Beranda / Romansa / Dijual Suami! / Bab 2 - Jangan Mudah Percaya

Share

Bab 2 - Jangan Mudah Percaya

Penulis: Caty Perii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Aku sudah tiba di depan! Ku beritahu padamu Javier! Aku sungguh tidak tertarik pada pelacurmu! Yang terakhir kalinya wanita itu meminta hubungan lebih padaku, dan dia bahkan mencuri barang-barangku, aku tidak peduli berapa banyak yang ia ambil, namun aku membenci kelakuannya itu!"

'Tenanglah Edward, aku menyuruhmu datang bukan untuk melihat-lihat koleksiku, meski hari ini akan ada beberapa wanita baru yang masuk ke tempatku. Tapi jika kamu sedang tidak tertarik, aku tidak akan memaksa. Aku memintamu datang untuk menemaniku minum-minum, sepertinya aku sedang patah hati karena cintaku ditolak.'

Edward mendengus geli dan mengangguk singkat, mematikan mesin mobilnya yang masih menyala.

"Baiklah, aku datang!"

Edward mematikan sambungan teleponnya dan berjalan masuk ke dalam rumah prostitusi yang dibangun sahabat baiknya ini.

Rumah mewah yang jika dilihat dari luar terlihat seperti rumah biasa dan normal pada umumnya.

Namun di dalamnya, begitu liar dan bebas.

Di lantai satu, ada pesta para pengusaha yang tengah mencari relasi atau bahkan hiburan, pesta yang diadakan setiap pekan oleh sahabatnya.

Dan di lantai dua, tempat orang-orang mencari kesenangan. Ada lift di luar yang bisa membawanya lansung ke lantai dua, namun Edward memilih untuk berjalan masuk melalui pintu depan.

Keningnya berkerut dalam, Edward dapat melihat dari kejauhan sosok wanita dengan penampilannya yang nampak berantakan mencoba kabur dari kejaran dua orang pria yang jelas Edward mengenalnya.

Keduanya adalah pekerja Javier, temannya itu yang menjemput para wanita yang bersedia bekerja padanya.

Namun yang membuat Edward bingung ialah wanita yang berlari kearahnya ini, ia tau jika wanita ini adalah salah satu pelacur di tempat ini.

Dan tentu, pelacur di sini akan mendapat bayaran besar, mengingat siapa pemilik tempat ini, namun mengapa harus kabur ketika wanita ini akan mendapat banyak pelanggan, kepuasan, serta kekayaan?

Tubuh Edward ditabrak oleh wanita yang tadi ia amati, melihat ketakutan dalam ekspresi wanita itu membuat sesuatu dalam tubuhnya bergejolak menginginkan wanita yang memiliki tatapan menyorot sedih dan takut itu.

"Kamu mau aku selamatkan?" tanya Edward pada Maura dari balik bahunya. Dan melihat anggukan cepat itu membuat bibir Edward tersungging lebar.

Sisi liarnya menginginkan Maura di atas ranjangnya.

Edward memang akan menolongnya terbebas dari rumah pelacuran ini, namun Edward tak menjamin keselamatan Maura di dalam kediaman pribadinya.

"Tolong saya Tuan, saya benar-benar mau pergi dari tempat ini!!"

Edward mengangguk, ia membalikan tubuhnya menghadap Maura yang telah menangis.

"Wanita cantik sepertimu jangan menangis, ikutlah denganku aku akan membebaskanmu dari rumah terkutuk ini"

Maura mengangkat pandang tak percaya pada Edward, Laki-laki yang belum ia kenal namun mau berniat baik menolongnya.

"Benarkah? Terimakasih banyak Tuan, saya harus membalas apa untuk ini?" Bisiknya penuh haru pada Edward yang mengamati bibir merah ranum Maura saat berbicara.

"Pak Edward, kami-"

"Aku yang akan membawa wanita ini pada Javier, kalian pergi saja!" Edward berbicara pada dua pria yang tadi mengejar Maura.

Kedua pria itu mengangguk singkat, sebelum keduanya pergi, tatapan mereka menghunus tajam pada Maura, sebelum kemudian hilang di tengah keramaian orang-orang yang tengah berpesta di dalam.

"Siapa namamu?"

Pandangan Edward kembali pada Maura yang tengah menghapus sisa air matanya.

"Maura, Maura Rosa."

"Maura Rosa," Edward mengulang nama wanita itu dari bibirnya yang kemudian tersenyum tipis.

"Ayo, ikut aku dulu."

