"Glenna, minta maaf," kata Nyonya Besar Burchan dengan marah.Glenna tidak terima saat Nyonya Besar Burchan memelototinya. Dia tidak salah bicara, kok.Marcella mengenal putrinya dengan baik. Dia meremas tangan Glenna untuk memperingatkannya. "Minta maaf kepada Tuan Nathan.""Bukan minta maaf kepadaku, suruh dia minta maaf kepada El-el."Nathan tiba-tiba menarik aura dinginnya, lalu berkata dengan tenang."Maaf, cucu perempuanku kurang dewasa," ucap Nyonya Besar Burchan.Saat ini, di ruang kerja lantai atas.Kaedyn memperingatkan Elena. "Elena, Nathan adalah pria yang berbahaya. Sebaiknya kamu menjauh darinya. Dia nggak sesederhana kelihatannya."Ekspresi Elena acuh tak acuh. "Ini urusanku, Pak Kaedyn nggak perlu khawatir. Apakah perjanjian setengah tahun kita itu sudah bisa dianggap nggak valid?"Kaedyn mengusap keningnya lalu berkata dengan nada dingin, "Ya."Elena berbalik dan hendak pergi, tetapi Kaedyn tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menariknya."Apakah ada hal lain?" Elena men
"Maaf, aku nggak marah padamu. Aku minta Martin untuk menghubungi komposer bernama Sunset. Bukankah kamu ingin dia menulis lagu dan merilis album untukmu?"Doreen masih meneteskan air mata. Dia tampak menyedihkan. "Benarkah?"Doreen hanya berbicara asal, tak disangka Kaedyn mengingatnya.Kaedyn mengeluarkan selembar tisu untuk menyeka air mata Doreen. "Ya."Komposer bernama Sunset itu sangat misterius.Dia tidak pernah muncul di publik, tetapi setiap lagu yang dia tulis bisa menjadi populer.Tujuan penting Doreen pulang negeri kali ini adalah meningkatkan popularitasnya.Jika dia dapat membeli lagu yang ditulis oleh Sunset, reputasinya akan meningkat dengan cepat.Martin, yang duduk di jok samping penumpang, mendengar percakapan di jok belakang. Dia berbalik lalu berkata, "Pak Kaedyn, Sunset sudah membalas email saya tadi malam. Dia nggak ingin membuat musik untuk saat ini."Kaedyn berkata dengan tenang, "Boleh kamu tambahkan bayarannya."Martin mengangguk. "Oke. Satu lagi, Sekretaris
Di warung makan sate.Elena makan dalam diam.Sup soto yang panas dan pedas masih mengepul.Nathan memberi Elena sepotong tahu lembut. "Apakah kamu masih marah? Kamu suka makan tahu, 'kan? Untukmu.""Kalau aku ingin makan, aku bisa memesannya sendiri." Elena menatap Nathan. Bibir merahnya menjadi makin merah karena makanan pedas.Tatapan Nathan sedikit menggelap."Aku ingin kamu makan tahuku."Begitu Nathan selesai berbicara, para siswa di meja sebelah tertawa.Elena memegang sendok, wajahnya yang memang sudah merah menjadi kian merah."Makanlah, jangan bicara sembarangan." Dia memperingatkan Nathan dengan suara rendah."Aku nggak sembarangan," kata Nathan. Dia memberikan sepotong tahu lagi kepada Elena dengan serius. "Ini, makan tahu ...."Elena segera memasukkan sepotong daging sapi ke dalam mulut Nathan. "Diam."Nathan tersenyum lalu menggigit daging itu. "Nggak marah lagi?""Aku nggak marah."Elena hanya kesal, tidak marah.Nathan mengulurkan tangan untuk menyelipkan rambut Elena k
Setiap kali Nathan melihat kata "sibuk", dia akan mendengus.Nathan, "Butuh tiga hari untuk mendekorasi rumah kecilmu itu?"Elena, "Kamu nggak mengerti."Elena sangat sibuk, sibuk pindah ke rumah baru dan mendekorasinya.Rumah itu memiliki tiga kamar tidur dan dua ruang tamu.Dia awalnya meminta Joshua untuk tinggal bersamanya, tetapi Joshua tidak mau."Kak El, aku akan menyewa rumah sebelah. Kalau kamu butuh sesuatu, telepon saja aku."Senyuman lembut Joshua, sinar matahari yang menyinari rambut putihnya. Dia tersenyum sangat hangat.Elena tidak memaksa Joshua Dia menyeka tongkat Joshua hingga bersih lalu menyerahkannya. "Josh, kamu ingin makan apa untuk makan malam?"Joshua berdiri dengan tongkat. Kaki kirinya dipasang prostesis.Penyakit dan kecacatan pada kaki kirinya tidak membuat Joshua mengalami depresi."Kak El, aku akan masak hari ini.""Oke, aku akan membeli bahan makanan."Elena kembali dari berbelanja bahan makanan. Ketika dia melewati sebuah mobil hitam yang diparkir di lu
Elena membawa sayuran itu pulang."Kak El, kenapa lama sekali? Kalau kamu masih nggak pulang, aku sudah mau meneleponmu."Joshua mengambil kantong sayuran itu, kemudian berjalan ke dapur dengan tongkat."Hm, aku keliling sebentar."Elena melihat jam di dinding, wajahnya memerah. Dia ditahan di dalam mobil selama satu jam. "Hari ini panas sekali, aku akan mandi dulu."Suara air mendidih dan cuci sayuran terdengar di dapur.Elena pergi mandi.Dia merasa lengket dan tidak nyaman.Dia keluar dari kamar mandi, kemudian melihat pesan dari Janine.Janine, "Kak El, makan sendiri sungguh kesepian. Malam ini aku numpang makan di rumahmu ya?"Elena tersenyum, "Silakan kemari."Janine mengirimkan stiker meniup ciuman, "Kak El, apakah kamu tahu kalau Kak Nathan sangat lucu. Dia nggak mengizinkanku memanggilmu 'El-el'. Dia sungguh arogan.""..."Elena tidak tahu ada kejadian ini. Dia menanggapi protes itu. "Benar, dia memang arogan."Elena membuka pintu kamar, menjulurkan kepalanya lalu berteriak, "
Awalnya mereka mengobrol dengan senang.Siapa sangka mereka akan bertemu Glenna di kelab itu.Glenna masuk ke klub bersama teman-temannya. Ketika dia melewati meja Elena, dia melihat Elena lalu mencibir, "Elena? Aku nggak menyangka kamu akan datang ke sini untuk menonton pertunjukan."Dia memandang kedua pria itu kemudian mendengus. "Benar saja, setelah mengambil uang dari Keluarga Burchan, hidupmu menjadi lebih baik."Janine mengerutkan kening. "Siapa dia? Mulutnya bau sekali, jangan mendekat."Elena tersenyum lalu berkata, "Dia itu mantan adik iparku, mulutnya memang bau."Elena dan Janine asyik sendiri.Glenna tiba-tiba menjadi kesal.Wajah cantiknya menjadi muram. Dia belum pernah melihat Janine di lingkaran pergaulan mereka sebelumnya. "Siapa kamu? Aku sedang berbicara dengan Elena, kenapa kamu menyela?""Bisakah kamu mengatur mulutku?" Janine mencibir bibir merahnya. "Kamu mengganggu kami menonton pertunjukan, tolong menyingkir."Glenna merasa lucu. "Ini bukan kelabmu, apakah aku
"Apa yang terjadi? Kalian membuat keributan di kelabku?"Brandon muncul.Elena menoleh. Dia langsung mengenali wajah yang pernah mengantarkan makanan untuknya itu.Glenna menunjuk Elena dengan marah. "Tuan Muda Brandon, kamu datang di waktu yang tepat . Aku dari Keluarga Burchan, suruh mereka keluar. Lihat, dia menyiramku dengan jus. Aku nggak bisa menerimanya."Brandon memandang Glenna. "Memang cukup mengenaskan, tapi wanita cantik yang datang ke kelab ini adalah tamu terhormat. Nona Glenna, bagaimana kalau kamu jangan ribut untuk sementara demi Keluarga Edkins?"Glenna menggunakan status keluarganya, Brandon pun melakukan hal yang sama.Glenna tidak menyangka Brandon akan berkata demikian. Dia memelotot. "Kamu!"Janine tertawa. Tawanya seperti menambah minyak dalam api.Brandon meminta satpam di kelab untuk datang. "Antar Nona Glenna keluar kelab."Kata-katanya membuat Glenna dan yang lainnya tercengang.Bukankah Elena dan Janine yang harus diantar keluar dari kelab?Hal ini membuat
Janine mengangguk. "Betul, kamu sudah begitu besar masih kekanakan."Kalimat itu sangat menghina.Ekspresi Glenna berubah canggung. Dia dinilai oleh beberapa orang di sekitar."Elena, kamu hanyalah seorang wanita yang dicampakkan oleh kakakku. Apa yang perlu kamu sombongkan? Dulu demi menyanjung kakakku dan Keluarga Burchan, kamu bahkan belajar memijat dan memasak. Lucu sekali."Elena tersenyum tipis ketika mendengar kalimat itu. Dia memang mempelajarinya demi Kaedyn saat itu.Namun, Elena tidak merasa malu, dia dengan bangga berkata, "Aku kurang pandai memasak saat itu, kebetulan bisa memanfaatkan kalian untuk latihan."Hal yang dipelajari akan menjadi keahlian sendiri, tidak perlu merasa malu.Glenna, "..."Lidah yang bagus.Brandon membiarkan pria macho melakukan pertunjukan. Dia diam-diam mengambil ponselnya untuk mengirim pesan ke Nathan.Brandon: "Dengar-dengar, Nona Elena belajar memijat dan memasak demi menyenangkan mantan suaminya."Saat ini, di Ardic Selatan.Lelaki yang ada