuhnya lagi, Mas. Atau ... memang kamu sudah tak ada hati kepadaku?" gumam Alina dengan senyuman getir terpatri di bibirnya.

Ranjang yang dulu hangat itu, kini terasa dingin. Dia sudah terbiasa sendirian, sejak pernikahan kedua suaminya. Malam ini pun, sepertinya dia sendirian lagi.

Wanita cantik berambut panjang itu, memutuskan untuk merebahkan tubuhnya kembali ke atas ranjang dan berusaha memejamkan matanya lagi. Menekan perasaan sakit hati dan cemburunya, berusaha melupakan bayangan suaminya bercumbu dengan madunya. Tapi semuanya percuma saja.

***

Abimana berjalan menuruni tangga dan tujuannya adalah menuju ke dapur. Sama seperti Alina tadi, pria itu tampak syok melihat adegan tak senonoh di depannya. Tidak heran, wajah Alina tampak pucat barusan. Inilah alasan nya.

"Apa kalian sudah tidak punya urat malu lagi, buat anak di tempat seperti ini?"

Suara lantang itu mengagetkan Reno dan Lily, memisahkan mereka secara terpaksa, di saat mereka sedang enak-enaknya.

"Bang Abi!" Reno terperangah, saat dia melihat kakaknya sudah berdiri di ambang pintu dapur. Buru-buru, Reno menjauhkan tubuhnya dari Lily, merapikan pakaiannya kembali.

Abimana, kakak sulung Reno terlihat menatap sinis pada kedua insan yang baru saja selesai meraih kenikmatan surgawi dunia itu.

"Pantas saja wajah Alina seperti itu, barusan," desis Abimana, kemudian lelaki itu memilih untuk kembali ke kamarnya karena kesal. Tak peduli dengan Reno dan istri keduanya itu.

Lily terlihat merapikan rambutnya ke belakang, kemudian dia memegang tangan Reno dengan gemetar. "Mas, gimana ini? Apa Alina melihat kita berdua? A-aku jadi nggak enak sama dia, Mas."

"Biar aku yang jelasin sama Alina, nanti." Reno mengusap kepala Lily dengan lembut, dia berusaha menenangkan istrinya yang merasa bersalah.

"Tapi- ini salah aku Mas. Seharusnya aku maksa kamu main di kamar aja, bukan di sini!" ucap Lily lagi dengan wajah melas, menunjukkan rasa bersalahnya. Dia membayangkan, betapa sakitnya hati Alina saat menyaksikan percintaannya dan Reno barusan.

"Aku harus minta maaf sama Alina, Mas. Aku sudah menyakiti hatinya lagi," ucapnya lagi dengan berderai air mata.

Mendengar perkataan Lily dan melihat air mata wanita itu, Abimana tersenyum sinis. Sama sekali tidak menunjukkan simpati pada wanita cantik dengan wajah melas dan bersuara lembut ini. Berbeda dengan adiknya yang terlihat sangat mempedulikan Lily.

"Udah Sayang, jangan merasa bersalah. Aku yang salah, aku yang nggak tahan lihat kamu dan malah ngelakuinnya di sini."

Reno tampak merasa bersalah pada Lily dan Alina. Dua wanita yang menangis karenanya malam ini. Kemungkinan besar, Alina melihat aktivitas panasnya bersama Lily di dapur.

***

Semalam, Reno tak bisa berbicara dengan Alina, karena Lily yang mendadak sakit perut dan dia harus menemani istri keduanya itu. Terlebih lagi, Lily kelelahan karena melayaninya semalam dan sebagai seorang suami, Reno merasa sangat berkewajiban untuk memberikan perhatian pada Lily.

"Mas, apa Alina marah ya? Kenapa dia belum menyiapkan sarapan seperti biasanya?" tanya Lily, begitu dia sudah berada di ruang makan dan belum tersedia makanan seperti biasanya di meja makan, setiap pagi hari. Biasanya, Alina yang memasak.

Kening Reno berkerut, lantas dia pun beranjak dari tempat duduknya. "Biar aku temuin dia di kamarnya."

"Nah! Itu Alina, Mas!" seru Lily seraya melihat ke arah Alina yang sudah tampak rapi, bahkan wajahnya dipoles sedikit make up, dia tampak berbeda dari biasanya.

"Alina, semalam kamu lihat aku sama Mas Reno di dapur ya? Maaf ya, ini semua salah aku. Seandainya aku bisa mencegah Mas Reno, supaya nggak main di dapur. Pasti kamu—"

Tangan Alina terangkat ke atas, dan langsung menghentikan perkataan Lily. Atensi Reno, tertuju kepada istri pertamanya yang terlihat berbeda pagi ini.

"Ini bukan pertama kalinya, aku mendengar bahkan melihat kalian bercinta. Jadi, nggak usah minta maaf!"

Reno dan Lily tidak menyangka jika Alina akan berkata demikian.

'Dan ini juga bukan pertama kalinya ... aku terluka' sambungnya dalam hati.

Bersambung...

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Atut Manto
yang tegas Lin jgn mau di injak-injak ...
goodnovel comment avatar
Hera October
jenis manusia yg nda ada otak reno...
goodnovel comment avatar
Dani Fahrizal
Nyesek banget Alina
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status