"Kandidat nomor 19?" Greta menatap Luther, lalu bertanya dengan heran, "Dokter Luther, kamu rasa dia bisa menang?""Kandidat nomor 5 seorang pertapa lho. Kalau bertarung dengan yang basis kultivasinya setara, bisa dibilang dia tak terkalahkan. Kalau kandidat nomor 19, dia memang Ketua Muda Sekte Yama, tapi terlalu muda. Dari segala aspek, dia nggak mungkin lawan pertapa itu," sahut Roselia.Harus diakui bahwa paras Ozias tak tertandingi. Namun, dalam aspek kekuatan, jelas Oswyn lebih hebat. Mereka tidak mengerti alasan Luther memilih Ozias dan bukan Oswyn."Aku kenal kandidat nomor 19. Jangan lihat dia lemah lembut. Nyatanya, dia sangat misterius. Aku yakin dia bisa mengalahkan pertapa itu dengan mudah," jelas Luther."Oh ya?" Greta mengangkat alis dengan terkejut. Dia tidak menyangka Luther mengenal Ozias. Dari nada bicara Luther yang santai, sepertinya dia sangat yakin dengan kemampuan Ozias."Karena Dokter Luther yakin kandidat nomor 19 bakal menang, kita bertaruh untuknya saja." Ta
Setelah wasit mengumumkan kompetisi dimulai, para penonton sontak bersemangat dan mulai mendukung jagoan mereka. Tentunya, sebagian besar mendukung Oswyn. Di satu sisi karena Oswyn hebat, di sisi lain karena iri dengan paras Ozias."Anak Muda, sebaiknya kamu mengaku kalah. Kalau sampai pertarungan dimulai, takutnya kaki dan tanganmu bakal patah," ujar Oswyn dengan santai sambil meminum araknya.Oswyn sangat meremehkan Ozias yang berusia 20-an tahun ini. Targetnya adalah mengalahkan para genius di Grup A. Para pesilat elite di Grup B hanya batu loncatan baginya."Master Oswyn, sebagai seorang pertapa, kamu nggak seharusnya kemari untuk bertarung, 'kan?" sindir Ozias sambil menggoyangkan kipasnya dan tersenyum."Memangnya ada yang salah? Pertapa tetap manusia. Manusia pasti punya hasrat dan emosi. Mana mungkin ada yang benar-benar terlepas dari duniawi.""Semua biksu yang kalian temui itu sebenarnya cuma manusia munafik. Mereka terlihat tidak peduli dengan hal-hal duniawi, tapi nyatanya
"Wah! Ganteng sekali! Ketampanannya tak tertandingi!""Ganteng dan jago bertarung! Begini baru pria idamanku!""Sayang, semangat! Sayang, kamu paling keren!"Setiap gerak gerik Ozias di atas arena membuat para penonton gempar. Para wanita terpana dengan ketampanan Ozias. Mata mereka terus berbinar-binar.Kuncinya adalah Ozias bukan pria yang hanya punya tampang. Serangannya yang berhasil menggagalkan serangan Oswyn sudah cukup untuk membuktikan kemampuannya. Bagaimana mungkin pria tampan dan berbakat seperti Ozias tidak membuat wanita jatuh hati?"Buset! Paling-paling dia cuma beruntung. Apa hebatnya? Dia cuma sok hebat!""Lihat saja penampilannya yang seperti banci. Dia jelas nggak punya kemampuan. Begitu Master Oswyn mengerahkan seluruh kekuatannya, dia pasti bakal mati!""Master Oswyn, semangat! Habisi pecundang itu!" Jika dibandingkan dengan para wanita yang tergila-gila dengan Ozias, para pria justru memaki dengan kesal. Apa gunanya tampang? Pria harus punya kekuatan. Kalau memang
Duar! Di bawah tatapan semua orang, Tapak Belas Kasih Oswyn hendak menimpa Ozias dengan kekuatan destruktif yang mencengangkan. Seiring terdengarnya suara ledakan, sebuah energi menakutkan menyapu ke berbagai arah.Para penonton diterpa angin kencang hingga kesulitan membuka mata. Sesaat kemudian, situasi kembali tenang. Pemandangan di arena di luar dugaan semua orang.Menurut mereka, Ozias sudah pasti mati karena tidak menghindari serangan Oswyn. Siapa sangka, Ozias bukan hanya tidak mati, tetapi masih berdiri di tempatnya dengan tenang. Dia tidak terluka sedikit pun, bahkan pakaiannya bersih tak berdebu.Pemandangan ini mengejutkan semua orang. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada saat-saat terakhir, juga tidak mengerti mengapa Ozias tidak mengalami cedera apa pun.Apa mungkin Oswyn menarik serangannya? Ini tidak mungkin. Daya ledak yang timbul akibat benturan tadi begitu nyata. Para penonton bisa merasakan tekanan kuat itu."Apa yang terjadi? Pecundang itu nggak mati?""Aneh seka
Pedang Oswyn sungguh cepat hingga yang bisa terlihat hanya bayangan. Berbeda dengan Teknik Lohan dan Tapak Belas Kasih, kali ini Oswyn hanya mengandalkan kekuatan fisiknya. Sungguh cepat dan kuat. Ke mana pun bilah lewat, udara seolah-olah terbelah. Namun, tidak ada deru angin yang terdengar."Cepat sekali!" Di tempat duduk penonton, Elsa terbelalak dengan ngeri. Meskipun hanya serangan biasa, Oswyn menunjukkan kekuatan dan kecepatan yang sangat mengerikan.Saat ini, Elsa baru memahami betapa menakutkannya para pertapa. Bukan hanya basis kultivasi yang tinggi, tetapi fisik mereka juga ditempa secara ekstrem. Mereka adalah pesilat yang kuat secara eksternal dan internal. Orang seperti ini bisa melawan seseorang yang basis kultivasinya di atas mereka.Klang! Sebelum orang-orang bereaksi, pedang Oswyn telah mengenai tubuh Ozias. Hanya saja, saat Pedang Pembasmi Iblis mendarat, tubuh Ozias memancarkan cahaya putih. Mantra Acala kembali diaktifkan.Pedang Oswyn hanya menimbulkan riak di per
"Eh? Kenapa Dokter Luther bisa begitu percaya diri? Apa Kak Ozias masih punya teknik lain?" tanya Greta sambil mengernyitkan alis, terlihat agak penasaran."Teknik andalan Aula Yama bukan hanya Mantra Acala. Ozias sudah berani ikut serta dalam kompetisi, nggak mungkin dia nggak punya kartu truf. Aku yakin dengan kekuatannya, dia pasti nggak akan berhenti sampai di sini saja," kata Luther dengan ekspresi tenang.Dengan penglihatannya, Luther tentu saja bisa melihat Ozias belum mengeluarkan seluruh tenaganya. Meskipun dari permukaan terlihat santai, sebenarnya Ozias menyembunyikan kemampuannya dengan baik. Untuk masuk ke tim A, sama sekali bukan masalah bagi Ozias."Kalau Dokter Luther begitu yakin, kita lihat saja kejutan apa lagi yang akan diberikan Kak Ozias," kata Greta sambil tersenyum dan tidak berbicara lebih lanjut lagi. Dia tidak meragukan penilaian Luther, dia hanya penasaran dengan kemampuan Ozias yang membuat Luther begitu yakin.Saat ini, di atas arena. Oswyn masih melanjut
Di bawah tatapan semua orang, Pedang Pembasmi Iblis milik Oswyn dan kipas milik Ozias akhirnya saling bertabrakan. Lebih tepatnya, kipas Ozias yang menusuk tepat ke pedang Oswyn.Bang!Terdengar suara ledakan saat kedua pedang saling bertabrakan dan gelombang energi yang kuat langsung menyebar ke segala arah dari titik benturan. Di sepanjang jalur yang dilewati gelombang energi itu, pasir dan debu beterbangan. Bahkan para penonton yang terlalu dekat dengan arena juga tidak bisa membuka mata mereka karena angin dan pasir yang beterbangan.Sebaliknya, kedua orang di atas arena saat ini malah langsung dalam keadaan membeku setelah terjadi benturan itu di mana kipas Ozias menekan tepat di pedang Oswyn. Yang satu menebas ke bawah dan satunya lagi menusuk ke atas, mereka berada dalam posisi saling bertahan di udara dan situasinya terlihat seimbang.Adegan ini membuat semua penonton di bawah arena tercengang."Astaga! Dia malah menahan serangan itu? Apa yang terjadi?""Serangan Master Oswyn t
