"Makanannya sudah siap!" ujar Helen. Kemampuan uang dalam memengaruhi seseorang memang hebat. Hanya dalam waktu singkat, Helen telah menyiapkan berbagai hidangan mewah dan lezat.Luther mencari alasan untuk pergi, tetapi Ariana memaksanya untuk tetap tinggal. Pada akhirnya, dia tidak punya pilihan selain makan satu meja dengan Walter.Ini pertama kalinya ayah dan anak itu makan bersama dalam sepuluh tahun terakhir. Saat sedang makan, Walter tidak bisa menahan air matanya. Setelah bertahun-tahun, hari yang dinantikannya akhirnya tiba. Meski belum dimaafkan oleh putranya, Walter sudah sangat puas bisa makan bersama.Banyak orang yang tidak akan pernah menyangka. Raja Wedani yang pemberani dan telah membunuh banyak orang akan menitikkan air mata saat makan.Selesai makan, Walter pergi dengan bijak. Jika dia tinggal lebih lama lagi, amarah putranya mungkin akan meledak. Saat keluar dari vila, Walter menjadi sangat ceria.Setelah Walter masuk ke dalam mobil, Fuso yang duduk di kursi penumpa
Ariana sangat penasaran dengan masa lalu Luther. Setelah mengenal satu sama lain lebih dalam belakangan ini, dia menyadari bahwa ada rahasia yang masih disembunyikan Luther darinya."Aku belum bisa menjelaskannya untuk saat ini," ujar Luther sambil menggelengkan kepalanya.Ariana berkata sambil tersenyum tipis, "Baiklah. Kamu bisa katakan padaku kalau kamu sudah ingin cerita.""Oke," balas Luther sambil mengangguk."Cuacanya makin dingin. Temani aku ke mal dong, aku mau beli beberapa pakaian," ujar Ariana tiba-tiba."Boleh saja, tapi aku kasih tahu dari awal, ya. Aku nggak punya uang," kata Luther sambil mengangkat bahunya."Pelit banget sih!" Ariana memutar bola matanya dan berkata, "Kamu nggak perlu keluar duit. Aku akan bayar semua pengeluaranmu hari ini!""Makasih banyak, Bu Ariana!" ujar Luther. Tanpa banyak omong lagi, Luther segera berlari menuju mobil. Dalam tiga tahun pernikahan mereka, keduanya hanya pernah beberapa kali pergi belanja bersama."Aduh, safirku yang indah! Aku b
Petang itu, di Klinik Damai.Bianca yang luar biasa elegan berjalan masuk dengan gembira sambil membawa anggur berkualitas."Sayang, aku sudah pulang. Lihat apa yang kubawakan untuk kalian. Ini anggur tua, aku jamin kamu akan menyukainya!" ujar Bianca sambil tersenyum.Namun, Bianca seketika terkejut. Sebab, alih-alih melihat Luther di dalam klinik, dia malah mendapati dua pria tua asing di sana. Kakek Pemabuk yang biasanya mabuk-mabukan saat ini sedang duduk tegak dengan ekspresi serius yang jarang terlihat di wajahnya."Kakek Pemabuk, siapa mereka?" tanya Bianca dengan sedikit heran."Oh, kamu sudah datang? Sini aku perkenalkan. Orang ini adalah ayah Luther. Kalau yang ini, dia adalah teman lamaku," ujar Pemabuk Gila sambil menunjuk Walter dan Fuso."Ayah Luther?" Bianca berkata dengan mata berbinar, "Wah! Ternyata ayah mertuaku datang. Maaf ya. Menantu perempuanmu rabun dan hampir nggak mengenali Ayah."Setelah mengatakan itu, Bianca segera mengambil teko teh dan menuangkan secangki
"Bianca, kamu belum makan malam, 'kan? Ayo jalan, aku akan mentraktirmu makan di luar," ujar Luther mengubah topik pembicaraan."Ah, kebetulan. Aku memang lumayan lapar. Ayah, ayo kita makan di luar," ujar Bianca sambil menoleh pada Walter."Jangan khawatirkan mereka. Ayo, kita pergi makan sendiri," tolak Luther."Ini ...," gumam Bianca sedikit terkejut. Hatinya yang peka segera menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Bianca, kami para orang tua nggak akan mengganggu dunia kalian berdua. Pergilah," kata Walter sambil tersenyum.Bianca juga tidak memaksa. Sebaliknya, dia berkata, "Baiklah, Ayah. Aku akan bungkuskan beberapa makanan untukmu nanti."Setelah berpamitan, Bianca mengikuti Luther keluar. Di dalam mobil, Bianca yang terdiam selama beberapa saat akhirnya bertanya, "Kamu sedang bertengkar dengan ayahmu, ya?""Bertengkar?" Luther tersenyum pahit dan berkata, "Kalau cuma bertengkar, itu masalah sederhana.""Jadi, apa yang terjadi? Apa kamu bisa cerita padaku?" ujar Bianca d
