"Habislah sudah ...." Ketika melihat Tomy ditangkap, wajah Willy langsung memucat.Sejak kehadiran Danu hingga ditangkapnya Tomy, semua ini terjadi begitu cepat, membuat Willy bahkan tidak sempat bereaksi. Satu-satunya hal yang bisa dipastikan adalah, melihat Danu bahkan menangkap menantunya sendiri, pria itu sudah pasti tidak akan melepaskan Willy juga.Seketika, penyelamat mereka satu-satunya malah menjadi orang yang akan menghakimi mereka. Dunia ini benar-benar ajaib!Tiba-tiba, Willy melihat ke arah Luther. Selama semua kejadian ini berlangsung, ekspresi Luther tetap terlihat tenang, seakan-akan telah meramalkan semua ini akan terjadi. Siapa sebenarnya orang ini? Kenapa dia bisa membuat Pak Danu begitu takut terhadapnya?Pak Darwo, orang seperti apa yang telah kamu singgung sebenarnya!"Bawa pergi juga semua orang ini!" Begitu Danu menurunkan perintah, para bawahannya langsung menangkap Willy dan anak buahnya.Willy dan Tomy melihat satu sama lain dengan ekspresi menyedihkan. Merek
Saat ini, di dalam sebuah vila di perkebunan. Darwo sedang berbicara dengan seorang pria muda yang berpakaian mewah. Di belakang pria itu, ada dua pengawal perempuan yang mengenakan pakaian zirah. Pengawal tersebut membawa pedang di pinggang mereka dan berdiri tegap dengan raut wajah yang sangat tidak bersahabat."Darwo, apakah Pil Emas Hitam yang kamu sebutkan benar-benar sehebat itu?" tanya pria muda itu sambil memegang segelas kopi."Tuan Michael, ini adalah pengalaman pribadi saya. Saya bisa menjamin kebenarannya!" Darwo berkata dengan yakin, "Beberapa waktu lalu, saya mengalami luka parah dan hampir saja kehilangan nyawa. Pil Emas Hitam inilah yang menyelamatkan hidup saya. Sama sekali tidak berlebihan kalau menyebut pil ini sebagai pil sakti!""Jangan hanya bicara saja tanpa bukti, di mana barangnya? Biar aku lihat terlebih dahulu." Pria tersebut perlahan-lahan mengulurkan tangannya."Berhubung Pil Emas Hitam ini sangat berharga, saat ini saya belum memiliki persediaan di tangan
"Darwo! Keluarlah dan bersiap-siap untuk mati!"Sebuah teriakan menggema di seluruh tanah perkebunan. Darwo yang baru saja keluar dari pintu, langsung naik pitam mendengar teriakan tersebut."Orang gila dari mana yang berani mengacau di tempatku?"Darwo melangkah keluar dengan aura yang sangat kuat. Namun, ketika melihat sosok Luther yang berdiri tidak jauh darinya, Darwo langsung memicingkan matanya dengan wajah terkejut."Ternyata kamu .... Bukankah kamu sudah ditangkap? Kenapa kamu bisa keluar?"Padahal Darwo sudah menyogok Tomy untuk mengurung orang ini di sel tahanan. Secara logika, kalaupun dia dilindungi oleh Bianca, Luther tetap saja tidak akan bisa keluar dari penjara."Apa kamu yang menjebakku?" tanya Luther dengan nada dingin."Kamu sudah datang ke sini, berarti kamu juga sudah punya jawabannya sendiri, bukan?" Darwo berkata sambil tersenyum tipis, "Tebakanmu benar, memang aku yang melakukan hal itu! Salahkan dirimu sendiri karena terlalu tidak tahu diri. Aku sudah memberimu