Maura awalnya terlihat ragu, namun melihat tatapan Edward yang terlihat tulus dan meyakinkan serta meneduhkan, ia berakhir untuk percaya pada Edward yang mungkin benar-benar bisa menolongnya terbebas dari tempat terkutuk ini.

Tangan kecil Maura digenggam hangat oleh tangan jantan Edward, pandangan Maura tak bisa berhenti menjelajahi tangan berotot Edward yang membuatnya terus menelan saliva karena berpikir macam-macam tentang Edward.

Bahkan Maura membandingkan tubuh Edward yang terlihat indah dengan suami brengseknya yang telah menjualnya ke tempat ini.

Deri yang dulu memiliki tubuh gagah dan tegap saat meminangnya kini telah berubah. Semua otot itu menghilang diganti dengan beberapa lipatan lemak di tubuh suaminya.

Deri yang sekarang bertubuh gempal dan tak lagi memperhatikan bentuk tubuhnya di saat sudah menikah dan mendapatkannya.

Namun Maura tetap bertahan karena mencintai suaminya, meski sering kali mereka bertengkar dan berbeda argumen, namun Deri masih menjadi suami yang bertanggung jawab untuknya.

Tapi tidak untuk dua tahun terakhir ini. Pria itu terus saja menghabiskan uang untuk hal tidak penting dan puncaknya, Deri dengan tega menjualnya ke rumah bordil bahkan tanpa Maura tau.

Jika setelah ini Maura bebas, Maura akan pergi ke kampung halamannya, dia akan bersimpuh di kaki kedua orangtuanya dan meminta maaf serta tak mau kembali pada Deri yang sudah tega menjualnya.

"Hei, apa yang kamu lakukan? Kita sudah sampai."

Maura tersadar saat pria yang menggandeng tangannya itu tiba di sebuah pintu kayu di depannya.

Maura meringis pelan dan meminta maaf "maaf, banyak sekali pikiran di otak saya Tuan."

Edward masih memberikan senyum manisnya, sebelum pria itu membuka pintu di hadapannya, tangan yang menggenggam tangan Maura nampak menggenggam erat membuat Maura sedikit meringis.

Kemudian Edward membawanya masuk, di dalam ruangan ada seorang pria yang tak terlalu tua duduk di atas kursi kerjanya dengan diapit dua wanita berpakaian seksi.

"Edward!! Akhirnya kamu datang!" sambut si pria yang duduk di kursinya membentangkan tangan dan tersenyum senang melihat kedatangan temannya itu.

"Kamu tak terlihat patah hati Javier!" Sinis Edward pada temannya itu yang masih asik bercumbu, padahal sudah ada dia di depannya.

"Obat patah hati terbaik adalah bermain dengan wanita Edward, baiklah kalian berdua boleh pergi dulu, aku mau bicara dengan temanku!" Javier berbicara pada dua wanita yang nampak sedih karena diusir oleh pria itu.

"Jangan sedih sayang, nanti kita main lagi," Dan drama itu diakhiri dengan ciuman panjang di sepasang bibir merah menyala kedua wanita penggoda yang kemudian pergi dari ruangan Javier, meski saat pergi keduanya terang-terangan menggoda Edward yang menatap keduanya datar dan tak berminat.

Bagaimana mau minat, jika di genggamannya ada Maura, wanita yang membuatnya penasaran hanya dari melihatnya selintas.

"Kemari Edward temani aku minum dan hibur aku- tunggu siapa di belakangmu itu?" Javier baru menyadari jika Edward tak datang sendiri, ada sosok wanita bertubuh mungil yang bersembunyi di balik tubuh Edward yang tinggi besar.

Edward menarik tangan Maura dan wanita yang tadinya tak mau bertemu dengan Javier yang ia pikir bos di tempat ini dan kemudian ia tak bisa pergi dengan Edward yang menolongnya pun terpaksa menampilkan dirinya di depan Javier yang mengamati lekat tubuhnya.

"Astaga! Kenapa kamu bisa bersama wanita ini! Dia salah satu koleksi baruku yang datang hari ini!" Javier mendesah geli dan tertawa pada raut Maura yang ketakutan dan bagaimana wajah wanita itu tertunduk dalam.

"Kamu tau alasan wanita ini datang ke tempatku, Edward? Sungguh alasan yang begitu menarik sampai membuatku tertawa karenanya!"

Maura menatap Javier tajam, pria itu seperti mengoloknya, dan saat tatapannya bertemu, Javier nampak menatap ia dengan remeh dan memandang rendah tubuhnya, membuat Maura ketakutan.

"Apa?" Tanya Edward nampak tertarik, kedua mata pria itu tak bisa lepas dari sosok Maura yang begitu terlihat ketakutan dari reaksi tubuhnya dan itu membuat Edward makin menginginkan Maura untuknya.

"Suaminya bangkrut, laki-laki miskin itu mendatangiku dan memohon untuk dapat pinjaman uang yang begitu banyak padaku. Aku tidak bisa memberikannya begitu saja, dan dia tiba-tiba menyodorkan istrinya untuk ditukar dengan uang."

Tubuh Maura bergetar mendengarnya, ada perasaan marah, jijik, dan terhina di hatinya terlebih mendengar tawa Javier yang meledek membuat ia ingin menangis karena marah.

"Tapi, tentu sebelum aku menjualnya pada pelangganku, aku harus mencicipnya terlebih dahulu. Dia harus bisa memuaskan para pelangganku. Terimakasih kamu mau repot membawanya padaku Edward, padahal aku tau kamu begitu sibuk dan bahkan tak pernah mau mencampuri urusan para pelacurku!"

Kedua mata Maura menatap nanar pada Javier yang keluar dari mejanya dan berjalan pelan ke arahnya.

Namun Edward kembali menariknya ke belakang tubuhnya, membuat Maura merasa aman karena Edward seperti melindunginya.

Maura merasa, apakah Edward adalah sosok malaikat pelindung yang diturunkan untuk menyelamatkannya?

"Edward? Apa yang kamu lakukan?"

"Aku mau dia!"

Javier mengerutkan kedua alisnya tak percaya "Kamu serius? Lihatlah lagi Edward, wajahnya tidak secantik para pelacur kelas atas di sini, bahkan tubuhnya tidak seindah beberapa pelacur di sini, apa kamu tetap mau mengambilnya? Ada apa denganmu?"

Edward mengangguk "ya! Karena wanita ini bilang, dia ingin bebas dari rumah bordil ini!"

Maura menatap punggung Edward dengan kedua mata berkaca-kaca. Ia sungguh terharu karena Edward benar-benar mau menolongnya.

Javier mendengus geli dan menganggukan kepalanya "jika kamu sudah memilih, baiklah! Lagipula aku yakin, kamu akan lansung membuangnya setelah mencobanya."

Ucapan Javier itu mengganggu Maura, apa maksudnya itu? 

Dan perasaan Maura mendadak buruk saat Edward menoleh padanya dengan senyum manisnya yang begitu tulus terlihat.

"Karena dari itu aku sangat penasaran padanya. Maura sayang, malam ini kamu akan ikut ke tempatku!"

Jantung Maura seperti terlepas dari tempatnya, apa maksudnya ini?! Mengapa raut wajah Edward berubah? Ia pikir pria itu mau menolongnya!

"Kamu bilang mau menolongku?! Apa maksudnya ini?!" Cerca Maura ketakutan dan memundurkan langkahnya.

"Secara teknis aku memang menolongmu bebas dari rumah pelacuran ini Maura, tapi satu yang harus kamu tau. Tidak ada kebaikan yang gratis di dunia ini!"

Maura sungguh terkejut, wajahnya pucat pasi. Seharusnya dia tau sejak awal, tidak boleh terlalu percaya pada orang asing yang berkata akan menolongnya dengan cuma-cuma.

Bab terkait

  • Dijual Suami!    Bab 3 - Malam Berdarah

    "Kamu berbohong, kamu menipu aku?" napas Maura perlahan menjadi sesak, Maura memundurkan perlahan langkahnya, wajahnya berubah pucat. "Tidak, aku tidak menipu kamu." jawab Edward dengan sangat santainya mengikuti pergerakan Maura yang berusaha menjauh dari sosok Edward. Sosok yang ia pikir akan menyelamatkannya, dan bahkan Maura bisa tertipu dari raut wajah dan perlakuan Edward yang terlihat tulus mau membantunya, namun kini melihat aura dominan dan kejam yang terpancar dari sosok pria di depannya membuat nyali Maura ciut seketika. "Aku memang akan mengeluarkanmu dari rumah ini bukan?" ujar Edward merasa tak salah dengan kalimat yang dia katakan pada Maura, salahkan saja Maura yang sudah salah paham dengan maksud kalimatnya. Maura menggelengkan kepalanya pelan, kedua matanya berkaca-kaca penuh ketakutan saat langkah Edward makin dekat dengannya, sedangkan di belakang tubuh pria itu, sosok laki-laki bernama Javier nampak tertawa senang melihat intimidasi yang Edward lakukan padanya