"Master Oswyn memang pantas disebut sebagai pertapa. Kekuatan fisikmu luar biasa, aku sangat mengagumimu," puji Ozias sambil melihat bekas putih di dada Oswyn.Jika ahli biasa yang terkena serangan kipas Ozias, mereka pasti sudah terluka parah atau mati. Namun, Oswyn hanya mundur beberapa langkah dan tidak terluka sedikit pun. Dia mengakui kekuatan fisik seorang pertapa jauh lebih kuat daripada ahli pada tingkat yang sama."Anak muda, kamu sedang menghinaku ya?" kata Oswyn.Kata-kata pujian Ozias terdengar sangat menyakitkan di telinga Oswyn dan membuat ekspresinya langsung menjadi muram. Dia hanya menganggap Ozias sebagai mangsa, tetapi sekarang mangsanya ini malah menyerangnya dan membuatnya kehilangan muka. Oleh karena itu, hal ini membuatnya sangat marah dan saat ini sudah hampir kehilangan kendali."Master Oswyn sudah salah paham, aku benar-benar merasa kemampuan Master luar biasa. Kalau kamu bisa menembus tingkat master, kamu pasti akan naik ke puncak," kata Ozias dengan tulus.O
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam
Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te
"Hormat pada Pangeran Naim!"Melihat tamu terhormat datang, Gusdur pun tidak berlarut-larut dalam kesedihan lagi. Dia segera memimpin seluruh anggota Keluarga Paliama untuk maju dan membungkuk untuk memberi hormat pada Naim.Namun, Gusdur dan yang lainnya baru saja membungkuk sampai setengah, Naim sudah mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Orang yang wafat paling penting, nggak perlu terlalu formal."Setelah mengatakan itu, Naim mengalihkan pandangannya ke foto mendiang yang terpasang di altar dan menghela napas. "Jenderal Gema bisa meninggal di usia muda sungguh merupakan kerugian besar bagi Negara Drago. Relakanlah yang sudah tiada, yang hidup harus tetap kuat. Aku turut berdukacita."Gusdur memberi hormat dengan mata yang berkaca-kaca dan berkata, "Terima kasih atas perhatian Pangeran Naim. Adikku bisa mengalami musibah ini, seluruh anggota Keluarga Paliama sangat sedih."Naim menganggukkan kepala dan melihat sekeliling sekilas, lalu bertanya dengan perhatian, "Aku dengar Adipa
Kekacauan di Atlandia akhirnya mereda setelah Loland ditangkap. Para pejabat yang selama ini punya hubungan dekat dengannya pun langsung diperiksa satu per satu.Dalam pembersihan besar-besaran ini, lebih dari 300 pejabat Atlandia dicopot dari jabatannya. Sebagian besar ditahan dan sebagian kecil yang dosanya terlalu berat langsung dieksekusi.Setelah Huston menunjukkan kemampuannya, situasi di kalangan birokrasi Atlandia berubah drastis. Segala praktik kolusi, korupsi, dan permainan di balik layar seolah-olah tersapu bersih oleh badai besar.Rakyat mulai merasakan perbedaan nyata. Mengurus urusan di kantor pemerintahan kini jauh lebih mudah, tidak lagi dihambat atau diminta sogokan. Urusan-urusan rakyat yang sempat terbengkalai kini mulai dibereskan secara tertib oleh para pejabat baru. Berbagai bidang mengalami perbaikan signifikan.Anehnya, alih-alih ketakutan, rakyat justru menyambut gebrakan ini dengan tepuk tangan dan rasa syukur. Para "hama" yang sudah terlalu lama menggerogoti