Melihat pria paruh baya bungkuk dan pincang yang tidak berwibawa ini, Simon dan Marson ketakutan hingga merinding. Pria paruh baya di depan mereka adalah orang paling berkuasa di Negara Drago, bahkan pemimpin negara juga harus menghormatinya. Bisa dibilang, jika pria ini merasa tidak senang, dia bisa dengan mudah memerintahkan untuk mengeksekusi mereka tanpa perlu persetujuan dari siapa pun."Eh?"Saat melihat pria bungkuk itu, ekspresi Luther tanpa sadar menjadi muram. Tatapannya terlihat penuh dengan amarah."Akan ada pertunjukan yang bagus."Yogi tersenyum sinis dan segera mundur ke samping dengan ekspresi yang senang menikmati situasi itu.Di bawah tatapan semua orang, Walter berjalan masuk dengan terpincang-pincang. Dia tidak terlihat berwibawa atau pun berkuasa, penampilannya hanya biasa saja. Namun, saat dia berjalan melewati kerumunan, orang-orang tanpa sadar otomatis menghindarinya. Dia akhirnya berhenti di depan Luther."Sudah lama tidak bertemu, tidak disangka anak ini sudah
Pada saat itu, di dalam vila Keluarga Warsono. Helen sedang sibuk mencari-cari barang di dalam lemari dan kotak-kotak hingga kepalanya penuh dengan keringat. Dia mengeluarkan pakaian dan tas, lalu mengemasnya ke dalam dua kotak besar."Ariana! Cepat ... cepat keluarkan semua perhiasan yang ada di dalam rumah! Kita tidak bisa tinggal di Jiloam lagi. Kita harus segera mengemas barang-barang dan pergi ke luar negeri untuk menghindari masalah ini, aku juga sudah membeli tiket pesawat. Masih ada tabungan beberapa miliar di rumah dan beberapa barang berharga, cukup untuk kita hidup sementara waktu."Helen terus mendesak dengan ekspresi yang panik. Mereka sudah membatalkan pertunangan di depan publik, menghancurkan martabat Keluarga Lambert, dan menyinggung Keluarga Warsono di Jiberia. Bukan hanya Jiloam, bahkan seluruh Negara Drago juga tidak akan aman bagi mereka lagi."Ariana! Kenapa kamu masih berdiri di sana? Cepat kemas barang-barangmu!"Melihat putrinya yang tidak merespons, Helen menj
"Bawa pergi dia!"Catherine menunjuk Ariana dan memilih untuk menggunakan kekerasan untuk membawanya pergi."Aku mau lihat siapa yang berani menyentuhnya!"Tiba-tiba, terdengar suara yang tegas dari pintu.Kemudian, terlihat Luther bersama dengan Jordan berjalan masuk dengan santai. "Hari ini, siapa pun yang berani bertindak sembarangan, jangan salahkan aku tidak segan!""Luther?"Ekspresi Ariana terlihat gembira. Hatinya yang terus merasa cemas, akhirnya merasa lega. Luther ternyata tidak berbohong, dia mengatakan akan kembali dengan selamat, dia pasti akan kembali dengan selamat."Kamu ... tidak mati?"Mata Catherine membelalak dan tidak berani percaya dengan apa yang telah dia lihat. Sebelum dia pergi, dia jelas-jelas melihat Luther sudah dikepung. Meskipun memiliki kemampuan yang luar biasa, Luther juga tidak mungkin bisa lepas dari Keluarga Lambert."Kenapa? Kamu berharap aku mati? Bagaimanapun juga, aku adalah penyelamat ibumu, apa kamu tidak merasa berterima kasih sedikit pun?"
