Share

Will You Marry Me

Seorang wanita cantik memakai gaun berwarna lilac tengah berdiri di depan pintu kamar Aditya. Sudah pasti perempuan itu adalah Adelia. Dia sengaja berdandan cantik karena tak ingin membuat Aditya malu saat makan malam dengannya, itulah yang Adelia pikiran.

Adelia : Aku udah di depan pintu kamar kamu, Mas.

Begitu ada pesan yang masuk, Aditya langsung meraih gawainya yang ia simpan di atas meja. Tanpa sadar ia langsung tersenyum lebar saat mendapati pesan dari Adelia.

Pak CEO : Aku keluar sekarang

Aditya langsung bangkit setelah ia membalas pesan tersebut.

Ceklek...

Fajar Aditya Saputra, CEO dari Saputra Group hendak keluar dengan pakaian santainya. Begitu ia membuka pintu, seorang wanita yang sangat cantik sedang berdiri di depan pintu tersebut.

“Kamu?” Melihat Adelia dandan cantik seperti mau ngedate makan malam romantis, mendadak ia merasa salah kostum.

Ya, Aditya yang sesantai itu untuk makan malam bersama dengan Adelia merasa sudah salah kostum. Adelia sungguh cantik sampai Aditya tak sanggup berpaling, Aditya sampai merasa tak pantas berjalan bersama dengan Adelia karena Adelia sudah seperti princess sedangkan Aditya hanya memakai kaos sport berwarna putih dan celana jeans pendek selutut.

"Kayanya aku salah kostum ya?” tanya Aditya.

"Maksudnya? Salah kostum gimana?”

"Nunggu sebentar mau kan?" Aditya kembali masuk ke dalam kamarnya tanpa menghiraukan Adelia yang sudah berhasil dibuat bingung oleh ucapannya. Buru-buru Aditya mengganti bajunya dan lalu keluar dengan pakaian yang lebih serasi bersandig dengan Adelia.

"Kayanya ini lebih cocok, iya kan?”

Adelia masih bengong, ia masih belum paham dengan apa yang sedang dibicarakan oleh Aditya.

“Maksudnya gimana sih? Apanya yang cocok?”

“Kita!” seru Aditya. “Sekarang kita udah keliatan serasi. Kamu pake baju yang rapi, aku juga pake baju yang serasi sama baju kamu.”

Adelia lalu melihat dirinya. Adelia baru sadar kalau ternyata ia berdandan sangat cantik mala mini. Ia benar-benar taka da niatan apa-apa. Adelia melakukannya hanya karena tak ingin Aditya malu makan bersama dengannya.

"Ya ampun Mas, aku pikir apaan? Kaya gitu aja kok dibikin ribet sih! Kalau emang kita keliatan enggak serasi karena baju kita yang enggak nyambung, ya kita tinggal duduk terpisah aja. Terus jalan juga enggak harus barengan, Mas atau aku bisa jalan duluan.”

Adelia memang bukan orang yang mementingan hal yang seharusnya tak penting. Bagi Adelia kenapa harus ngeribetin sesuatu yang sebenarnya enggak ribet sama sekali.

"Gak mau, aku paling enggak bisa makan sendirian. Harus ada orang yang nemenin aku!”

“Ya udah iya, kita makan semeja. Udah ya, sekarang kita udah boleh pergi kan?! Tadi katanya udah laper, tapi malah dibikin lama gara-gara hal sepele.”

Aditya tersenyum. Ia lalu mengangguk dan mempersilakan Adelia untuk jalan duluan.

“Del, boleh nanya hal pribadi?”

“Bukannya emang udah banyak nanyain hal pribadi ya?”

Aditya sampai malu dibuatnya saat Adelia begitu terang-terangan menyinggungnya. Tapi Aditya merasa senang karena suasana yang ada antara mereka sudah terasa sangat santai, sampai Adelia berani menggodanya seperti itu.

“Kenapa kamu enggak pernah punya pacar? Ini serius lho aku pengen tahu!”

“Enggak ada yang mau sama aku, Mas!”

“Bohong banget sih! Enggak mungkinlah enggak ada yang mau sama kamu. Kamu itu cantik, baik, enak diliat, asyik diajak ngobrol. Mustahil enggak ada cowok yang nyaman sama kamu dan enggak mau kamu jadi pacarnya.”

“Wow…wow…wow… Mas Adit lagi muji aku ya? Jangan gitu dong Mas, idung aku sampe mau terbang ini.”

Aditya pun terkekeh mendengar candaan Adelia. Perempuan yang satu ini memang benar-benar sangat berbeda dari kebanyakan perempuan. Dia sama sekali eggak salting dihujani banyak pujian oleh seorang pria.

“Serius lho!! Kenapa enggak mau pacaran? Apa kamu enggak bisa move on dari malam itu.”

Deg…

Adelia tak bisa memungkiri perasaannya. Memang ia belum move on dan mungkin enggak akan pernah bisa move on.

“Mau aku jawab jujur?”

“Iyalah! Bohong itu kan dosa.”

“Aku enggak bisa menerima kehadiran siapa pun di hidupku. Aku enggak mau kekurangan yang aku miliki menjadi kerugian untuk orang yang sudah tulus mencitai aku. Kalau kamu banyak memberikan pujian buart aku, itu karena kamu hanya melihat fisik aku aja. Kamu enggak tahu kalau ada kekurangan yang sangat besar di dalam diri aku.”

“Apa? Kekurangan apa yang kamu miliki yang enggak bisa diterima oleh seorang pria.”

“Aku enggak punya kesucian. Aku adalah ratu yang sudah tidak bermahkota. Dan aku enggak bisa membiarkan hal itu menjadi suatu hal yang merugikan untuk mereka yang memiliki cinta yang tulus. Aku nyaman dengan aku yang tak pernah membuka hatiku untuk orang lain. setidaknya aku tak harus khawatir.”

Aditya langsung diam seribu bahasa. Ia sangat sadar sekali, dirinyalah yang sudah membuat Adelia sampai berpikir seperti itu. Dia merasa sangat bersalah. Ia terus berpikir, bagaimana caranya agar ia bisa menebus kesalahan itu.

“Maafin aku ya Del, semuanya salah aku.”

"Gak usah minta maaf, kamu juga enggak salah apa-apa. Aku udah terima semua takdirku dengan ikhlas. Hanya saja untuk bisa menerima orang lain itu sulit buat aku. Aku bukan tipe orang yang enggak mikirin perasaan orang lain. Jadi daripada aku harus ngerugiin orang lain, mending aku enggak pernah nikah. Iya kan?”

Aditya semakin menggila. Di saat Adelia tak mau merugikan orang lain, justru kerugian terbesar telah ia berikan untuk Adelia. Dan efeknya itu bisa sampai seumur hidup Adelia.

“Adelia Putri Pramesti!!” panggil Aditya dengan lantang.

Aditya memang sengaja menghentikan langkahnya agar Adelia bisa beberapa langkah di depannya.

Suara lantang yang keluar dari mulut Aditya, tentu saja dengan jelas terdengar oleh telinga Adelia. Adelia menghentikan langkahnya dan ia memutar tubuhnya untuk menoleh ke belakang.

“Will you marry me?”

Entah kenapa kata-kata itu bisa meluncur bebas dari mulut Aditya. Lelaki itu sendiri pun tak mengerti, kenapa ia bisa melakukan hal segila ini. Bagaimana bisa ia melamar Adelia dan berharap hal ini akan bisa mengobati luka yang pernah ia torehkan di dalam hati Aelia.

"Jangan becanda lagi Mas, ini enggak lucu sama sekali! Kalau kamu becanda kaya gitu, terus gimana kalau aku jadi baper?”

"Aku lagi engga becanda, Del! Aku serius. Aku mau menikahi sama kamu. Tolong izinkan aku untuk bertanggung jawab!”

Adelia tau, saat ini Aditya memang tidak sedang bercanda. Adelia bisa melihat itu dari sorot mata Aditya. Ada keseriusan dan dan rasa bersalah yang dirasakan oleh Aditya.