Deg! Melihat tubuh Delapan Raksasa yang berjatuhan, wanita tua itu langsung terdiam. Ketenangan dan kepercayaan dirinya seketika lenyap, digantikan dengan kepanikan.Mereka adalah Delapan Raksasa terkenal dari Peringkat Gelap! Sejak bergabung dengan dunia gelap, mereka tidak terkalahkan dan tidak pernah gagal. Sekuat apa pun targetnya, mereka selalu bisa menyelesaikan misi dengan mudah.Awalnya, wanita tua itu mengira bahwa misi ini sudah bisa dipastikan akan sukses karena Delapan Raksasa ikut dikerahkan. Tak disangka, Luther bisa membunuh mereka dalam sekejap mata. Mereka bahkan tidak punya waktu untuk bereaksi. Sebenarnya, monster macam apa Luther ini?"Inikah Delapan Raksasa yang kamu banggakan? Lemah sekali," kata Luther sambil menggelengkan kepalanya. Dari mana orang-orang yang bahkan belum mencapai tingkat sejati ini mendapatkan keberanian untuk membunuhnya?"Ju ... jurus apa yang kamu gunakan?" tanya wanita tua itu sambil mundur ketakutan."Berapa banyak pembunuh Peringkat Gelap
Pertarungan antara dua master tingkat sejati berada di luar jangkauan pesilat biasa.Saat Gavin dan Jordan sedang bertarung sengit, Walter, Pemabuk Gila, dan Fuso sedang minum anggur dengan gembira di dalam klinik. Lantaran sudah terbiasa dengan pertempuran skala besar, tentu saja mereka tidak khawatir dengan pertarungan kecil seperti ini.Akan tetapi, Liana yang menuangkan anggur untuk mereka bertiga tampak tidak begitu tenang. Dia sesekali menjulurkan kepalanya ke pintu dengan khawatir.Liana membatin, orang yang menantang mereka begitu banyak, mana mungkin Kak Jordan bisa mengalahkan mereka sendirian? Andaikan saja Tuan Luther ada di sini ....Saat berpikir sama sini, Liana segera menggelengkan kepalanya. Tidak bisa! Maksud kedatangan orang-orang ini adalah untuk membuat perhitungan dengan Luther. Jika Luther ada di sini, dia akan jatuh dalam bahaya besar!"Nona, jangan lihat ke sana terus. Anak itu akan baik-baik saja untuk saat ini. Tolong beri kami sebotol anggur lagi!" teriak Pe
"Mati kamu!" seru Gavin.Melihat celah ini, Gavin segera memanfaatkan kesempatan dengan menebaskan pedangnya. Tepat pada waktu kritis itu, sebuah jarum perak tiba-tiba memelesat melewati kerumunan dan mengenai pedang Gavin. Klang! Pedang panjang itu seketika patah dibarengi bunyi pelan."Siapa itu?" seru Gavin sambil menjauh dengan penuh kewaspadaan.Orang yang menyerang barusan pasti sangat kuat sehingga mampu mematahkan pedangnya dengan jarum."Nggak masalah kalau cuma main keroyokan, tapi kalian masih ingin melancarkan serangan secara diam-diam. Apa orang-orang Sekte Ilmu Kegelapan memang begitu rendah?" ujar seseorang dari belakang dengan nada dingin.Semua orang menoleh ke belakang. Mereka lantas melihat seorang pria tampan perlahan berjalan keluar dari kegelapan dan berdiri dengan angkuh di bawah lampu jalan. Orang yang baru tiba itu tidak lain adalah Luther.Saat melihat kedatangan Luther, Peter langsung berseru, "Tuan Bruce! Itu orang yang bernama Luther! Dialah yang membunuh T
Tujuh orang itu berkolaborasi dengan sempurna. Mereka memiliki keterampilan dalam serangan dan pertahanan, saling melengkapi, dan tidak terlihat ada yang cacat. Begitu formasi diaktifkan, energi pedang menyebar, angin kencang bertiup, dan debu beterbangan."Lumayan menarik."Luther mengernyitkan alisnya dan tubuhnya tiba-tiba berkelebat. Dia terus bergerak dan menghindari jaring pedang yang melayang di sekitarnya. Memang tampak berbahaya, tetapi dia selalu mampu menghindari serangan pada saat-saat krusial. Pedang-pedang yang tajam itu hampir saja menyentuh tubuhnya, tetapi tidak melukainya sedikit pun."Bunuh ... bunuh dia!"Eduardo dan Michael mengepalkan tinju mereka dengan erat dan ekspresinya terlihat bersemangat. Setiap kali Luther berada dalam bahaya, mereka akan bersorak dengan penuh antusiasme. Namun, saat mereka melihatnya berhasil lolos dengan selamat, mereka menggertakkan giginya dengan marah."Tenang saja, Formasi Bintang Biduk adalah formasi yang makin kuat saat menghadapi