"Maafkan aku, Nona Ariana!" ujar Arnold. Begitu Arnold berlutut, sekelompok orang dari Keluarga Lambert lainnya juga ikut berlutut. Saat ini, mereka semua berlutut dengan rapi di depan Ariana."Eh ...," gumam Ariana terkejut.Catherine juga tercengang. Bahkan, Helen pun berhenti meratap saat ini. Dia hanya menatap linglung ke depan, tidak dapat bereaksi untuk beberapa saat.Bukankah orang Keluarga Lambert datang ke sini untuk membuat perhitungan? Mengapa mereka malah berlutut? Mengapa putra dari keluarga bangsawan di Translandia ini tiba-tiba menjadi begitu rendah hati?"Nona Ariana, maafkan aku. Aku buta dan nggak tahu diri. Mohon maafkan aku!" pinta Arnold lagi.Melihat Ariana tidak menjawab, Arnold yang sedang berlutut di lantai mulai menampar wajahnya sendiri dengan kuat. Wajah yang awalnya sudah merah dan bengkak tiba-tiba menjadi makin jelek. Meski begitu, Arnold tidak berani berhenti.Setengah jam yang lalu, Arnold ketakutan setengah mati saat mengetahui identitas asli Luther di
Ariana mengangguk berulang kali dan berkata dengan ekspresi bingung, "Tuan Arnold, asal kalian nggak mencari masalah dengan kami, itu saja sudah cukup. Kami mana berani menyalahkanmu?""Ya, ya! Tuan Arnold, cepat bangun. Lihatlah, kamu mengeluarkan banyak darah, aku akan mengambilkan plester luka untukmu," ujar Helen. Dia pun buru-buru masuk ke kamar dan mengubrak-abrik kotak obat."Plester luka?" gumam Arnold dengan bibir berkedut-kedut. Dia membatin, aku baru memotong dua jariku, memangnya plester luka bisa berguna?"Tuan Arnold, gimana kalau kamu pergi ke rumah sakit dulu? Pendarahanmu sepertinya nggak mau berhenti," kata Ariana ragu-ragu."Nona Ariana, apa kamu sudah memaafkanku?" ujar Arnold penuh harap."Ya, tolong jangan ganggu aku lagi di masa depan," kata Ariana sambil mengangguk."Nggak masalah! Aku akan pergi sekarang juga dan nggak akan pernah muncul di depanmu lagi!" ucap Arnold dengan gembira. Setelah membungkuk dalam-dalam kepada Luther dan Ariana, dia segera kabur bersa
"Hm?" Begitu melihat tamu yang baru datang itu, senyuman di wajah Luther seketika luntur dan digantikan ekspresi dingin. "Siapa yang mengizinkanmu masuk? Keluar!" kata Luther."Jangan salah paham, aku datang untuk menemui menantuku. Nggak ada hubungannya denganmu," ujar Walter sambil terkekeh-kekeh dan tertatih-tatih melewati pintu."Apa kalian saling kenal?" tanya Ariana sambil melirik Luther dan Walter dengan sedikit heran."Kamu pasti Ariana, 'kan? Ternyata kamu memang sangat cantik!" Walter berkata sambil tersenyum, "Ngomong-ngomong, aku belum memperkenalkan diri. Aku Walter, ayah Luther dan ayah mertuamu.""Ayah?" gumam Ariana sedikit terkejut.Meskipun Luther tidak punya banyak keterampilan, dia adalah tipikal pria tampan. Sementara itu, pria di depan sama sekali tidak tampan, penampilannya juga sangat berbeda dengan Luther."Kenapa? Kami nggak mirip, ya?" Walter tersenyum kecil dan berkata, "Anak ini mirip ibunya. Wajar kalau dia nggak mirip denganku. Kalau wajahnya mirip aku, d
"Makanannya sudah siap!" ujar Helen. Kemampuan uang dalam memengaruhi seseorang memang hebat. Hanya dalam waktu singkat, Helen telah menyiapkan berbagai hidangan mewah dan lezat.Luther mencari alasan untuk pergi, tetapi Ariana memaksanya untuk tetap tinggal. Pada akhirnya, dia tidak punya pilihan selain makan satu meja dengan Walter.Ini pertama kalinya ayah dan anak itu makan bersama dalam sepuluh tahun terakhir. Saat sedang makan, Walter tidak bisa menahan air matanya. Setelah bertahun-tahun, hari yang dinantikannya akhirnya tiba. Meski belum dimaafkan oleh putranya, Walter sudah sangat puas bisa makan bersama.Banyak orang yang tidak akan pernah menyangka. Raja Wedani yang pemberani dan telah membunuh banyak orang akan menitikkan air mata saat makan.Selesai makan, Walter pergi dengan bijak. Jika dia tinggal lebih lama lagi, amarah putranya mungkin akan meledak. Saat keluar dari vila, Walter menjadi sangat ceria.Setelah Walter masuk ke dalam mobil, Fuso yang duduk di kursi penumpa
Ariana sangat penasaran dengan masa lalu Luther. Setelah mengenal satu sama lain lebih dalam belakangan ini, dia menyadari bahwa ada rahasia yang masih disembunyikan Luther darinya."Aku belum bisa menjelaskannya untuk saat ini," ujar Luther sambil menggelengkan kepalanya.Ariana berkata sambil tersenyum tipis, "Baiklah. Kamu bisa katakan padaku kalau kamu sudah ingin cerita.""Oke," balas Luther sambil mengangguk."Cuacanya makin dingin. Temani aku ke mal dong, aku mau beli beberapa pakaian," ujar Ariana tiba-tiba."Boleh saja, tapi aku kasih tahu dari awal, ya. Aku nggak punya uang," kata Luther sambil mengangkat bahunya."Pelit banget sih!" Ariana memutar bola matanya dan berkata, "Kamu nggak perlu keluar duit. Aku akan bayar semua pengeluaranmu hari ini!""Makasih banyak, Bu Ariana!" ujar Luther. Tanpa banyak omong lagi, Luther segera berlari menuju mobil. Dalam tiga tahun pernikahan mereka, keduanya hanya pernah beberapa kali pergi belanja bersama."Aduh, safirku yang indah! Aku b