Buru-buru Adelia mendekati Aditya. Ia takut aka nada orang yang lewat dan mendengar semua percakapannya dengan Aditya.

"Gak usah Mas, aku tahu kamu pasti merasa kasihan sama aku. Kamu merasa bersalah dan kamu merasa semuanya ini gara-gara kamu. iya kan?! Aku enggak butuh itu, Mas! Aku ini wanita kuat. Aku bisa menghadapi ini sendiri dan aku enggak butuh dikasihani.”

"Aku akan merasa bersalah terus untuk seumur hidup aku kalau kamu enggak bisa menikah, Adel! Aku enggak akan bisa tenang dan seumur hidupku aku akan mengutuk diriku sendiri. Jadi aku mohon sama kamu, tolong izinkan aku untuk bertanggung jawab atas semua dosa yang pernah aku perbuat.”

Adelia tak tahu apa yang sebenarnya sedang Aditya lakukan.

“Kesalahan ini kita yang buat, dan kita harus memperbaikinya. Iya kan?!” Aditya kini mulai memaksa. Padahal Adelia sama sekali tidak masalah dengan keadaannya

Obrolan yang tadinya ringan dan penuh candaan mendadak menjadi serius dan sangat dalam menyetuh relung hati Adelia. Haruskah ia menerima ajakan Adit untuk menikah. Atau ia tolak secara mentah-mentah ajakan itu.

"Jawab aku, Delia! Jangan hanya diam! Apakah aku tidak cukup baik untuk jadi jodoh kamu?”

"Bukan begitu Mas, tapi aku takut untuk melangkah kea rah sana. Aku terlalu nyaman dengan hidupku sekarang. Dan untuk memulai sesuatu yang baru itu terasa sangat sulit buat aku.”

"Bagaimana kalau kita buat perjanjian Del. Kita nikah kontrak selama satu tahun. Setelah satu tahun kontrak kita berakhir. Dan setelah itu status kamu akan berubah menjadi janda, kalau udah kaya gitu pria manapun pasti tidak akan menanyakan kesucian kamu lagi. Dan kamu bisa menikah dengan siapa tanpa ada yang akan merasa dirugikan. Kamu setuju dengan ide aku kan?!”

Kenapa usul konyol dari Adit begitu mengena di hati Adelia. Mungkin status janda akan lebih baik di bandingkan dengan status perawan tua. Tapi haruskah sampe segitunya demi untuk sebuah status? Entahlah Adelia merasa bingung dengan apa yang sedang dihadapi dan dirasakannya.

Sama halnya dengan Adelia, Aditya pun merasa bingung dengan ide yang barusan ia berikan pada Adelia. Apakah ide itu sudah tepat atau justru malah akan membuat Adelia semakin terpuruk.

Baik Adelia maupun Aditya berpikiran sama, bagaimana mungkin mereka akan menikah jika antara mereka tidak ada rasa suka apalagi cinta.

"Tapi harus ada perjanjia lain untuk mendukungnya,” cetus Adelia tak ingin ia kembali dirugikan dengan rencana pernikahan kontrak ini.

"Jadi kamu setuju kan dengan ide aku?”

"Belum seratus persen, sepertinya kita harus membahas masalah ini lebih lanjut karena walau bagaimanapun aku tak mau ada salah satu di antara kita yang di rugikan.”

"Oke, nanti abis makan kita ngobrol lagi di kamar aku.”

"Malam ini juga?”

"Tahun depan, Adelia!!!” Aditya sampai dibikin greget oleh tingkah Adelia. “Ya iyalah mala mini juga. Kamu kan tahu kalau aku cuma seminggu doang disini. Kalau enggak mala mini, mau kapan?!”

“Harius di kamar Mas Adit? Gak bisa ya ngobrolnya di tempat lain? Misal di pinggir kolam renang atau dimana kek asal jangan di kamar .” Adelia masih trauma kalau harus berada dalam satu kamar dengan seorang pria dan apalagi pria ini adalah pria yang sama dengan pria yang menidurinya tiga tahun lalu.