  • Dijual Suami!    Bab 4 - Tinggal Bersama

    Maura mengerjapkan kedua matanya pelan, ia seolah bermimpi buruk. Mimpi yang terasa begitu nyata. Namun kini Maura terbangun, perasaannya mengatakan bahwa dia baik-baik saja, dia tidak mengalami seperti apa yang terjadi dalam mimpinya. Dia masih ada di rumah, masih terbaring di ranjangnya, dengan Deri suaminya yang terlelap tidur di sampingnya. Semua terasa melegakan bagi Maura jika saja suara Edward yang tengah bertelepon tak mengacau mimpi indahnya. Membuka mata cepat, Kedua mata Maura lantas berkaca. Apa yang tadi ia pikir mimpi merupakan kenyataan yang kini sedang terjadi. Ia bisa mendengar jelas suara Edward yang tengah bertelepon di belakangnya, menambah keyakinan bahwa yang ia alami memang bukanlah mimpi. "Tentang wanita ini, aku menyukainya. Aku akan mengambilnya Javier!" Tubuh Maura bergetar, kesadarannya telah terkumpul dengan sempurna. rasa panas itu menyerbu kedua matanya. Tubuh telanjang Maura yang hanya dibalut selimut hotel itu perlahan mencoba bangun, i

  • Dijual Suami!    Bab 5 - Permohonan Kecil

    Sudah lebih dari satu minggu Maura tinggal di kediaman Edward, menjadi seorang pemuas nafsu bagi pria itu. Meski begitu, Edward membebaskannya, bahkan pintu apartemen pria itu tak dikunci membuatnya sangat mudah untuk melarikan diri. Namun Maura tidak melakukan hal tersebut, kenapa? "Aku tidak pernah mengunci pintu itu, aku membebaskanmu pergi kemanapun, bahkan kabur, jika pengawal yang sudah ku pekerjakan untuk mengawasimu menemukanmu dalam pelarianmu, maka bersiaplah kamu akan diantarnya ke rumah bordil itu. Selagi kamu ingin keluar dan mengatakan tujuanmu padanya, dia akan mengantarkanmu," Itu adalah kalimat yang Edward katakan padanya sebelum pria itu bekerja. Dan tentu saja ucapan Edward tak bisa Maura sepelekan. Ia tak berani menentangnya jika Edward bersungguh-sungguh dalam kalimatnya. Setidaknya Edward masih berbaik hati memberikannya kebebasan, Maura jadi lebih sering keluar meski hanya sebatas ke taman yang berada di belakang gedung apartemen Edward. Seperti saat

  • Dijual Suami!    Bab 6 - Pertemuan tak diduga

    Edward merasa kepalanya berdenyut pusing, sudah hampir lima hari ia belum pulang ke rumah karena selalu sibuk berpergian untuk membahas kerjasama dan pekerjaan yang tiada habisnya. Padahal tubuhnya sudah merindukan kulit lembut Maura, dan bagaimana janji wanita itu yang akan memasak makan malam untuknya dengan bertelanjang dan hanya ditutup kain apron. Padahal Edward menantikannya, namun ia harus terjebak di kantor karena urusan pekerjaan yang tiada usainya ini. "Pak Ed, baru saja Bu Emily menelepon bahwa beliau akan datang kemari," Edward mengangkat kepalanya dari tulisan-tulisan dokumen yang ada di mejanya pada Alfa, sekertarisnya itu yang mengabari kabar yang sungguh tak mengenakan untuknya. Emily Mamahnya, namun bukan karena kehadiran wanita itu yang membuat perasaan Edward merasa tak enak, melainkan tujuan wanita itu yang datang pasti akan membahas perihal jodoh. "Terimakasih Alfa," ujar Edward pada sang sekertaris yang mengangguk dan kembali keluar dari ruangannya. Edw