Begitu mendengar pertarungan dimulai, suasana menjadi makin gempar. Sebagian besar mendukung Adam, sebagian besar lagi mendukung Hasta. Keduanya sama-sama genius yang punya reputasi besar. Tentu banyak yang menantikan pertarungan ini.Meskipun urutan Adam di Peringkat Genius lebih rendah, sebagai Ketua Muda Organisasi Mondial, reputasi dan prestisenya justru lebih tinggi daripada Hasta. Adapun siapa yang lebih kuat, semua akan terbukti setelah pertarungan ini berakhir."Hasta, aku sudah lama menunggu hari ini." Mata Adam yang menatap Hasta dipenuhi semangat bertarung. "Banyak orang bilang aku kalah darimu. Aku nggak bisa terima. Hari ini, aku mau bersaing denganmu. Kira-kira lebih hebat pedangmu atau Teknik Pedang Dewaku?""Waktu kamu mengatakan ini, kamu sudah ditakdirkan untuk kalah. Ini karena kamu nggak punya keyakinan untuk mengalahkanku," timpal Hasta dengan tidak acuh."Huh! Nggak usah basa-basi lagi. Hari ini, akan kutunjukkan kehebatan Teknik Empat Dewaku kepadamu!" Tubuh Adam
Setelah pertarungan berakhir, semuanya kembali ke ruang istirahat. Sekarang sudah siang hari. Para kandidat dan penonton tentu harus makan siang terlebih dahulu.Setelah beristirahat sekitar 1 jam, suasana menjadi ramai kembali. Ini karena Nabel naik ke arena kembali. Di belakangnya adalah seorang murid Gunung Narima yang memegang kotak hitam berisikan bola bernomor."Silakan keempat kandidat maju untuk mengambil nomor," ucap Nabel dengan lantang sambil memandang ke sekeliling.Di tengah suara tepuk tangan, empat sosok maju dan menaiki arena. Yang berdiri di paling depan adalah Hasta. Di belakangnya adalah Adam. Yang paling belakang adalah Charlotte dan Luther."Paman, sudah semifinal. Semangat!" Setelah naik ke arena, Charlotte mengedipkan matanya dengan nakal kepada Luther."Kamu juga." Luther tersenyum. Dengan kemampuan Charlotte, dia masih jauh dari Hasta. Jika melawan Adam, Charlotte punya peluang yang cukup besar untuk menang.Bagaimanapun, Adam baru menerobos tingkat grandmaster
"Siapa sebenarnya pemuda ini?" gumam Nabel sambil menatap tangannya yang gemetaran. Dia tak kuasa merasa terkejut.Dari serangan tadi, Nabel bukan hanya tidak mendapat keuntungan dari Luther, tetapi juga menderita kerugian. Patut diketahui bahwa Nabel sudah mencapai tingkat grandmaster.Baik itu basis kultivasi ataupun pencapaian Mantra Cahaya Emas, Nabel jauh lebih hebat daripada Harit. Secara logika, dia seharusnya bisa mengalahkan pemuda seperti Luther. Namun, serangan tadi membuatnya menyadari sesuatu.Luther hanya menyembunyikan kekuatannya dan belum memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya. Jika tidak, Harit mungkin sudah mati sejak tadi. Setelah memikirkan ini, Nabel merasa gelisah.Orang-orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Kekuatan dan potensi yang ditunjukkan Luther sungguh mengerikan. Bahkan, tidak berlebihan untuk mengatakan Luther adalah monster yang setara dengan Hasta."Ada apa ini? Kenapa wasit turun tangan?""Masa nggak ngerti? Harit sudah kalah. Kalau wa
Setelah Jimat Magis Delapan Diagram terbentuk, muncul sebuah formasi besar delapan diagram di tengah arena. Formasi itu menutupi sebagian besar arena dan terus berubah.Luther berdiri di tengah formasi. Seketika, dia merasakan tekanan besar. Tekanan ini berbeda dengan yang dihasilkan Jimat Pemindah Gunung. Tekanan ini tidak menargetkan fisik, melainkan menargetkan jiwa.Ini membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah berada di dalam penjara dan tidak akan pernah bisa melarikan diri. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, Jimat Magis Delapan Diagram baru benar-benar memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya kali ini."Kamu nggak seharusnya memberiku waktu untuk membuat persiapan. Kamu terlalu sombong!" Harit merasa lega melihat formasinya telah terbentuk. Jimat Magis Delapan Diagram memang hebat, tetapi butuh waktu untuk digunakan. Bagi ahli bela diri. Waktu ini sebenarnya sangat fatal.Ketika menghadapi Kiehl kemarin, Karena situasi mendesak, Harit terpaksa mengambil risiko dan tidak se
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi