Malam makin larut. Saat ini, di luar gerbang kantor polisi. Helen, Keenan, dan yang lainnya sedang menunggu dengan cemas.Ariana adalah tulang punggung seluruh Keluarga Warsono. Jika terjadi sesuatu dengannya, Keluarga Warsono akan berada dalam keadaan terpuruk.Demi menyelamatkan Ariana, seluruh anggota Keluarga Warsono mengerahkan segala cara dan mencari semua koneksi yang bisa diandalkan.Saat semua orang menunggu dengan cemas, tiba-tiba seorang petugas patroli keluar. Melihat petugas itu, Keenan segera menyapanya. "Kak Joni, bagaimana dengan situasinya? Apakah bisa melepaskan kakakku?""Keenan, tadi aku dengar hal ini Pak Tomy yang bertanggung jawab, orang dengan pangkat rendah sepertiku tidak bisa ikut campur." Joni menggelengkan kepalanya."Jadi, bagaimana? Kamu tolong bantu cari cara!" Keenan menjadi cemas."Benar! Pak Joni, kami akan sangat berterima kasih kalau kamu bisa membantu!" Helen memohon."Aku akan berusaha sebaik mungkin, tapi aku tidak berani menjamin apa pun. Selain
Saat keadaan di luar sedang kacau. Pada saat ini, keadaan di dalam ruangan inspektur polisi malah sangat tenang."Pak Tomy, bagaimana? Apa bocah itu sudah sepakat?" Willy yang baru saja duduk, sudah tidak sabar untuk bertanya."Tidak penting apakah dia sepakat atau tidak. Lagi pula, tahanan yang jatuh ke tanganku, pada akhirnya akan menyerah." Tomy mengisap cerutunya dengan ekspresi santai."Ada Pak Tomy yang turun tangan, tentu saja tidak ada masalah. Tapi, daripada menunggu, lebih baik Anda segera bertindak," kata Willy."Kenapa? Apa perlu kamu yang mengajariku?" Tomy menatap dengan tatapan yang dingin."Tidak berani. Yang paling penting adalah ada yang mendukung bocah itu. Kalau tidak segera dibereskan, aku takut akan bermasalah," kata Willy dengan buru-buru sambil tersenyum."Tidak mungkin ada masalah apa-apa, aku hanya menjalani tugasku. Selain itu, siapa yang berani menyinggungku di wilayahku?" kata Tomy dengan tenang."Tentu saja. Pak Tomy, Anda adalah menantu Wali Kota, siapa y
Di dalam sel yang gelap, Luther dan Ariana saling berdampingan, merasakan suhu tubuh masing-masing. Dari awal pernikahan hingga perceraian mereka, kedua orang jarang memiliki momen yang begitu tenang. Seketika, keduanya tidak tahu harus bagaimana membuka pembicaraan."Menurutmu, apakah kita akan mati di sini hari ini?" Akhirnya, Ariana bersuara untuk memecahkan keheningan.Lingkungan sekitar yang gelap dan dingin memberinya perasaan tertekan. Ditambah lagi dengan kehadiran Tomy yang menakutkan, membuat Ariana merasakan perasaan aneh di hatinya."Jangan pikirkan hal-hal negatif, kita pasti bisa keluar dengan selamat," hibur Luther."Seandainya kita nggak bisa keluar, apa kamu punya keinginan terakhir?" Ariana bertanya dengan nada lembut."Nggak akan ada kemungkinan seperti itu. Kalau ada masalah, kita bisa membicarakannya setelah keluar nanti," jawab Luther."Orang yang kita lawan adalah Tuan Wirawan, dengan koneksi dan kemampuan yang dimilikinya, sangat mudah baginya untuk menghadapi k
Luther mengangkat kakinya dan melayangkan sebuah tendangan. Seorang pria kekar yang tergeletak di lantai langsung terlempar dan menabrak tubuh Tomy dengan keras. Tomy meraung kesakitan dan langsung terjatuh ke lantai."Sudah kuperingatkan, jangan sentuh dia." Luther mendekat perlahan-lahan, dengan sorot mata yang dingin dan tak acuh."Sialan! Tempat ini adalah penjara, sebaiknya kamu jangan berbuat onar!" ancam Tomy sambil bergerak mundur."Memangnya kenapa kalau aku berbuat onar?" Luther tertawa sinis, lalu menginjak tangan Tomy hingga patah."Argh!" Tomy kembali meraung kesakitan. Rasa sakit yang hebat itu membuat ekspresinya tampak sangat buruk."Luther! Berhenti sekarang juga!" teriak Ariana ketakutan dan wajahnya telah memucat. Meskipun mereka mungkin tidak bersalah, tetap saja mereka tidak akan bisa memulihkan nama baik jika mereka yang memulai perkelahian!"Sialan! Apa kamu tahu apa yang telah kamu lakukan? Kalau kamu menyerah sekarang, mungkin masih ada harapan. Kalau tidak, ka
"Berhenti!" Diikuti dengan sebuah teriakan, sekumpulan pria berjas masuk ke ruangan sambil memegang tongkat besi di tangan mereka."Siapa kalian? Berani-beraninya kalian menerobos ke kantor polisi! Apa kalian mau memberontak?" teriak Tomy.Saat ini, dia sedang marah besar dan ingin menghancurkan Luther hingga berkeping-keping. Siapa pun yang menghalanginya, akan dianggap sebagai musuh!"Pak Tomy hebat sekali ya!" Sekumpulan pria itu menyingkir ke dua sisi, lalu muncullah seorang wanita cantik dari belakang mereka dengan karisma yang sangat kuat."Bianca?" Begitu melihat wanita itu, ekspresi Tomy langsung mereda. Sorot matanya juga menjadi sangat serius."Luther, nasibmu beruntung karena pacarmu datang menyelamatkanmu." Melihat kehadiran Bianca yang begitu berwibawa, ekspresi Ariana tampak sangat rumit.Dia merasa senang, tetapi pada saat bersamaan, juga merasa penolakan terhadap wanita ini. Sebagai sesama wanita, Ariana merasa enggan menerima bantuan dari Bianca. Namun, masalahnya adal
Ketika hitungan mundurnya mencapai angka "satu", Eril langsung menarik pelatuknya tanpa ragu-ragu.Dor! Terdengar suara pistol yang ditembakkan. Peluru melesat dan melubangi telinga Tomy."Argh!" Tomy berteriak kesakitan. Sambil memegang telinganya yang berlumuran darah, dia terus-menerus berteriak, "Kamu sudah gila! Berani-beraninya kamu menembakku?"Awalnya, Tomy mengira Eril hanya menakut-nakutinya. Tak disangka, Eril benar-benar serius dengan perkataannya."Tembakan selanjutnya bukan lagi di telingamu." Eril mengubah arah laras pistolnya dan berkata dengan nada dingin, "Aku tanya untuk terakhir kalinya, kamu mau melepaskannya atau tidak?""Kamu ...!" Saat ini, sekujur tubuh Tomy telah gemetaran. Dia benar-benar takut bahwa Eril akan membunuhnya.Di saat dia masih merasa ragu-ragu, tiba-tiba terdengar sebuah suara gaduh dari luar pintu. Selanjutnya, muncul seorang pria tua yang beruban, diikuti oleh sekelompok pengawal di belakangnya."Pak Wali Kota?"Begitu melihat pria itu, seisi
"Habislah sudah ...." Ketika melihat Tomy ditangkap, wajah Willy langsung memucat.Sejak kehadiran Danu hingga ditangkapnya Tomy, semua ini terjadi begitu cepat, membuat Willy bahkan tidak sempat bereaksi. Satu-satunya hal yang bisa dipastikan adalah, melihat Danu bahkan menangkap menantunya sendiri, pria itu sudah pasti tidak akan melepaskan Willy juga.Seketika, penyelamat mereka satu-satunya malah menjadi orang yang akan menghakimi mereka. Dunia ini benar-benar ajaib!Tiba-tiba, Willy melihat ke arah Luther. Selama semua kejadian ini berlangsung, ekspresi Luther tetap terlihat tenang, seakan-akan telah meramalkan semua ini akan terjadi. Siapa sebenarnya orang ini? Kenapa dia bisa membuat Pak Danu begitu takut terhadapnya?Pak Darwo, orang seperti apa yang telah kamu singgung sebenarnya!"Bawa pergi juga semua orang ini!" Begitu Danu menurunkan perintah, para bawahannya langsung menangkap Willy dan anak buahnya.Willy dan Tomy melihat satu sama lain dengan ekspresi menyedihkan. Merek
Saat ini, di dalam sebuah vila di perkebunan. Darwo sedang berbicara dengan seorang pria muda yang berpakaian mewah. Di belakang pria itu, ada dua pengawal perempuan yang mengenakan pakaian zirah. Pengawal tersebut membawa pedang di pinggang mereka dan berdiri tegap dengan raut wajah yang sangat tidak bersahabat."Darwo, apakah Pil Emas Hitam yang kamu sebutkan benar-benar sehebat itu?" tanya pria muda itu sambil memegang segelas kopi."Tuan Michael, ini adalah pengalaman pribadi saya. Saya bisa menjamin kebenarannya!" Darwo berkata dengan yakin, "Beberapa waktu lalu, saya mengalami luka parah dan hampir saja kehilangan nyawa. Pil Emas Hitam inilah yang menyelamatkan hidup saya. Sama sekali tidak berlebihan kalau menyebut pil ini sebagai pil sakti!""Jangan hanya bicara saja tanpa bukti, di mana barangnya? Biar aku lihat terlebih dahulu." Pria tersebut perlahan-lahan mengulurkan tangannya."Berhubung Pil Emas Hitam ini sangat berharga, saat ini saya belum memiliki persediaan di tangan
Ozias memang kalah, tetapi reputasinya tidak menurun. Para penggemar wanita itu masih terus meneriakkan namanya. Ini adalah situasi yang tidak pernah ada sebelumnya. Ternyata, tampan memang menguntungkan."Tuan Ozias, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Yuki dengan penuh perhatian setelah Ozias kembali ke tempat duduknya."Cuma luka kecil, bukan masalah." Ozias menggeleng sambil tersenyum. Meskipun tersenyum, tatapannya justru terlihat agak sedih.Ozias mengikuti kompetisi ini bukan hanya untuk meraih prestasi, tetapi juga untuk membuktikan bahwa dirinya tidak kalah dari orang lain. Masuk delapan besar sudah termasuk hebat, tetapi Ozias masih ingin lebih. Sayangnya, kemampuannya kalah dari orang lain. Hanya saja, dia merasa puas karena lawannya adalah Adam."Kamu sudah sangat hebat. Banyak murid sekte besar kalah darimu. Nggak usah dipikirkan," hibur Elsa."Ya, kamu jauh lebih hebat dariku. Aku saja nggak bisa masuk 16 besar. Lihat dirimu sekarang, kamu menjadi sangat terkenal. Banyak or
Saat berikutnya, cahaya biru berkedip. Perisai petir biru langsung menutupi arena seperti mangkuk terbalik. Gelombang energi yang dihasilkan oleh ledakan itu terus menghantam perisai dengan ganas.Perisai petir biru bergetar tanpa henti. Setelah beberapa saat, situasi baru kembali tenang. Para penonton pun menghela napas lega.Untungnya, reaksi Nabel sangat cepat. Kalau sampai gelombang energi itu mengenai mereka, mereka tidak mungkin bisa menahannya. Bagaimanapun, Adam adalah seorang grandmaster. Satu serangan acaknya saja bisa membunuh mereka.Saat ini, di arena. Setelah semuanya normal kembali, tampak situasi telah berubah. Adam masih berdiri di tempatnya dengan gagah. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang kuat. Bayangan dewa di belakangnya juga tampak penuh wibawa.Sebaliknya, Ozias terpental belasan meter setelah serangannya berbenturan dengan serangan Adam. Wajah tampannya menjadi pucat pasi. Sudut bibirnya berdarah. Kedua lengannya bergetar tanpa kendali."Ternyata kesenjangan
Setelah membulatkan tekadnya, Adam tidak ragu-ragu lagi. Dia mulai mengumpulkan energinya. Energi astral yang kuat menyembur dari berbagai titik akupunktur di tubuhnya.Dalam sekejap, rambut Adam berdiri tegak. Pakaiannya berkibaran. Sekujur tubuhnya memancarkan cahaya. Bayangan Dewa di belakangnya menjadi makin padat. Wajahnya terlihat jelas. Sosok itu penuh wibawa. Ketika melihat ini, ekspresi Ozias menjadi sangat serius. Dia tahu Adam akan mengerahkan jurus yang sangat mematikan.Tanpa ragu sedikit pun, Ozias membentuk segel tangan. Tubuhnya sontak bergetar dan membentuk tiga bayangan. Tidak berhenti sampai sana, ketiga bayangan itu terbagi menjadi sembilan bayangan lagi. Saatnya berikutnya, totalnya menjadi 27 bayangan.Hanya dalam waktu singkat, Ozias berhasil membentuk 27 klona. Begitu klona-klona itu terbentuk, napas Ozias menjadi agak berat. Dia sudah mencapai batasannya."Huh! Cuma trik kecil!" Ketika melihat klona-klona di sekeliling, Adam mendengus. "Hari ini, akan kuperliha
Bum!Di bawah hantaman bayangan dewa bertangan enam, sosok terakhir Ozias hancur berkeping-keping dalam sekejap. Penonton bergemuruh, terutama para wanita pendukung Ozias yang langsung berteriak ketakutan dan beberapa yang begitu terguncang sampai pingsan. Begitu tampan dan kuat, kini hancur seakan jadi debu, sungguh disayangkan!Namun di atas panggung, Adam sama sekali tidak merasa puas. Karena saat bayangan dewa menghantam Ozias, sosok itu bukanlah tubuh asli, melainkan sekumpulan energi yang langsung menghilang. Dengan kata lain, sosok terakhir itu hanyalah bayangan!Jika kesembilan sosok tadi semuanya hanya bayangan, lantas di mana tubuh asli Ozias?Saat Adam mengernyitkan dahi dalam kebingungan, sia tiba-tiba merasakan getaran di kulit kepalanya ... pertanda ada bahaya yang menghampirinya. Tanpa berpikir panjang, dia mendongak dan melihat Ozias sedang meluncur turun dalam posisi terbalik di atasnya.Dengan memegang kipas lipat di tangannya, Ozias menyerbunya bagaikan bintang jatuh
Di saat itu, bukan hanya penonton di bawah panggung yang terkejut, bahkan Adam yang berada di atas panggung juga terpana oleh Teknik Bayangan yang tiba-tiba ditunjukkan oleh Ozias. Sejak kapan Aula Yama menguasai teknik sehebat ini?Yang lebih mengejutkan lagi, Teknik Bayangan yang dilakukan Ozias ini sama sekali tidak kalah dari Ravin. Bahkan dengan penglihatannya yang tajam, Adam pun tidak bisa langsung membedakan mana yang asli dan palsu.Dari sini, bisa dilihat bahwa Teknik Bayangan Ravin sudah sangat matang. Tak heran jika Ozias bisa mengalahkan Ravin. Ternyata dia juga menguasai Teknik Bayangan. Memang, dengan memahami teknik musuhnya, dia bisa menemukan celah dan memanfaatkannya untuk mengalahkan lawan.Meski terkejut, Adam sama sekali tidak gentar. Menurutnya, Teknik Bayangan itu memang sedikit merepotkan, tetapi hanya memerlukan sedikit lebih banyak usaha saja."Cukup hebat, tapi efeknya nggak besar. Karena kamu tetap akan kalah," ucap Adam dengan nada dingin."Menang atau kal
Di atas panggung, Adam dan Ozias saling menatap dari kejauhan. Keduanya adalah genius langka. Namun dari segi popularitas dan reputasi, Adam memang lebih unggul.Meski begitu, dukungan yang diterima Ozias jelas lebih banyak, terutama dari penggemar perempuan. Alasannya sederhana, Ozias memang memiliki wajah yang lebih tampan.Begitu Ozias tampil, sorak-sorai langsung menggema dari bawah panggung. Mayoritas adalah suara perempuan muda yang tak henti-hentinya menyemangati, bahkan ada yang membentuk tim pemandu sorak untuk menyemangatinya dengan penuh antusias. Mereka tampak seperti para penggemar yang bertemu idolanya.Namun, bukan hanya para perempuan yang terpikat. Tampaknya, ketampanan Ozias juga menarik perhatian dari kalangan pria tertentu. Beberapa pria bahkan memberanikan diri menyatakan cinta secara terbuka, meski disertai tatapan aneh dari penonton lain."Ozias! Aku cinta kamu!""Ozias! Aku mau dihamili olehmu!""Ozias! Kamu tahu beda dirimu dan bintang? Bintang ada di langit, t
"Yang penting punya keyakinan saja. Hari ini biarkan orang-orang itu melihat betapa hebatnya Organisasi Mondial," kata Greta dengan sangat bersemangat."Benar. Selama bisa mengalahkan Hasta, Kak Adam pasti akan menjadi orang terkuat di dunia," kata Roselia dengan semangat.Meningkatnya kekuatan Adam sangat memotivasi semangat para anggota Organisasi Mondial karena mereka semua tahu kemenangan dan kekalahan hari ini akan menentukan masa depan seluruh sekte. Jika Adam bisa meraih juara, Organisasi Mondial akan mencapai puncak kejayaan. Namun, jika mereka kalah dari Sekte Pedang dan Sekte Sihir, itu akan menjadi pukulan besar bagi mereka."Orang terkuat di dunia?" gumam Adam dengan pelan dan mata yang bersinar. Dia sudah lama menginginkan gelar ini. Jika hari ini dia bisa mengalahkan Hasta, dia akan menjadi orang terkuat di dunia di kalangan generasi muda. Hal ini sudah pasti. Saat memikirkan hal itu, dia langsung merasa sangat bersemangat dan tanpa sadar menatap ke arah Hasta dari Sekte
Kandidat yang berhasil masuk delapan besar adalah genius yang sangat langka, sehingga popularitas mereka sangat besar. Hanya dengan muncul sebentar saja, mereka sudah menarik perhatian banyak orang. Terutama Hasta, Adam, dan Charlotte yang merupakan pilihan untuk menjadi juara dan sangat digemari banyak orang.Selain pertandingan, hari ini ada yang diam-diam membuka taruhan juga. Bagi kebanyakan penjudi, siapa yang menjadi juara akan menentukan apakah mereka akan mendapatkan keuntungan besar atau kehilangan segalanya.Saat Luther dan Misandari tiba di lokasi, hampir semua tempat duduk di tribune sudah terisi. Banyak penonton yang langsung berdiri dan bertepuk tangan sebagai tanda penghormatan saat melihat Luther.Meskipun nama dan kekuatan Luther tidak sepopuler para kandidat yang menduduki peringkat atas di Peringkat Genius, penampilannya semalam tidak kalah hebat. Dia berhasil mengalahkan dua orang asing dan membawa kehormatan bagi para ahli Negara Drago, reputasinya ini membuat nama
"Kamu sudah banyak membantuku, mana mungkin aku akan melupakanmu."Misandari tersenyum, lalu kembali bertanya, "Oh ya. Kuil Dewa sudah begitu berusaha merekrutmu, mereka pasti menginginkan sesuatu darimu, 'kan? Mereka mungkin melakukan sesuatu yang merugikan."Luther menganggukkan kepala dan berkata dengan jujur, "Tebakanmu memang benar. Mereka merekrutku bukan hanya karena tertarik dengan kemampuanku, tapi mereka juga ingin aku membantu rencana mereka menyusup ke Gunung Narima.""Ternyata mereka memang punya niat jahat."Misandari menyipitkan mata, lalu bertanya lagi, "Apa Kuil Dewa memberitahumu detail rencana mereka?"Luther menggelengkan kepala. "Nggak. Orang yang bernama Tico itu bilang nggak ada yang tahu detail rencananya, selain Raja Dewa. Bahkan dia sendiri pun nggak tahu, hanya mengikuti perintah saja.""Memang begini cara kerja Kuil Dewa," kata Misandari sambil menganggukkan kepala dan terlihat tidak terkejut.Setiap kali ada rencana besar, Kuil Dewa akan sangat berhati-hati