"Ini sifatnya rahasia Adelia. Enggak mungkin kita ngobrolnya di sembarang tempat. Kalau ada orang jahat yang denger bisa-bisa nanti kita di peras." Apa yang dikatakan Adit emang bener adanya, tapi masa sih harus satu kamar lagi sama dia, pikir Adelia.

"Ya udah deh, tapi jangan lama-lama ya!”

"Oke cuman sebentar, tapi di kamar aku ya!” seru Aditya.

"Iya.”

Setelah obrolan srius dan cukup panjang yang mereka lakukan di koridor sampai mereka duduk di meja makan, mereka pun akhirnya sepakat untuk membahas lebih lanjut tentang bagaimana nantinya hubungan mereka akan berakhir.

Mereka menikmati makan malam mereka layaknya pasangan di mata para tamu lainnya. Banyak wanita yang menatap iri pada Adelia karena makan ditemani pria setampan Aditya. Pasti mereka berpikir kalau Adelia sangat beruntung menjadi kekasih atau mungkin istri dari Aditya.

Awalnya Adelia merasa risih mendapat tatapan iri dari para wanita itu, tapi mau bagaimana lagi sebagai asisten dari CEO perusahaan dia tak bisa memilih untuk makan sendiri atau dengan yang lain.

Selesai menyantap makan malam sambil di tatap iri banyak pasang mata, Aditya dan Adelia pun lalu pergi meninggalkan meja makannya. Sesuai dengan apa yang sudah mereka bahas tadi, kini tiba saatnya untuk mereka membahas rencana nikah kontrak yang akan mereka jalani selama satu tahun ke depan.

Aditya merasa jika dengan melakukan ini ia akan bisa sedikit mengurangi rasa bersalahnya pada Adelia. Sedangkan Adelia yang memang kadang lingkungannya sering bergunjing tak, ingin ia menjadi salah satu bahan gunjingan karena Adelia yang tak kunjung menikah.

"Duduk dulu Del!" Adit mempersilahkan Adel untuk mengambil tempat duduk senyaman mungkin agar bisa lebih leluasa ngobrol

“Makasih,” balas Adelia.

"Jadi apa saja yang harus dijadikan syarat agar tidak ada pihak yang dirugikan?" tanya Aditya

"Point pertama dilarang ada kontak fisik dan itu mutlak enggak boleh dilanggar," Adelia langsung saja nyerocos. Karena bagaimanapun kontak fisik akan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi seorang wanita saat ia hanya menikah kontrak dengan seorang pria.

"Jangan pernah saling jatuh cinta,” sambung Aditya menambahkan karena ia tak ingin Adelia jatuh cinta padanya.

"Harus saling jujur dalam hal apapun,” ucap Adelia.

"Saling menghargai satu sama lain.”

Dan bla-bla -bla lainnya mereka bahas dengan sesekali mereka saling menggoda. Untuk pertama kalinya Adelia bisa sekarab dan seterbuka itu terhadap seorang pria. Ada rasa nyaman yang Adelia dapatkan dalam diri Aditya, namun Adelia tak tahu apakah hal itu.

"Oke besok aku langsung urus dokumen pernikahan kita dan besok juga aku akan langsung datang ke rumah orang tua kamu untuk meminta izin mereka. Lalu lusa kita menikah dulu, tapi ayah dankeluargaku pastinya enggak akan hadir. Enggak apa-apa kan?”

"It's okay. Lagian ini hanya nikah kontrak, iya kan?”

"Dan besok surat perjanjian pernikahan kontrak kita pun akan kita cetak setelah itu kita pegang masing-masing satu, untuk pegangan.”

“Masih ada lagi?” tanya Adelia.

“Kayaknya enggak ada. Semuanya udah jelas. iya kan?!”

" Kalau sudah selesai semua, aku balik ke kamar ya Mas, selamat malam!” ucap Adelia mengakhiri pertemuannya dengan Aditya mala mini.

Bersambung.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status