Darwo sangat terkejut dan ketakutan. Keringat dingin mengucur deras dari dahinya. Dia adalah seorang ahli bela diri tingkat internal tahap puncak. Pedang yang diluncurkannya ini memiliki tenaga sebesar 500 kilogram!Orang seperti apa yang bisa menahan pedang ini hanya dengan jari tangannya dan bahkan mematahkan pedangnya? Luther benar-benar seorang monster!"Bukankah kamu seharusnya sudah tahu siapa diriku?" Luther melangkah perlahan-lahan ke arahnya dengan ekspresi dingin."Kamu ... jangan mendekat!" Darwo mulai panik, dia melangkah mundur dengan ketakutan. "Aku nggak mau resep Pil Emas Hitam lagi! Kita lupakan saja masalah ini!""Aku sudah memberimu kesempatan sebelumnya. Kamu sendiri yang tidak memanfaatkan kesempatan itu. Kamu baru mau menyesal sekarang? Sudah terlambat!" ucap Luther. Setelah itu, dia langsung berkelebat ke hadapan Darwo dan menekan kedua pundaknya dengan tangan.Setelah terdengar suara derakan tulang, kedua tangan Darwo pun patah seketika."Argh!" Rasa sakit yang
Setelah mengetahui identitas Luther, Darwo pun terkulai lemas. Seakan-akan kehilangan semangat hidupnya, tatapan Darwo terlihat kosong. Sebab, dia tahu bahwa hidupnya ini sudah berakhir. Tidak akan ada lagi yang sanggup dan berani menolongnya."Bawa dia pergi." Mendengar perintah Eril, para bawahannya langsung mengikat Darwo dan membawanya ke mobil.Meskipun sudah tahu kenyataannya, Darwo hanya bisa menghabiskan sisa hidupnya di dalam penjara gelap. Satu-satunya cara keluar dari tempat itu adalah ketika dia telah meninggal nanti, jenazahnya akan diangkut keluar dan dikremasi."Berhenti! Apa-apaan kalian ini? Lepaskan dia!" Pada saat ini, pria berpakaian mewah itu keluar dari rumah dengan aura yang berwibawa bersama kedua pengawalnya.Awalnya, dia tidak ingin ikut campur dalam masalah ini. Namun, Darwo benar-benar tidak berguna. Bukan hanya tidak bisa mengalahkan lawannya, kini Darwo bahkan ditangkap orang. Michael tidak bisa lagi bersabar melihat hal ini sehingga dia memutuskan untuk t
Di sisi lain, vila Keluarga Warsono. Saat Ariana pulang ke rumah, situasi di Keluarga Warsono sangat heboh. "Ariana! Akhirnya kamu pulang juga, Ibu benar-benar khawatir padamu!""Kak! Kamu baik-baik saja, 'kan? Apa kamu menderita di dalam sana?" Helen dan Keenan buru-buru bertanya dengan perhatian. Sejak mengetahui bahwa Ariana jatuh di tangan "Dewa Kematian", mereka semua sangat mencemaskan Ariana akan terluka.Oleh karena itu, mereka menggunakan segala cara dan banyak sekali uang untuk menyelamatkannya. Namun, semuanya berakhir sia-sia, tidak membuahkan hasil apa pun. Ketika mereka sedang mencemaskan hal ini, tak disangka Ariana malah pulang dengan sendirinya."Ibu, aku nggak apa-apa. Maaf telah membuat kalian semua cemas," ucap Ariana sambil tersenyum tipis. Hari ini, dia memang merasa ketakutan. Namun, untungnya kini dia telah pulang dengan selamat."Semua ini gara-gara Luther pembawa sial itu! Kalau bukan karena dia yang melibatkanmu, mana mungkin kamu akan ditangkap?" kata Helen
Bianca yang sedang memejamkan mata dan memanyunkan bibirnya ini terlihat sangat menggoda. Luther sangat tertegun melihatnya."Kenapa bibirmu? Sakit?""Apa yang kamu bicarakan? Aku ingin kamu menciumku," kata Bianca dengan kesal.Kelopak mata Luther berkedut. "Hah? Apa boleh aku berbuat seperti ini?""Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau menciumku. Tapi, kalau kamu melewatkan kesempatan ini, mungkin tidak akan ada kesempatan lainnya lagi," kata Bianca sambil tersenyum menggoda."Bocah! Sudah diberi kesempatan malah nggak mau memanfaatkannya, kamu benar-benar bodoh!" Ronan yang sedang mengintip dari lantai dua menghela napas panjang."Tutup mulutmu!"Luther berbalik dan menatap Ronan. Namun, saat Luther membalikkan kepalanya lagi, dia melihat wajah Bianca yang cantik dan bibirnya yang merah merona. Luther tiba-tiba menyadari dia sepertinya sudah melewatkan kesempatan bagus ....Bianca mengalihkan topiknya dan berkata, "Baiklah, aku tidak menggodamu lagi, ayo kita bicarakan hal penting. Bel
