Share

Bertemu Kembali

“Semangat Adelia!! Awali hari ini dengan penuh bahagia dan penuh semangat ya Del!” ucap Adelia pada dirinya sendiri.

Adelia suka berada di tempat baru, suasana baru, teman baru dan hal-hal baru lainnya. Dan jika ada yang tak Adelia sukai, itu hanyalah lelaki baru yang mencoba mendekatinya. Adelia sangat tak suka hal itu. Bagi Adelia hatinya sudah terkunci rapat dan ia tak bisa membukanya lagi. Bukan karena sudah ada orang di dalamnya, tapi memang karena Adelia tak mengizinkannya. Adelia sudah sangat bulat dengaan keputusannya. Ia tak akan menikah untuk seumur hidupnya.

Andini : Selamat bekerja ya Delia. Semoga kamu bisa ketemu sama yang bisa mengubah keputusan gila kamu itu.

Adelia: Makasih banyak sayang. Semua ini berkat doa dan dukungan kamu. akhirnya aku bisa dapet kerjaan di tempat yang aku mau.

Andini : Doaku? Kalau emang ini berkat doaku, maka mudah-mudahan doaku yang lainnya akan segera terkabul ya. Kamu tau kan, apa yang menjadi soaku selama ini untuk kamu?

Adelia : Kalau doa yang itu kayaknya enggak mungkin terkabul Din,soalnya aku sangat menolaknya.

Andini : Kamu nolak karena kamu udah enggak suci lagi kan? Gimana kalau seandainya ada lelaki yang bisa nerima kamu apa adanya? Dia bisa nerima kekurangan kamu, apa kamu tetep enggak mau?”

Adelia : Enggak mau.

Andini : Kok tetep enggak mau sih?! Laki-lakinya itu tulus Del, dia sayang sama kamu dan enggak peduli sam masa lalu kamu.

Adelia : jUstru karena dia tulus dan mau nerima aku apa adanya itu bikin aku enggak bisa sama dia. Aku bakalan jahat banget sama dia karena aku ngasih dia bekas orang lain. Aku enggak bisa kayak gitu Din. Udah ya jangan pernah bahas hal ini lagi. Semuanya bakal percuma karena enggak aka nada apa pun yang bisa mengubah keputusan aku. Aku kerja dulu, doain biar kerjaan aku semuanya lancar. Dah Dini sayang…

Adelia lalu menutup laman percakapannya dengan Andini –sahabatnya. Adelia mengirimkan banyak emoticon cium untuk sahabat terbaiknya itu.

Adelia tau betul kalau sahabatnya itu begitu sangat sayang padanya. Andini selalu berharap Adelia akan bisa menemukan kebahagiaannya dan mau berkeluarga agar Adelia tidak kesepian.

Begitulah persahabatan mereka yang sudah terjalin selama 5 tahun ini. Kadang Adelia terpaksa harus mau menjadi kambing conge kalau Andin sedang jalan sama pacarnya, saking Andini enggak mau Adelia hanya menghabiskan waktunya sendirian di kostan.

Adelia sudah sampai di kantor tempatnya bekerja. Ia sudah berkenalan dengan teman satu divisi dengannya. Dan memang benar apa yang sempat dipikirkan oleh Adelia, baru masuk kerja aja udah langsung ada yang naksir. Namanya Tito. Tampangnya lumayan. Dilihat dari lamanya dia bekerja di kantor ini, sepertinya Tito itu adalah pria yang mapan. Pengaruh tito di divisi ini juga cukup kuat.

"Eh kamu anak baru ya?” tanya seseorang kepada Adelia.

“Iya Wan, kenapa?” Tito yang udah ketauan naksir ADelia langsung menjawab.

“Kok elo yang jawab sih? Apa jangan-jangan…_”

“Jangan-jangan apa? Gue cuman enggak mau aja elo gangguin anak baru. Ingat ya, kita enggak ada senior junior. Kita di sini semuanya sama mau cari uang buat masa depan lebih baik.”

“Ye… Su’udzon terus sih! Gue cuman mau ngasih tau dia aja, kalau dia harus rapihin mejanya. Soalnya hari ini CEO dari pusat katanya mau datang.”

Whaaaaat?!! CEO dari pusat? Ada audit dong? pikir Adelia.

Belum selesai Adelia dengan pikirannya yang terkejut akan kedatangan orang pusat di hari pertamanya kerja, tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk ke ruangan sambil bertepuk tangan untuk mengambil perhatian.

“Semuanya perhatikan! Hari ini aka nada tamu dari pusat, mudah-mudahan sih bukan CEO-nya langsung yang turun tangan, tapi untuk jaga-jaga ada baiknya kalau kita menyiapkan semuanya. Dan satu lagi, katanya di bagian kita kedatangan anak baru ya”

“Iya Mas Betul,” jawab Tito.

“Udah memperkenalkan diri belom? Biasanya kalau ada orang baru, dia harus memperkenalkan diri secara resmi biar kita semua lebih akrab.”

“Del, manga perkenalkan diri kamu” pinta Tito.

"Hai semua! Aku Adelia Putri Pramesti panggil aja Adel. Semoga kalian semua sabar ya bimbing aku sampe aku jadi pinter kerjanya.”

"Hai Adel aku Tito!”

"Hai Adel aku Wina!”

"Aku Dinda ya Del!”

"Dan aku yang paling cakep disini nama aku Dodo!”

"Oke Adelia saya Agus kepala staf di team kita ya! Kalau kamu ada kesulitan dalam pekerjaan, kamu bisa nanya sama teman-teman kamu di sini atau bisa langsung tanya sama saya ya!”

"Baik Pak, tapi nanti jangan bosan ya kalau saya banyak nanya,” balas Adelia yang disambut tawa oleh yang lainnya.

Hari pertama bekerja, ternyata tidak semenegangkan yang Adeliapikirkan. Semuanya ternyata sangat baik dan sudah bagaikan keluarga sendiri. Teamnya pasti adalah team yang solid.

"Satu lagi, De! Jangan panggil saya Pak! Panggil aja Mas kayak yang lainnya.”

"Baik Mas Agus." Karena dari tadi Adelia udah denger yang lain manggilnya Mas akhirnya Adelia pun ikutana manggil Mas ke kepala teamnnya.

"Oke semuanya siapkan laporan kalian jaga-jaga orang pusat nanya ya. Dan kalian juga harus tahu selama satu Minggu ke depan kita akan di pimpin langsung oleh CEO kita yang akan datang hari ini. Kemungkinan beliau akan meminta satu orang dari kita untuk menjadi asistennya. Dan saya harap kalian semua sudah siapkan diri kalian jika terpilih nanti. Kecuali untuk kamu Adelia. Karena kamu anak baru, saya enggak akan rekomendasiin kamu buat jadi asisten ya!”

Aslinya Adelia seneng banget jadi anak baru. Dia merasa dimanjakan bahkan untuk mengerjakan pekerjaan sulit. Bagiamana enggak sulit, Adelia harus jadi asisten CEO pusat yang pastinya killer. Gerak-gerik harus bener-bener sesuai dan yang paling enggak nyaman diawasinya langsung oleh orang nomor satu.

“Mas, tadi katanya mudah-mudahan bukan Pak CEO langsung yang akan datang, apa itu artinya…_”

“Yang datang hari ini mungkin bukan beliau, tapi yang nanti ngawasin seminggu di sini itu udah pasti beliah. Kenapa? Enggak siap kalau diawasi sama CEO langsung?” tukas Agus.

“Bukan gitu Mas, cuman nanya aja!”

Karena jadwal kedatangan CEO dan staf dari pusat diundur sampai nanti habis istirahat jadi Mas Agus memutuskan untuk team kami bekerja seperti biasanya sambil menunggu staf pusat yang mau mengaudit.

Tapi saat kami sedang serius bekerja dan Adelia sedang belajar dengan Dinda, tiba-tiba saja Mas Agus datang dan bilang bahwa orang pusat sudah tiba di kantor mereka. Benara-benar kejutan banget, tapi untung semuanya memang sudah dipersiapkan. Walau sedikit agak tegang, namun semuanya sudah teratur.

Keadaan ruangan mendadak sunyi senyap saat seorang pria tampan bak artis Korea masuk ke dalam ruangan. Semua orang menunduk tak ada yang berani mengangkat kepala. Termasuk Adelia pun ikut menunduk sampe ia merasakan lehernya pegal karena saking tegangnya.

Kepala staf kami melaporkan semua hasil pekerjaan team kami dan mendapatkan pujian dari sang CEO.

"Oke, laporan nya bagus! Dan bukankah kamu udah tau, kalau sekarang bagian team kamu yang harus menjadi asisten saya selama seminggu ini?” tegas sang CEO kepada Mas Agus.

"Iya betul banget, Pak! Silahkan Bapak pilih, Bapak mau di temani sama siapa? Ada Tito, Dinda, Dodo dan Wina. Saya jamin semua staf saya bisa Bapak andalkan!" Dengan tegas dan penuh percaya diri Mas Agus mempersilahkan pak CEO untuk memilih salah satu stafnya.

"Kenapa kamu hanya menyebutkan 4 nama, bukannya staf di sini ada 5 orang? Atau mungkin yang satunya itu bukan staf divisi ini?”

"Betul sekali apa kata Bapak, di divisi ini memang ada 5 orang staf. Akan tetapi staf yang satu itu adalah staf baru. Harini dia baru masuk, namanya Adelia. Saya enggak berani untuk merekomendasikan dia, karena mungkin pengalamannya belum cukup.”

"Kenapa tidak berani? Apa kamu tidak yakin dengan kemampuan team kamu sendiri? Bukankah kamu yang sudah merekrutnya secara langsung? Tentunya kamu bisa menilai kemampuannya kan?”

"Bukan begitu Pak, saya hanya takut malah akan merepotkan Bapak jika asisten selama bapak berada disini belum mengerti seluk beluk perusahaan kita. Itu saja Pak!”

"Biar saya yang menentukan apakah dia mampu atau tidak menjadi asisten saya. Dan saya akan meminta diganti orang jika dia akhirnya hanya merepotkan saya. Kamu percaya kan sama saya? Saya mau secara langsung menilai orang baru yang masuk ke dalam perusahaan saya. Saya ingin, dia ikut ke ruangan saya, sekarang!”

Adelia sangat panik karena harus dites kemampuan secara langsung oleh CEO pusat. Jujur bukan karena Adelia tak mampu, tapi karena Adelia memang sama sekali buta tentang perusahaan tempat Adelia bekerja.

Karena sudah terlanjur dipilih, mau tak mau Adelia pun harus mau. Perlahan ia mulai mengangkat kepalanya dan Adelia benar-benar sangat terkejut sampai kedua bola matanya membulat sempurna kala melihat sosok di hadapannya.

Adelia sangat yakin sekali orang yang ada di hadapannya saat ini adalah orang yang tiga tahun lalu sudah tidur dengannya. Adelia mungkin lupa namanya dan lupa jabatannya, tapi untuk wajahnya, Adelia tak bisa lupa.

"Del, kamu ikut ke ruangan pak Aditya ya!" Perintah dari Mas Agus itu adalah perintah pertama untuk Adelia. Tentu saja adelia tidak bisa mengabaikannya apalagi menolaknya. Adelia tak punya alasan untuk melakukan hal itu. Ia tak mungkin bilang bahwa CEO mereka itu pernah tidur dengannya.

Dengan jantung berdebar Adelia mengikuti langkah Mas Agus yang membawa Adelia ke ruangan Aditya.

Sesampainya di ruangan mewah sang CEO, Mas Agus langsung pamit dan meninggalkan Adelia bersama dengan Aditya.

“Saya permisi dulu ya Pak Adit, ini Adelia saya tinggalkan di sini. Semoga dia tidak merepotkan, Bapak!” ucap Mas Agus.

"Baik Pak Agus, silahkan kembali ke ruangan Anda. Dan saya percaya sama kemampuan Pak Agus dalam memilih orang. Enggak mungkin orang enggak berkompeten bisa Pak Agus terima, iya kan?!”

Mas Agus hanya tersenyum senang saat mendapatkan pujian dari Aditya.

