"Aneh. Nomor 12 jelas-jelas lebih kuat dari nomor 34. Kenapa dia nggak bisa menang?" Roselia tak kuasa bertanya melihat pertarungan sengit di arena."Tentu saja karena takut." Greta memicingkan mata sambil menjelaskan, "Coba kamu perhatikan gaya bertarung nomor 34 yang ganas. Basis kultivasi nomor 12 memang lebih hebat, tapi dia nggak punya cara untuk menang karena musuhnya terlalu tak kenal takut. Orang yang lebih berani yang berada di posisi unggul."Ketika pertarungan arena berubah menjadi pertarungan hidup dan mati, maknanya jelas berbeda. Dalam pertarungan arena, kalaupun kalah, seseorang tidak akan menderita kerugian besar. Di situasi seperti ini, pesilat biasa jarang mempertaruhkan nyawanya untuk meraih kemenangan.Namun, pertarungan hidup dan mati jelas berbeda. Yang menang akan hidup, yang kalah akan mati. Itu sebabnya, kedua belah pihak akan mengerahkan segenap kekuatan untuk meraih kemenangan.Nomor 34 memiliki kesadaran dalam pertarungan hidup dan mati, sedangkan nomor 12 t
Pria kekar itu mengakui kekalahannya dengan sangat lugas. Setelah dia melompat turun dari arena, Elio yang masih murka pun tidak sempat bereaksi. Dia masih mengangkat pedangnya dan hendak menyerang pria kekar itu."Hei! Ngapain kamu? Aku sudah ngaku kalah! Kamu masih mau apa?" Pria kekar itu menghindar dengan ketakutan.Tidak ada yang menyangka Elio akan menjadi begitu gila setelah murka. Jelas sekali, dia siap untuk mati bersama musuhnya. Jika tahu hasilnya seperti ini, pria kekar itu tidak akan memprovokasinya.Ucapan pria kekar itu tidak membuat Elio menghentikan serangannya. Pedang di tangan Elio makin dekat dengan leher pria kekar itu.Ketika melihat nyawa pria kekar itu dalam bahaya, wasit akhirnya turun tangan. Dengan kedua jarinya, wasit mengapit pedang Elio dengan santai. Dia berkata, "Kandidat nomor 34 sudah mengaku kalah. Pertarungan telah berakhir. Silakan berhenti."Suara yang lantang ini seketika menyadarkan Elio yang tidak bisa berpikir jernih karena amarahnya. Garis mer
"Situasi macam apa ini? Bukannya dia pertapa? Kenapa ikut kompetisi?""Bukannya kata orang pertapa nggak peduli pada ketenaran dan kekuasaan? Kenapa tiba-tiba orang seperti ini muncul di arena? Aneh sekali.""Sebentar! Sepertinya aku kenal orang ini. Dia adalah pelanggar sila, Master Oswyn!""Apa? Master Oswyn? Dia yang membantai seluruh keluarga delapan tahun lalu karena marah itu?"Begitu mendengar nama Oswyn, semua orang heboh. Tidak banyak pertapa di dunia ini. Sementara itu, Oswyn adalah pertapa yang tidak menaati sila.Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Oswyn. Delapan tahun lalu, Oswyn tiba-tiba membunuh keluarga Ketua Sekte Apatis yang beranggotakan 17 orang.Sejak saat itu, Oswyn melanggar semua sila. Dia minum-minum, bermain wanita, dan tamak. Selain itu, dia juga pemarah. Setiap kali merasa tidak puas, dia akan langsung membunuh. Semua hal ini membuat reputasinya menjadi sangat buruk.Namun, karena Oswyn memiliki latar belakang seorang pertapa dan memiliki kekuatan yan
"Kandidat nomor 19?" Greta menatap Luther, lalu bertanya dengan heran, "Dokter Luther, kamu rasa dia bisa menang?""Kandidat nomor 5 seorang pertapa lho. Kalau bertarung dengan yang basis kultivasinya setara, bisa dibilang dia tak terkalahkan. Kalau kandidat nomor 19, dia memang Ketua Muda Sekte Yama, tapi terlalu muda. Dari segala aspek, dia nggak mungkin lawan pertapa itu," sahut Roselia.Harus diakui bahwa paras Ozias tak tertandingi. Namun, dalam aspek kekuatan, jelas Oswyn lebih hebat. Mereka tidak mengerti alasan Luther memilih Ozias dan bukan Oswyn."Aku kenal kandidat nomor 19. Jangan lihat dia lemah lembut. Nyatanya, dia sangat misterius. Aku yakin dia bisa mengalahkan pertapa itu dengan mudah," jelas Luther."Oh ya?" Greta mengangkat alis dengan terkejut. Dia tidak menyangka Luther mengenal Ozias. Dari nada bicara Luther yang santai, sepertinya dia sangat yakin dengan kemampuan Ozias."Karena Dokter Luther yakin kandidat nomor 19 bakal menang, kita bertaruh untuknya saja." Ta
Setelah wasit mengumumkan kompetisi dimulai, para penonton sontak bersemangat dan mulai mendukung jagoan mereka. Tentunya, sebagian besar mendukung Oswyn. Di satu sisi karena Oswyn hebat, di sisi lain karena iri dengan paras Ozias."Anak Muda, sebaiknya kamu mengaku kalah. Kalau sampai pertarungan dimulai, takutnya kaki dan tanganmu bakal patah," ujar Oswyn dengan santai sambil meminum araknya.Oswyn sangat meremehkan Ozias yang berusia 20-an tahun ini. Targetnya adalah mengalahkan para genius di Grup A. Para pesilat elite di Grup B hanya batu loncatan baginya."Master Oswyn, sebagai seorang pertapa, kamu nggak seharusnya kemari untuk bertarung, 'kan?" sindir Ozias sambil menggoyangkan kipasnya dan tersenyum."Memangnya ada yang salah? Pertapa tetap manusia. Manusia pasti punya hasrat dan emosi. Mana mungkin ada yang benar-benar terlepas dari duniawi.""Semua biksu yang kalian temui itu sebenarnya cuma manusia munafik. Mereka terlihat tidak peduli dengan hal-hal duniawi, tapi nyatanya
"Wah! Ganteng sekali! Ketampanannya tak tertandingi!""Ganteng dan jago bertarung! Begini baru pria idamanku!""Sayang, semangat! Sayang, kamu paling keren!"Setiap gerak gerik Ozias di atas arena membuat para penonton gempar. Para wanita terpana dengan ketampanan Ozias. Mata mereka terus berbinar-binar.Kuncinya adalah Ozias bukan pria yang hanya punya tampang. Serangannya yang berhasil menggagalkan serangan Oswyn sudah cukup untuk membuktikan kemampuannya. Bagaimana mungkin pria tampan dan berbakat seperti Ozias tidak membuat wanita jatuh hati?"Buset! Paling-paling dia cuma beruntung. Apa hebatnya? Dia cuma sok hebat!""Lihat saja penampilannya yang seperti banci. Dia jelas nggak punya kemampuan. Begitu Master Oswyn mengerahkan seluruh kekuatannya, dia pasti bakal mati!""Master Oswyn, semangat! Habisi pecundang itu!" Jika dibandingkan dengan para wanita yang tergila-gila dengan Ozias, para pria justru memaki dengan kesal. Apa gunanya tampang? Pria harus punya kekuatan. Kalau memang
Duar! Di bawah tatapan semua orang, Tapak Belas Kasih Oswyn hendak menimpa Ozias dengan kekuatan destruktif yang mencengangkan. Seiring terdengarnya suara ledakan, sebuah energi menakutkan menyapu ke berbagai arah.Para penonton diterpa angin kencang hingga kesulitan membuka mata. Sesaat kemudian, situasi kembali tenang. Pemandangan di arena di luar dugaan semua orang.Menurut mereka, Ozias sudah pasti mati karena tidak menghindari serangan Oswyn. Siapa sangka, Ozias bukan hanya tidak mati, tetapi masih berdiri di tempatnya dengan tenang. Dia tidak terluka sedikit pun, bahkan pakaiannya bersih tak berdebu.Pemandangan ini mengejutkan semua orang. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada saat-saat terakhir, juga tidak mengerti mengapa Ozias tidak mengalami cedera apa pun.Apa mungkin Oswyn menarik serangannya? Ini tidak mungkin. Daya ledak yang timbul akibat benturan tadi begitu nyata. Para penonton bisa merasakan tekanan kuat itu."Apa yang terjadi? Pecundang itu nggak mati?""Aneh seka
Pedang Oswyn sungguh cepat hingga yang bisa terlihat hanya bayangan. Berbeda dengan Teknik Lohan dan Tapak Belas Kasih, kali ini Oswyn hanya mengandalkan kekuatan fisiknya. Sungguh cepat dan kuat. Ke mana pun bilah lewat, udara seolah-olah terbelah. Namun, tidak ada deru angin yang terdengar."Cepat sekali!" Di tempat duduk penonton, Elsa terbelalak dengan ngeri. Meskipun hanya serangan biasa, Oswyn menunjukkan kekuatan dan kecepatan yang sangat mengerikan.Saat ini, Elsa baru memahami betapa menakutkannya para pertapa. Bukan hanya basis kultivasi yang tinggi, tetapi fisik mereka juga ditempa secara ekstrem. Mereka adalah pesilat yang kuat secara eksternal dan internal. Orang seperti ini bisa melawan seseorang yang basis kultivasinya di atas mereka.Klang! Sebelum orang-orang bereaksi, pedang Oswyn telah mengenai tubuh Ozias. Hanya saja, saat Pedang Pembasmi Iblis mendarat, tubuh Ozias memancarkan cahaya putih. Mantra Acala kembali diaktifkan.Pedang Oswyn hanya menimbulkan riak di per