Share

Tidur Dengan CEO

Di luar sana hari sudah mulai gelap. Matahari telah tenggelam dan bintang-bintang sudah mulai menampakkan dirinya. Sementara seorang gadis yang telah kehilangan kesuciannya, baru saja sadarkan diri.

Adelia masih enggan untuk membuka matanya, ia mencoba untuk merasakan betapa remuk seluruh tubuhnya. Tak terbayang seperti apa liarnya Adelia saat tadi ia kehilangan kesadaran atas dirinya.

“Huuuuhhh....”

Adelia mengembuskan napasnya. Mencoba menenangkan diri. Walau hatinya terus menyangkal tentang nasib buruk yang baru saja terjadi dalam hidupnya, namun tidak dengan pikirannya.

Adelia sadar semuanya telah terjadi dan resiko apa pun harus bisa ia hadapi tanpa harus lari apalagi sampai bunuh diri.

“Kamu pasti bisa, Del! Selama ini kamu selalu kuat. Jadi seharusnya, sekarang ini kamu bisa lebih kuat!” ucap Adelia menyemangati dirinya sendiri.

Setelah itu Adelia pun membuka kedua bola matanya. Mencoba untuk berdamai dengan takdir yang telah digariskan Tuhan untuknya.

Adelia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Walau rasanya sakit karena harus mengingat kejadian sial di dalam hidupnya, namun ia mencoba untuk memberanikan diri melawannya.

“Punggung? Punggung siapa? Lebar dan hangat sekali,” bisik Adelia seraya menyentuh punggung seseorang yang tidur membelakanginya.

Adelia langsung menarik tangannya saat ia ingat pada laki-laki tua yang sudah merenggut kesuciannya.

“Apa benar ini punggung si kakek tua? Kenapa terlihat kokoh?”

Tubuh laki-laki itu bergerak hendak membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Adelia. Menyadari pergerakan dari orang yang tanpa sadar sudah disentuhnya, buru-buru Adelia memutar tubuhnya. Ia tak ingin menatap lagi wajah si tua Bangka yang tak tau diri itu.

Merasa hatinya sangat sakit, Adelia pun tak kuasa untuk menahan tangisnya. Adelia terisak dan isak tangisnya sampai ke telinga seseorang yang ada di sampingnya.

"Tolong jangan menangis! Itu berisik. Aku mau istirahat sebentar lagi. Aku capek banget karena kamu tadi liar banget.”

Tangisan Adelia seketika langsung berhenti saat ia mendengar suara yang berbeda. “Ini bukan suara si tua Bangka, lalu suara siapa?” tanya Adelia di dalam benaknya. “Punggung yang hangat dan kokoh, suara baritone yang penuh ketegasan, enggak mungkin pria ini adalah laki-laki tua Bangka itu,” pikir Adelia. “Jangan-jangan, aku sudah digilir banyak pria? Makanya aku ngerasa tubuhku ini remuk kayak abis digilas truk!”

Memikirkan hal tersebut, Adelia pun menjadi marah. Ia yakin ibu tirinya itu masih berada di balik ini semua. Bisa saja laki-laki tua itu tak kuat melawan, baru satu ronde sudah kalah lalu dia menghubungi ibu tirinya Adel dan ibu tirinya lalu menjual Adel lagi pada pria lain.

Membayangkan betapa jahat ibu tirinya Adelia pun kembali menangis. Ia tak peduli lagi pada pria yang ada di sampingnya. Siapa suruh dia ada di sini dan melakukan hal sejahat itu pada Adelia.

"Hei!! Udah dong nangisnya! Emang kamu enggak capek apa? Kamu minta aku ngelayanin kamu sampe tiga ronde lho! Dan semua itu aku lakukan dengan gratis!!”

Bukannya diam, Adelia justru malah semakin keras menangis dan membuat kesabaran si pria habis.

Si pria itu pun bergerak, ia menarik tubuh Adelia dan kemudian ia naik ke atasnya.

“Mau berenti nangis? Atau mau aku jadikan ronde ke empat?!” ancamnya.

Adelia langsung terdiam dengan kedua bola mata langsung menatap jauh ke dalam mata laki-laki di hadapannya.

“Sekarang kamu nangis, tadi saat kita melakukannya kamu begitu liar dan bahagia. Aneh!!”

Adelia masih belum bisa berpaling dari wajah tampan yang menghiasi seluruh matanya. Ia tak percaya kalau ternyata laki-laki setampan ini yang sudah menidurinya. Kalau dia tiga ronde? Lalu berapa ronde yang sudah aku lakukan? Dan ada berapa pria yang tidur denganku? Tanya Adelia.

“Kenapa ngeliatin aku kayak gitu? Baru ketemu sama orang ganteng ya?”

"Ma-maaf, tapi kenapa kamu bisa ada di sini? Ke mana perginya si kakek tua itu dan apa mungkin aku menjadi korban bergilir para lelaki hidung belang seperti kamu?!”

“Apa kamu bilang? Lelaki hidup belang? Sembarangan banget sih ngomongnya! Asal kamu tau aja, aku ini pria terhormat yang tidak suka dengan barang bekas. Apalagi bekas laki-laki tua Bangka macam Pak Cahyo.”

“Maksud kamu? Pak Cahyo tidak menyentuhku?”

"Ya enggaklah! Dia sudah aku hajar mana mungkin bisa memuaskan kamu!”

Adelia tak mengerti, apa mungkin pria di hadapannya ini menyelamatkannya? Tapi bagaimana dia bisa tau kalau Adelia butuh bantuan.

“Enggak usah bingung, aku enggak berniat buat nyelamatin kamu. Aku cuma mau nagih utang aja ke Pak Cahyo. Eh bukannya dipake bayar utang, malah dia pake buat booking cewek. Ya udah aku embat aja ceweknya. Dari pada enggak dapet hasil sama sekali. Iya kan?”

"Jadi yang tidur denganku cuman kamu aja? Aku enggak digilir banyak..._”

"Jadi hari ini kamu milikku, karena bajingan itu sudah membeli kamu dengan memakai uangku!” potong si pria menegaskan.

"Dasar bajingan!! Kalian sama saja. Laki-laki semuanya sama. Enggak ada itikad baiknya. Kalau ngeliat cewek butuh pertolongan, bukannya ditolong malah memgambil kesempatan.” Adelia kembali menangis sambil memukul tubuh si pria. Kalau saja Adelia masih bertenaga sudah pasti ia akan mendorong tubuh pria itu dan mungkin saja bukan hanya mendorongnya, tapi bisa jadi Adelia akan membunuhnya.

"Enak aja kamu bilang aku bajingan! Dan harus kamu tahu, kamu enggak boleh menyama ratakan semua laki-laki seperti itu! Tadinya aku enggak ada sedikit pun niat untuk menyentuh kamu,” jelas si pria tak bernama sambil menggulingkan tubuhnya ke samping tubuh Adelia.

Adelia pun menghentikan tangisnya. Ia terdiam menunggu kelanjutan cerita dari si pria.

“Tapi kamu terus merayuku sampai anak buahku pun hampir tak kuasa menahan hasrat mereka. Bahkan ada beberapa yang keliatan tegang banget saking mereka bernafsu ngeliatin tingkah kamu. Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan? Kamu inget gak?! Dengan sok imut kamu merayuku, menyentuhku di sembarang tempat. Dan keadaan kamu benar-benar diluar batas. Kamu hanya memakai daleman dan terus mepet aku. Harus kamu tau, aku ini adalah lelaki normal dan diperlakukan seperti itu tentu saja aku terpancing!”

Glek...

Adelia menelan salivanya. Ia merasa haus dan gerah sendiri saat membayangkan dirinya ketika seluruh kesadarannya telah dikuasai oleh obat perangsang.

Walau sulit, namun Adelia mencoba untuk bersikap tenang dan menerima. Memang semuanya bukan salah si pria, Adelia yang sudah terlanjur masuk ke dalam jebakan ibu tirinya juga sudah bersalah. Kalau Adelia tidak dalam pengaruh obat, pria itu tetap menyentuh Adelia, baru pria itu adalah pria yang sangat bajingan.

"Tapi tetap saja kamu salah, harusnya kamu tinggalkan aku, biarkan aku di sini sendirian dengan keadaanku!”

"Kamu pikir aku tidak berusaha kabur! Aku sampe panggil dokter ke sini buat ngobatin kamu, tapi kata dokter dosis yang kamu minum itu sangat tinggi. Jika kamu tidak menyalurkannya akan ada sesuatu yang terjadi sama kamu.”

"Sesuatu Seperi apa yang akan terjadi sama aku?” tanya Adelia ingin mendapatkan penjelasan lebih.

"Aku gak ngerti bahasanya, yang pasti aku tidak ada pilihan lain lagi selain melakukannya. Dan satu hal lagi yang harus kamu tau, ini adalah yang pertama untukku. Aku juga merasa sangat dirugikan jadi sudahlah jangan terlalu berlebihan menyikapinya.”

"Mungkin bagi kamu ini hanyalah kerugian kecil, tapi bagiku ini adalah akhir dari hidupku. Sekarang duniaku sudah hancur. Bahkan untuk bisa mendapatkan suami saja mungkin akan sulit bagiku. Karena tidak akan ada lelaki yang mau dengan wanita yang sudah tidak suci lagi. Kalaupun ada, pasti dia bukan laki-laki yang baik.”

"Jadi sekarang mau kamu apa?”

"Sudahlah, semua ini salahku. Aku yang bernasib buruk. Mungkin setelah ini aku sudah tidak bisa lagi menatap dunia dengan bangga jadi lebih baik aku mati saja.”

"Hei wanita bodoh!! Di luaran sana banyak wanita yang sudah tidak suci, tapi mereka masih dengan bangganya berjalan menatap dunia.”

"Jangan samakan aku dengan mereka. Mereka bisa seperti itu karena ada orang-orang yang menyayangi mereka dengan tulus sedangkan aku,” Adelia menghela napasnya. “Aku hanyalah seseorang yang tak memiliki apa-apa lagi dan tak ada yang peduli padaku.”

Entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu saat ia menatap Adelia dengan sangat tajam. Ia lalu tersenyum miring seolah sedang ada rencana di balik senyumnya itu.

"Baiklah aku akan bertanggung jawab. Kamu datang saja ke kantorku nanti aku akan bahas pertanggung jawaban apa yang akan aku berikan." Lelaki itu bangkit dari tempat tidur dengan hanya memakai celana boxer saja. Sedangkan Adelia mendapati tubuhnya sudah tak memakai sehelai pakaian pun, hanya selimut saja uang menutupi tubuhnya.

"Aku pergi dulu! Ini kartu namaku. Aku tunggu kamu besok di kantorku!”

Ia lalu pergi meninggalkan Adelis seorang diri di kamar hotel. Adelia tak tahu apa maksudnya ia akan bertanggung jawab. Begitu Adelia melihat kartu namanya, tertulis nama Fajar Aditya Saputra CEO dari Saputra Group.

Oh pantes aja penampilannya oke, ternyata dia sekarang CEO, pikir Adelia.

Mengetahui namanya Aditya dan seoarang CEO ternyata membuat Adelia semakin tak ingin bertemu lagi dengan pria itu. Dari ayahnya, laki-laki yang sudah membelinya, Adelia belajar bahwa laki-laki mungkin sama saja. Mereka tak akan menghargai perempuan dan mungkin hanya akan menganggap Adelia barang yang bisa diganti rugi.

Adelia sudah memutuskan bahwa ia tak akan pernah menikah untuk seumur hidupnya. Kejadian yang telah dialaminya hanya akan merugikan dirinya, tidak dengan orang lain apalagi laki-laki yang akan menjadi suaminya.

Sejak hari itu, berbekal uang yang diberikan oleh ibu tirinya dari hasil ibu tirinya menjual Adelia. Gadis cantik itu pun memutuskan untuk keluar dari rumah ayahnya. Adelia mencari rumah kost dan mencari kerja sambilan di sela-sela jadwal kuliahnya. Meski Adelia adalah anak orang kaya, tapi hidup Adelia tidak pernah merasa senang seperti anak orang kaya pada umumnya. Alasannya sudah pasti karena Adelia punya ibu tiri yang kejam.

***

Tiga tahun sudah berlalu sejak kejadian hari itu. Kini Adelia sudah lulus dan sudah menjalani hidup yang jauh lebih baik. Adelia sudah terbebas dari tekanan ibu tiri dan Akira sodara tirinya. Kadang Adelia pulang sebentar untuk menemui ayahnya dan beliau selalu memberikan uang yang lumayan untuk biaya hidup Adelia tanpa sepengetahuan yang lain.

“Ini serius enggak sih?!!” seru Adelia saat melihat kotak masuk emailnya. “Akhirnya aku bisa juga dapet kerjaan!”

Adelia bersorak bahagia dan dia sangat bangga pada dirinya yang mampu melewati semuanya dengan sangat baik. Saputra Group, itu adalah nama induk perusahaan yang sudah menerima Adelia bekerja. Adelia tak menyadari hal itu. Ia sudah lupa dengan nama laki-laki yang telah tidur dengannya yang ternyata adalah CEO dari induk perusahaan tempatnya bekerja.

Adelia lupa dengan namanya, Adelia juga lupa dengan jabatannya, namun Adelia tak bisa lupa dengan wajahnya. Wajah itu terlalu tampan untuk bisa Adelia lupakan.

“Akhirnya bisa juga kerja di salah satu cabang Saputra Group! Ini pencapaian terhebat di hidupku karena dengan bekerja di sini aku akan bisa menabung untuk biaya hari tuaku nanti. Aku yang enggak akan pernah menikah, pasti akan sejahtera dengan bekerja di perusahaan ini,” ucap Adelia.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status