"Bianca, kenapa kamu membawanya ke sini?" Susan mengernyitkan alisnya.Bianca berkata dengan ekspresi tenang, "Ini adalah rumahku, terserah aku mau membawa siapa ke sini. Selain itu, aku sudah memiliki kandidat untuk posisi kepala tim, dia adalah Pak Luther!""Apa?"Saat mendengar perkataan itu, ekspresi semua orang terlihat terkejut."Bianca! Apa kamu sedang bercanda? Apa dia layak menjabat posisi itu?" Susan merasa agak kesal."Keterampilan medis Luther sangat mengagumkan dan dia juga menguasai farmakologi. Aku pikir dia pasti akan sangat cocok untuk menjadi kepala ahli!" Ekspresi Bianca terlihat sangat tegas."Kamu ini benar-benar omong kosong!" Susan menjadi marah.Melihat situasinya semakin memburuk, Belinda langsung berdiri dan meredakan suasananya. "Sudahlah, jangan ribut dulu, kita duduk dan bicarakan dengan baik-baik. Luther, biar kuperkenalkan. Ini ibuku, kamu seharusnya sudah pernah bertemu dengannya, sedangkan ini adalah kakak sepupuku, Ken.""Halo, Bibi. Halo, Kak Ken," ka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam
Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te
"Hormat pada Pangeran Naim!"Melihat tamu terhormat datang, Gusdur pun tidak berlarut-larut dalam kesedihan lagi. Dia segera memimpin seluruh anggota Keluarga Paliama untuk maju dan membungkuk untuk memberi hormat pada Naim.Namun, Gusdur dan yang lainnya baru saja membungkuk sampai setengah, Naim sudah mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Orang yang wafat paling penting, nggak perlu terlalu formal."Setelah mengatakan itu, Naim mengalihkan pandangannya ke foto mendiang yang terpasang di altar dan menghela napas. "Jenderal Gema bisa meninggal di usia muda sungguh merupakan kerugian besar bagi Negara Drago. Relakanlah yang sudah tiada, yang hidup harus tetap kuat. Aku turut berdukacita."Gusdur memberi hormat dengan mata yang berkaca-kaca dan berkata, "Terima kasih atas perhatian Pangeran Naim. Adikku bisa mengalami musibah ini, seluruh anggota Keluarga Paliama sangat sedih."Naim menganggukkan kepala dan melihat sekeliling sekilas, lalu bertanya dengan perhatian, "Aku dengar Adipa
Kekacauan di Atlandia akhirnya mereda setelah Loland ditangkap. Para pejabat yang selama ini punya hubungan dekat dengannya pun langsung diperiksa satu per satu.Dalam pembersihan besar-besaran ini, lebih dari 300 pejabat Atlandia dicopot dari jabatannya. Sebagian besar ditahan dan sebagian kecil yang dosanya terlalu berat langsung dieksekusi.Setelah Huston menunjukkan kemampuannya, situasi di kalangan birokrasi Atlandia berubah drastis. Segala praktik kolusi, korupsi, dan permainan di balik layar seolah-olah tersapu bersih oleh badai besar.Rakyat mulai merasakan perbedaan nyata. Mengurus urusan di kantor pemerintahan kini jauh lebih mudah, tidak lagi dihambat atau diminta sogokan. Urusan-urusan rakyat yang sempat terbengkalai kini mulai dibereskan secara tertib oleh para pejabat baru. Berbagai bidang mengalami perbaikan signifikan.Anehnya, alih-alih ketakutan, rakyat justru menyambut gebrakan ini dengan tepuk tangan dan rasa syukur. Para "hama" yang sudah terlalu lama menggerogoti