Begitu mendengar pertarungan dimulai, suasana menjadi makin gempar. Sebagian besar mendukung Adam, sebagian besar lagi mendukung Hasta. Keduanya sama-sama genius yang punya reputasi besar. Tentu banyak yang menantikan pertarungan ini.Meskipun urutan Adam di Peringkat Genius lebih rendah, sebagai Ketua Muda Organisasi Mondial, reputasi dan prestisenya justru lebih tinggi daripada Hasta. Adapun siapa yang lebih kuat, semua akan terbukti setelah pertarungan ini berakhir."Hasta, aku sudah lama menunggu hari ini." Mata Adam yang menatap Hasta dipenuhi semangat bertarung. "Banyak orang bilang aku kalah darimu. Aku nggak bisa terima. Hari ini, aku mau bersaing denganmu. Kira-kira lebih hebat pedangmu atau Teknik Pedang Dewaku?""Waktu kamu mengatakan ini, kamu sudah ditakdirkan untuk kalah. Ini karena kamu nggak punya keyakinan untuk mengalahkanku," timpal Hasta dengan tidak acuh."Huh! Nggak usah basa-basi lagi. Hari ini, akan kutunjukkan kehebatan Teknik Empat Dewaku kepadamu!" Tubuh Adam
Setelah pertarungan berakhir, semuanya kembali ke ruang istirahat. Sekarang sudah siang hari. Para kandidat dan penonton tentu harus makan siang terlebih dahulu.Setelah beristirahat sekitar 1 jam, suasana menjadi ramai kembali. Ini karena Nabel naik ke arena kembali. Di belakangnya adalah seorang murid Gunung Narima yang memegang kotak hitam berisikan bola bernomor."Silakan keempat kandidat maju untuk mengambil nomor," ucap Nabel dengan lantang sambil memandang ke sekeliling.Di tengah suara tepuk tangan, empat sosok maju dan menaiki arena. Yang berdiri di paling depan adalah Hasta. Di belakangnya adalah Adam. Yang paling belakang adalah Charlotte dan Luther."Paman, sudah semifinal. Semangat!" Setelah naik ke arena, Charlotte mengedipkan matanya dengan nakal kepada Luther."Kamu juga." Luther tersenyum. Dengan kemampuan Charlotte, dia masih jauh dari Hasta. Jika melawan Adam, Charlotte punya peluang yang cukup besar untuk menang.Bagaimanapun, Adam baru menerobos tingkat grandmaster
"Siapa sebenarnya pemuda ini?" gumam Nabel sambil menatap tangannya yang gemetaran. Dia tak kuasa merasa terkejut.Dari serangan tadi, Nabel bukan hanya tidak mendapat keuntungan dari Luther, tetapi juga menderita kerugian. Patut diketahui bahwa Nabel sudah mencapai tingkat grandmaster.Baik itu basis kultivasi ataupun pencapaian Mantra Cahaya Emas, Nabel jauh lebih hebat daripada Harit. Secara logika, dia seharusnya bisa mengalahkan pemuda seperti Luther. Namun, serangan tadi membuatnya menyadari sesuatu.Luther hanya menyembunyikan kekuatannya dan belum memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya. Jika tidak, Harit mungkin sudah mati sejak tadi. Setelah memikirkan ini, Nabel merasa gelisah.Orang-orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Kekuatan dan potensi yang ditunjukkan Luther sungguh mengerikan. Bahkan, tidak berlebihan untuk mengatakan Luther adalah monster yang setara dengan Hasta."Ada apa ini? Kenapa wasit turun tangan?""Masa nggak ngerti? Harit sudah kalah. Kalau wa
Setelah Jimat Magis Delapan Diagram terbentuk, muncul sebuah formasi besar delapan diagram di tengah arena. Formasi itu menutupi sebagian besar arena dan terus berubah.Luther berdiri di tengah formasi. Seketika, dia merasakan tekanan besar. Tekanan ini berbeda dengan yang dihasilkan Jimat Pemindah Gunung. Tekanan ini tidak menargetkan fisik, melainkan menargetkan jiwa.Ini membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah berada di dalam penjara dan tidak akan pernah bisa melarikan diri. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, Jimat Magis Delapan Diagram baru benar-benar memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya kali ini."Kamu nggak seharusnya memberiku waktu untuk membuat persiapan. Kamu terlalu sombong!" Harit merasa lega melihat formasinya telah terbentuk. Jimat Magis Delapan Diagram memang hebat, tetapi butuh waktu untuk digunakan. Bagi ahli bela diri. Waktu ini sebenarnya sangat fatal.Ketika menghadapi Kiehl kemarin, Karena situasi mendesak, Harit terpaksa mengambil risiko dan tidak se
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi