Ariana sangat penasaran dengan masa lalu Luther. Setelah mengenal satu sama lain lebih dalam belakangan ini, dia menyadari bahwa ada rahasia yang masih disembunyikan Luther darinya."Aku belum bisa menjelaskannya untuk saat ini," ujar Luther sambil menggelengkan kepalanya.Ariana berkata sambil tersenyum tipis, "Baiklah. Kamu bisa katakan padaku kalau kamu sudah ingin cerita.""Oke," balas Luther sambil mengangguk."Cuacanya makin dingin. Temani aku ke mal dong, aku mau beli beberapa pakaian," ujar Ariana tiba-tiba."Boleh saja, tapi aku kasih tahu dari awal, ya. Aku nggak punya uang," kata Luther sambil mengangkat bahunya."Pelit banget sih!" Ariana memutar bola matanya dan berkata, "Kamu nggak perlu keluar duit. Aku akan bayar semua pengeluaranmu hari ini!""Makasih banyak, Bu Ariana!" ujar Luther. Tanpa banyak omong lagi, Luther segera berlari menuju mobil. Dalam tiga tahun pernikahan mereka, keduanya hanya pernah beberapa kali pergi belanja bersama."Aduh, safirku yang indah! Aku b
Petang itu, di Klinik Damai.Bianca yang luar biasa elegan berjalan masuk dengan gembira sambil membawa anggur berkualitas."Sayang, aku sudah pulang. Lihat apa yang kubawakan untuk kalian. Ini anggur tua, aku jamin kamu akan menyukainya!" ujar Bianca sambil tersenyum.Namun, Bianca seketika terkejut. Sebab, alih-alih melihat Luther di dalam klinik, dia malah mendapati dua pria tua asing di sana. Kakek Pemabuk yang biasanya mabuk-mabukan saat ini sedang duduk tegak dengan ekspresi serius yang jarang terlihat di wajahnya."Kakek Pemabuk, siapa mereka?" tanya Bianca dengan sedikit heran."Oh, kamu sudah datang? Sini aku perkenalkan. Orang ini adalah ayah Luther. Kalau yang ini, dia adalah teman lamaku," ujar Pemabuk Gila sambil menunjuk Walter dan Fuso."Ayah Luther?" Bianca berkata dengan mata berbinar, "Wah! Ternyata ayah mertuaku datang. Maaf ya. Menantu perempuanmu rabun dan hampir nggak mengenali Ayah."Setelah mengatakan itu, Bianca segera mengambil teko teh dan menuangkan secangki
"Bianca, kamu belum makan malam, 'kan? Ayo jalan, aku akan mentraktirmu makan di luar," ujar Luther mengubah topik pembicaraan."Ah, kebetulan. Aku memang lumayan lapar. Ayah, ayo kita makan di luar," ujar Bianca sambil menoleh pada Walter."Jangan khawatirkan mereka. Ayo, kita pergi makan sendiri," tolak Luther."Ini ...," gumam Bianca sedikit terkejut. Hatinya yang peka segera menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Bianca, kami para orang tua nggak akan mengganggu dunia kalian berdua. Pergilah," kata Walter sambil tersenyum.Bianca juga tidak memaksa. Sebaliknya, dia berkata, "Baiklah, Ayah. Aku akan bungkuskan beberapa makanan untukmu nanti."Setelah berpamitan, Bianca mengikuti Luther keluar. Di dalam mobil, Bianca yang terdiam selama beberapa saat akhirnya bertanya, "Kamu sedang bertengkar dengan ayahmu, ya?""Bertengkar?" Luther tersenyum pahit dan berkata, "Kalau cuma bertengkar, itu masalah sederhana.""Jadi, apa yang terjadi? Apa kamu bisa cerita padaku?" ujar Bianca d
Deg! Melihat tubuh Delapan Raksasa yang berjatuhan, wanita tua itu langsung terdiam. Ketenangan dan kepercayaan dirinya seketika lenyap, digantikan dengan kepanikan.Mereka adalah Delapan Raksasa terkenal dari Peringkat Gelap! Sejak bergabung dengan dunia gelap, mereka tidak terkalahkan dan tidak pernah gagal. Sekuat apa pun targetnya, mereka selalu bisa menyelesaikan misi dengan mudah.Awalnya, wanita tua itu mengira bahwa misi ini sudah bisa dipastikan akan sukses karena Delapan Raksasa ikut dikerahkan. Tak disangka, Luther bisa membunuh mereka dalam sekejap mata. Mereka bahkan tidak punya waktu untuk bereaksi. Sebenarnya, monster macam apa Luther ini?"Inikah Delapan Raksasa yang kamu banggakan? Lemah sekali," kata Luther sambil menggelengkan kepalanya. Dari mana orang-orang yang bahkan belum mencapai tingkat sejati ini mendapatkan keberanian untuk membunuhnya?"Ju ... jurus apa yang kamu gunakan?" tanya wanita tua itu sambil mundur ketakutan."Berapa banyak pembunuh Peringkat Gelap
Pertarungan antara dua master tingkat sejati berada di luar jangkauan pesilat biasa.Saat Gavin dan Jordan sedang bertarung sengit, Walter, Pemabuk Gila, dan Fuso sedang minum anggur dengan gembira di dalam klinik. Lantaran sudah terbiasa dengan pertempuran skala besar, tentu saja mereka tidak khawatir dengan pertarungan kecil seperti ini.Akan tetapi, Liana yang menuangkan anggur untuk mereka bertiga tampak tidak begitu tenang. Dia sesekali menjulurkan kepalanya ke pintu dengan khawatir.Liana membatin, orang yang menantang mereka begitu banyak, mana mungkin Kak Jordan bisa mengalahkan mereka sendirian? Andaikan saja Tuan Luther ada di sini ....Saat berpikir sama sini, Liana segera menggelengkan kepalanya. Tidak bisa! Maksud kedatangan orang-orang ini adalah untuk membuat perhitungan dengan Luther. Jika Luther ada di sini, dia akan jatuh dalam bahaya besar!"Nona, jangan lihat ke sana terus. Anak itu akan baik-baik saja untuk saat ini. Tolong beri kami sebotol anggur lagi!" teriak Pe
"Mati kamu!" seru Gavin.Melihat celah ini, Gavin segera memanfaatkan kesempatan dengan menebaskan pedangnya. Tepat pada waktu kritis itu, sebuah jarum perak tiba-tiba memelesat melewati kerumunan dan mengenai pedang Gavin. Klang! Pedang panjang itu seketika patah dibarengi bunyi pelan."Siapa itu?" seru Gavin sambil menjauh dengan penuh kewaspadaan.Orang yang menyerang barusan pasti sangat kuat sehingga mampu mematahkan pedangnya dengan jarum."Nggak masalah kalau cuma main keroyokan, tapi kalian masih ingin melancarkan serangan secara diam-diam. Apa orang-orang Sekte Ilmu Kegelapan memang begitu rendah?" ujar seseorang dari belakang dengan nada dingin.Semua orang menoleh ke belakang. Mereka lantas melihat seorang pria tampan perlahan berjalan keluar dari kegelapan dan berdiri dengan angkuh di bawah lampu jalan. Orang yang baru tiba itu tidak lain adalah Luther.Saat melihat kedatangan Luther, Peter langsung berseru, "Tuan Bruce! Itu orang yang bernama Luther! Dialah yang membunuh T
Tujuh orang itu berkolaborasi dengan sempurna. Mereka memiliki keterampilan dalam serangan dan pertahanan, saling melengkapi, dan tidak terlihat ada yang cacat. Begitu formasi diaktifkan, energi pedang menyebar, angin kencang bertiup, dan debu beterbangan."Lumayan menarik."Luther mengernyitkan alisnya dan tubuhnya tiba-tiba berkelebat. Dia terus bergerak dan menghindari jaring pedang yang melayang di sekitarnya. Memang tampak berbahaya, tetapi dia selalu mampu menghindari serangan pada saat-saat krusial. Pedang-pedang yang tajam itu hampir saja menyentuh tubuhnya, tetapi tidak melukainya sedikit pun."Bunuh ... bunuh dia!"Eduardo dan Michael mengepalkan tinju mereka dengan erat dan ekspresinya terlihat bersemangat. Setiap kali Luther berada dalam bahaya, mereka akan bersorak dengan penuh antusiasme. Namun, saat mereka melihatnya berhasil lolos dengan selamat, mereka menggertakkan giginya dengan marah."Tenang saja, Formasi Bintang Biduk adalah formasi yang makin kuat saat menghadapi
Melihat enam mayat yang berada di tanah dan Gavin yang terluka parah dan memuntahkan darah, semua murid Sekte Ilmu Kegelapan menjadi tercengang. Mereka tidak menyangka, hanya satu serangan dari Luther sudah bisa menghancurkan Formasi Bintang Biduk dan membunuh enam ahli tertinggi dari Aula Semesta. Jangan-jangan, Luther selalu menyembunyikan kemampuannya?"Bagaimana mungkin?" kata Peter dengan matanya membelalak dan tidak berani percaya apa yang dilihatnya.Formasi Bintang Biduk yang terkenal di dunia persilatan malah dihancurkan dan bahkan dengan begitu mudah? Seberapa kuat anak ini sebenarnya?"Tidak mungkin! Tujuh ahli dari Aula Semesta juga tidak bisa menandinginya?""Orang ini pasti menggunakan obat, kalau tidak, dia tidak mungkin begitu kuat!"Eduardo dan Michael saling menatap dan terlihat bingung sejenak."Anak ini tidak mudah dihadapi!"Pada saat ini, bahkan ekspresi Bruce juga menjadi serius. Menghadapi serangan Formasi Bintang Biduk juga bisa begitu mudah menghancurkannya ha