Nathan membalas, "Baiklah, dengan senang hati. Apakah kamu minum obat tepat waktu hari ini?"Elena tidak suka minum obat. Dia sangat lelet ketika minum obat.Nathan sekarang selalu bertanya apakah Elena sudah minum obat.Elena bergumam, "Sudah.""Tuan Nathan.""Salah panggil. Kakak Simpanan, Nate atau Kak Nate. Pilih salah satu."Nada malas pria itu terdengar sedikit serius.Elena tertawa terbahak-bahak.Dia sengaja mengganti pilihannya. "Paman, aku akan kembali ke Perumahan Sorenson lusa."Doreen hamil.Elena tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia kembali kali ini."Apakah kamu nggak senang?" Nathan mendengar dinginnya kata-kata Elena. Dia menjentikkan puntung rokoknya. "Apakah kamu nggak senang? Mau Paman hibur?"Mau Paman hibur?Nathan mengucapkan kalimat itu dengan sangat lembut.Jantung Elena berdebar kencang, dia sedikit mengernyit lalu menjelaskan, "Doreen sedang hamil. Aku nggak sedih. Kamu nggak perlu menghiburku. Aku hanya pusing."Nathan menyuruh Elena untuk menutup telep
Pada hari Kaedyn kembali, Elena pun kembali ke Perumahan Sorenson.Semua orang ada di ruang tamu.Doreen sedang duduk di kursi roda, merasa sedikit tidak nyaman.Raut wajah Nyonya Besar Burchan kurang bagus.Doreen tidak tahu masalah ini akan menjadi seperti apa.Marcella mengambil cangkir teh dan menyesapnya beberapa kali.Glenna ingin berbicara, tetapi Marcella memelototinya, jadi Glenna pun diam.Kaedyn mengusap keningnya, dia benar-benar tidak menyangka Doreen akan hamil."Nenek.""Apa yang akan kamu lakukan dengan masalah ini?"Nyonya Besar Burchan memandang Kaedyn dengan tenang. "Kali ini kamu bebas memutuskannya, aku nggak akan ikut campur.""Bagaimanapun, aku nggak bisa mengatur kalian terlalu lama."Wajah Doreen pucat, dia menatap Kaedyn dengan mata merah sambil menggigit bibirnya. Dia tidak berkata apa-apa.Elena merasa sangat tenang. Bagaimanapun, dia dan Kaedyn sudah bercerai.Dia berharap tidak memiliki hubungan dengan Kaedyn dan Doreen lagi.Kaedyn melirik Elena, lalu men
Karena Nyonya Besar Burchan tidak dapat menebak tujuan dari kunjungan Nathan, dia tidak menyembunyikannya. "Mereka membicarakan saham yang aku berikan kepada cucu menantuku."Orang yang mengerti tentu tidak akan menanyakan urusan orang lain ketika mendengar topik itu.Namun, hari ini Nathan datang untuk mendukung Elena, jadi dia tentu akan ikut campur.Sejak Nathan menyelamatkan Elena dari Nicholas.Dia tidak hanya ingin membunuh Nicholas.Dia juga ingin memberi pelajaran kepada Kaedyn.Hanya saja Nathan mempertimbangkan perasaan Elena terhadap Kaedyn, jadi dia tidak mengambil tindakan.Nathan menoleh ke arah Elena lalu tersenyum penuh kasih sayang. "El-el, Paman datang, kenapa kamu nggak sapa?"Kalimat penuh kasih sayang itu.Membuat Nyonya Besar Burchan dan yang lainnya menatap Elena dengan syok.Tubuh Elena menegang. Apa yang ingin Nathan lakukan?Nathan dengan nakal menyentuh sepatu Elena dengan sepatu kulitnya di tempat yang tak terlihat oleh orang lain. "El-el, jangan takut. Kala
"Glenna, minta maaf," kata Nyonya Besar Burchan dengan marah.Glenna tidak terima saat Nyonya Besar Burchan memelototinya. Dia tidak salah bicara, kok.Marcella mengenal putrinya dengan baik. Dia meremas tangan Glenna untuk memperingatkannya. "Minta maaf kepada Tuan Nathan.""Bukan minta maaf kepadaku, suruh dia minta maaf kepada El-el."Nathan tiba-tiba menarik aura dinginnya, lalu berkata dengan tenang."Maaf, cucu perempuanku kurang dewasa," ucap Nyonya Besar Burchan.Saat ini, di ruang kerja lantai atas.Kaedyn memperingatkan Elena. "Elena, Nathan adalah pria yang berbahaya. Sebaiknya kamu menjauh darinya. Dia nggak sesederhana kelihatannya."Ekspresi Elena acuh tak acuh. "Ini urusanku, Pak Kaedyn nggak perlu khawatir. Apakah perjanjian setengah tahun kita itu sudah bisa dianggap nggak valid?"Kaedyn mengusap keningnya lalu berkata dengan nada dingin, "Ya."Elena berbalik dan hendak pergi, tetapi Kaedyn tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menariknya."Apakah ada hal lain?" Elena men