Selanjutnya, di ruangan yang hanya ada Adelia dan Aditya itu mendadak menjadi sepi. Sekilas Adelia melihat kea rah Aditya yang sedang menegecek CV milik Adelia yang sudah di berikan oleh Mas Agus. Sepertinya dia mulai mengenali Adelia meski sekarang penampilan Adelia sudah juh berubah karena Adelia terlihat jauh lebih cantik dan dewasa.

"Permisi, apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Aditya.

“I-iya Pak?”

“Kita pernah ketemu kan?”

Adelia menggeleng. "Maaf Pak, sepertinya ini adalah pertemuan pertama kita!" jawab Adel penuh dengan kebohongan dan ia harus berpura-pura tak mengenal Adit. Apalagi di saat Adit yang juga tak mengenali dirinya.

"Tapi rasanya saya sangat familiar dengan wajah kamu. Kamu Seperi seseorang yang dulu pernah saya cari." Ternyata dia dulu pernah mencari Adelia.

“Pasti karena takut aku akan minta tanggung jawab yang aneh-aneh,”pikir Adelia. “Tapi Syukurlah dia tidak mengenaliku. Jadi aku akan tetap melanjutkan bekerja di perusahaan ini. ,” gumam Adel

Tadinya Adelia sudah memutuskan untuk mundur dari pekerjannya kalau sampai Aditya mengenalinya. Tapi untunglah hal itu tidak terjadi. Sekarang Adelia hanya harus melanjutkan kebohongannya dan terus berpura-pura tidak pernah mengenal Aditya sebelumnya. Toh Aditya hanya akan seminggu berada di kantornya.

"Mungkin bapak salah orang kali, Pak!”

"Mungkin… Ya udah kalau gitu, selama satu Minggu ini, kamu jadi asisten saya. Kemana pun saya pergi kamu harus ikut dan kamu tidak boleh datang terlambat ke kantor. Jadi saya mau kamu tinggal di hotel bersama dengan saya.”

"A-apa Pak?!! tinggal di hotel bersama Bapak?”

"Iya.”

Aditya menatap wajah Adelia. Dan ia sadar akan rasa terkejut yang tiperlihatkan olej wajah itu. “Kamu gak usah mikir macem-macem, kita tinggal di hotel yang sama tapi dengan kamar yang berbeda. Paham?!”

"Oooh... tapi kenapa harus tinggal di hotel yang sama dengan Bapak? Kenapa enggak saya tinggal di kostan saya aja! Kostan saya deket kok, paling sepuluh menit udah sampe ke kantor.”

"Kamu itu terlalu banyak nawar ya? Saya bukan sedang bernegosiasi dengan kamu, tapi saya sedang memerintah kamu. Jadi kamu ikutin saja apa yang saya perintahkan!!”

"Baik Pak!” jawab Adelia pasrah.

"Ya udah, kamu boleh pulang dulu! Sekarang kamu bereskan perlengkapan apa saja yang kira-kira kamu butuhkan selama satu Minggu kamu berada di sekitar saya. Kamu boleh pulang sekarang, enggak harus nunggu jam pulang.”

"Serius? Saya boleh pulang sekarang Pak?”

"Tentu saja sekarang! Dan satu hal lagi, mana no HP kamu?” pinta Aditya. “Jangan salah paham, saya minta nomo HP kamu biar saya gampang menghubungi kamu.”

Akhirnya Adelia pun memberikan nomor HP-nya. Ia sebenarnya ragu, apa mungkin Aditya lagi berpura-pura tak mengenalnya? Tapi untuk apa? Emang Adelia penting apa buat Aditya?

Ternyata Aditya tidaklah semudah itu percaya pada apa yang sudah dikatakan oleh Adelia. Bertemu kembai dengan Adelia membuat Aditya kembali merasa penasaran tentang kejadian tiga tahun lalu. Aditya memang tak secara langsung mengenali Adelia, tapi Aditya merasa Adelia-lah orangnya. Untuk lebih jelasnya, Aditya pun memutuskan akan mencari tau tentang Adelia yang begitu terasa taka sing baginya.

Bersambung….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status