"Maaf, aku nggak marah padamu. Aku minta Martin untuk menghubungi komposer bernama Sunset. Bukankah kamu ingin dia menulis lagu dan merilis album untukmu?"Doreen masih meneteskan air mata. Dia tampak menyedihkan. "Benarkah?"Doreen hanya berbicara asal, tak disangka Kaedyn mengingatnya.Kaedyn mengeluarkan selembar tisu untuk menyeka air mata Doreen. "Ya."Komposer bernama Sunset itu sangat misterius.Dia tidak pernah muncul di publik, tetapi setiap lagu yang dia tulis bisa menjadi populer.Tujuan penting Doreen pulang negeri kali ini adalah meningkatkan popularitasnya.Jika dia dapat membeli lagu yang ditulis oleh Sunset, reputasinya akan meningkat dengan cepat.Martin, yang duduk di jok samping penumpang, mendengar percakapan di jok belakang. Dia berbalik lalu berkata, "Pak Kaedyn, Sunset sudah membalas email saya tadi malam. Dia nggak ingin membuat musik untuk saat ini."Kaedyn berkata dengan tenang, "Boleh kamu tambahkan bayarannya."Martin mengangguk. "Oke. Satu lagi, Sekretaris
Di warung makan sate.Elena makan dalam diam.Sup soto yang panas dan pedas masih mengepul.Nathan memberi Elena sepotong tahu lembut. "Apakah kamu masih marah? Kamu suka makan tahu, 'kan? Untukmu.""Kalau aku ingin makan, aku bisa memesannya sendiri." Elena menatap Nathan. Bibir merahnya menjadi makin merah karena makanan pedas.Tatapan Nathan sedikit menggelap."Aku ingin kamu makan tahuku."Begitu Nathan selesai berbicara, para siswa di meja sebelah tertawa.Elena memegang sendok, wajahnya yang memang sudah merah menjadi kian merah."Makanlah, jangan bicara sembarangan." Dia memperingatkan Nathan dengan suara rendah."Aku nggak sembarangan," kata Nathan. Dia memberikan sepotong tahu lagi kepada Elena dengan serius. "Ini, makan tahu ...."Elena segera memasukkan sepotong daging sapi ke dalam mulut Nathan. "Diam."Nathan tersenyum lalu menggigit daging itu. "Nggak marah lagi?""Aku nggak marah."Elena hanya kesal, tidak marah.Nathan mengulurkan tangan untuk menyelipkan rambut Elena k
Setiap kali Nathan melihat kata "sibuk", dia akan mendengus.Nathan, "Butuh tiga hari untuk mendekorasi rumah kecilmu itu?"Elena, "Kamu nggak mengerti."Elena sangat sibuk, sibuk pindah ke rumah baru dan mendekorasinya.Rumah itu memiliki tiga kamar tidur dan dua ruang tamu.Dia awalnya meminta Joshua untuk tinggal bersamanya, tetapi Joshua tidak mau."Kak El, aku akan menyewa rumah sebelah. Kalau kamu butuh sesuatu, telepon saja aku."Senyuman lembut Joshua, sinar matahari yang menyinari rambut putihnya. Dia tersenyum sangat hangat.Elena tidak memaksa Joshua Dia menyeka tongkat Joshua hingga bersih lalu menyerahkannya. "Josh, kamu ingin makan apa untuk makan malam?"Joshua berdiri dengan tongkat. Kaki kirinya dipasang prostesis.Penyakit dan kecacatan pada kaki kirinya tidak membuat Joshua mengalami depresi."Kak El, aku akan masak hari ini.""Oke, aku akan membeli bahan makanan."Elena kembali dari berbelanja bahan makanan. Ketika dia melewati sebuah mobil hitam yang diparkir di lu
Elena membawa sayuran itu pulang."Kak El, kenapa lama sekali? Kalau kamu masih nggak pulang, aku sudah mau meneleponmu."Joshua mengambil kantong sayuran itu, kemudian berjalan ke dapur dengan tongkat."Hm, aku keliling sebentar."Elena melihat jam di dinding, wajahnya memerah. Dia ditahan di dalam mobil selama satu jam. "Hari ini panas sekali, aku akan mandi dulu."Suara air mendidih dan cuci sayuran terdengar di dapur.Elena pergi mandi.Dia merasa lengket dan tidak nyaman.Dia keluar dari kamar mandi, kemudian melihat pesan dari Janine.Janine, "Kak El, makan sendiri sungguh kesepian. Malam ini aku numpang makan di rumahmu ya?"Elena tersenyum, "Silakan kemari."Janine mengirimkan stiker meniup ciuman, "Kak El, apakah kamu tahu kalau Kak Nathan sangat lucu. Dia nggak mengizinkanku memanggilmu 'El-el'. Dia sungguh arogan.""..."Elena tidak tahu ada kejadian ini. Dia menanggapi protes itu. "Benar, dia memang arogan."Elena membuka pintu kamar, menjulurkan kepalanya lalu berteriak, "