  • Dijual Suami!    Bab 7 - Ajakan Edward

    Edward pulang ke apartemen, kepalanya sudah tak berdenyut sakit, namun kini ia merasa bahwa tubuhnya mulai melemah. Edward ingin tidur sebentar untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Ketika tangannya ingin membuka pintu apartemennya, dering ponsel berbunyi di kantung jasnya dan membuat ia mendesah pelan sebelum mengangkat panggilan tersebut. 'Ed, aku sudah melakukan apa yang kamu pinta, tapi aku penasaran mengapa kamu melakukan sampai sejauh ini? Apa yang sudah wanita itu katakan sampai kamu mau repot menolong suaminya yang tukang judi itu?' Bibir Edward tertarik membentuk senyum miring, "ada tawaran yang tidak bisa aku tolak. Kamu sudah selesai mengurusnya?" tanya Edward pada Javier, temannya yang menghubunginya itu. 'Ya, orang suruhanku telah mengurusnya, pria itu dijaga ketat oleh rentenir karena ditakutkan kabur. Bahkan orang-orangku dilarang untuk bertemu, namun mereka lansung setuju saat orang suruhanku ingin melunasi seluruh hutang suami dari wanita yang kini terbaring lemah

  • Dijual Suami!    Bab 8 - Melepas Batas

    Dengan kedua bibir yang saling tertaut, Edward menggendong Maura naik ke kamar wanita itu. erangan dan desah tertahan Maura mampu mengacaukan pikiran normal Edward. Dengan perlahan dan sangat lembut, Edward membaringkan tubuh Maura ke atas ranjang, melepaskan tautan bibir mereka, kedua mata mereka saling pandang bahkan napasnya pun sama memburu, seolah gairah mereka tengah berlomba untuk keluar. Wajah Edward turun, namun belum bibirnya menyentuh kulit leher Maura, tangan wanita itu terangkat dan menahan dada bidang Edward mencipta tatapan bertanya serta tak suka Edward pada Maura. "Berjanjilah setelah ini kamu tidak akan membuangku ke rumah bordil itu," pinta Maura dengan kedua mata yang menunjukan sorot permohonan dan tatapan takut pada Edward. Bibir pria itu tertarik membentuk senyum miring yang memang bertujuan untuk menggoda Maura. "Kalau begitu lakukan tugasmu sebagai pemuasku dengan baik!" ujar Edward yang kemudian meletakkan tangan Maura ke kerah kemejanya. "Buka pakaianku

  • Dijual Suami!    Bab 9 - Calon Jodoh

    Jika dulu jam pulang adalah hal yang tidak pernah Edward nantikan datangnya, namun beberapa hari ini dia yang justru menantikan jam pulang tiba. Dulu tak ada siapapun yang menyambutnya saat dia pulang ke rumah, namun sekarang setiap dia pulang dari kantor, ada Maura yang sudah menunggunya dengan hidangan buatan wanita itu yang tak pernah bosan Edward puji karena rasanya yang sangat cocok di lidahnya. Semenjak Maura melepas batas di antara mereka, wanita itu tak hanya berperan sebagai seorang pelacur yang Edward beli dari rumah bordil. Namun juga berperan seolah wanita itu adalah pelayan pribadinya, yang mengurus semua tentang penthousenya. Lebih tepatnya, Maura sudah seperti istrinya sendiri, yang selalu siap sedia kala ia butuh sosok wanita itu di atas ranjangnya, dan akan melayaninya ketika dia lapar dan juga Maura sudah lebih nyaman ketika Edward ajak bicara. Edward sendiri juga tak pernah pulang terlambat lagi, setiap kali sudah memasuki jam pulang kantor, dirinya pasti akan p

  • Dijual Suami!    Bab 10 - Perjodohan

    "Kamu kenal anak ini, Edward, dulu dia satu sekolah denganmu," ujar Emily menunjukan sebuah foto di ponselnya pada Edward. Pria yang duduk di dekat Mamahnya itu ikut melihat ke dalam ponsel Emily, melihat sosok wanita yang terlihat seperti tengah mengikuti ajang kecantikan dunia. Edward mengakui jika wanita di foto tersebut memang cantik, namun karena banyaknya wanita cantik yang sering hadir di hidupnya, ia merasa hambar melihatnya. "Namanya Gisella, apa kamu ingat?" tanya Emily dengan kedua mata berbinar padanya. Edward mengerutkan alisnya bingung, sejak ia masuk SMP dan SMA sudah banyak sekali wanita yang menempelinya, dan jelas ia tidak ingat semua nama serta rupanya, karena bukan wanita dari kelasnya saja namun dari kelas lain juga. "Entahlah, tidak sepertinya," jawab Edward seadanya membuat Emily mendesahkan napasnya lelah. "Ck! Tapi dia cantik 'kan, Ed? Kamu suka 'kan? Kamu terima dia untuk jadi istri kamu 'kan?" berondong Emily pada Edward yang dijawab dengusan geli ole

Bab terbaru

  • Dijual Suami!    Bab 13 - Menebus Rasa Bersalah II

    Setelah sarapan yang merangkap makan siang di sebuah hotel berbintang nan mewah, rupanya perjalanan Edward yang membawa Maura belum juga usai. Pria itu masih merasakan perasaan bersalah pada Maura atas kata-kata yang ia lontarkan malam tadi. "Lalu sekarang kita mau kemana?" tanya Maura mengikuti Edward yang berjalan di depannya. Edward menghentikan langkah kakinya, pria itu berbalik pada Maura "kamu pernah bilang, semua gaun yang aku beri membuat kamu tidak nyaman saat memakainya, bukan?" tanya Edward yang diangguki pelan oleh Maura. "Bukan begitu, tapi jika hanya untuk di rumah, aku biasa memakai kaus dan celana, itu lebih nyaman," ucapnya cepat, karena Maura tidak mau Edwad salah paham dan menganggap ia tidak senang dengan semua pemberian Edward. Bibir Edward menyeringai, "tapi bukankah tak memakai apapun lebih nyaman?" bisiknya di dekat telinga Maura yang berhasil mencipta rona merah di pipinya. "Ayo, hari ini aku akan membelikan seluruh baju yang kamu inginkan, barang, atau

  • Dijual Suami!    Bab 12 - Menebus Rasa Bersalah I

    Emily tak henti melirik ke arah pintu masuk restoran, sungguh dirinya gelisah karena sosok yang ditunggu tak kunjung datang, sementara sebentar lagi kedua orangtua Gisel dan wanita itu akan tiba."Edward! Dimana anak itu?!" desahnya lelah, yang kemudian kembali ia ambil ponselnya untuk menghubungi putranya itu.Padahal sudah banyak pesan dan panggilan masuk yang Emily lakukan pada ponsel putranya, tapi tak ada satu dari semua pesan itu yang Edward jawab dan balas.Emily khawatir jika Edward tidak datang ke pertemuan ini.Sampai akhirnya Edward masih belum datang padahal Gisella dan kedua orangtua wanita itu sudah lebih dulu datang ke pertemuan mereka yang direncanakan secara mendadak.Emily mencoba memasang wajah baik-baik saja dan tidak terlihat gelisah karena Edward tak kunjung datang ke pertemuan ini."Tante, Edwardnya mana?" Tanya itu dilayangkan Gisel pada Emily saat wanita muda itu tak menemukan sosok Edward di sekitarnya."Maaf ya Gisel, sepertinya Edward akan datang terlambat,

  • Dijual Suami!    Bab 11 - Berdebat

    "Menurutmu bagaimana kehidupan setelah menikah?" tanya Edward pada Maura, di mana tangan pria itu bergerak abstrak di atas perut telanjang Maura.Maura yang mendengar itu lansung membuka lebar kedua matanya, untunglah dia membelakangi Edward, jadi pria itu tak bisa melihat ekspresi terkejutnya."Kenapa tanya begitu?" tanya Maura yang tak menjawab tanya Edward barusan namun justru melempar tanya kembali."Aku hanya penasaran, bagaimana rasanya menikah itu?" ujar Edward lagi, kemudian mendekap erat tubuh Maura di depannya yang membelakanginya.Maura meringis pelan "jika kamu menikah dengan orang yang kamu cinta kamu pasti akan bahagia ..." jeda sejenak, kedua matanya seolah menerawang ke depan "tidak, tidak aku salah, tidak menjamin bahagia jika hanya menikah dengan orang yang kamu cinta, tapi dengan orang yang tepat" lirihnya pelan, membicarakan ini jelas membuat Maura kembali teringat Deri, sang suami yang entah sedang melakukan apa sekarang, bahagiakah dengan uang yang dia punya?Den

  • Dijual Suami!    Bab 10 - Perjodohan

    "Kamu kenal anak ini, Edward, dulu dia satu sekolah denganmu," ujar Emily menunjukan sebuah foto di ponselnya pada Edward. Pria yang duduk di dekat Mamahnya itu ikut melihat ke dalam ponsel Emily, melihat sosok wanita yang terlihat seperti tengah mengikuti ajang kecantikan dunia. Edward mengakui jika wanita di foto tersebut memang cantik, namun karena banyaknya wanita cantik yang sering hadir di hidupnya, ia merasa hambar melihatnya. "Namanya Gisella, apa kamu ingat?" tanya Emily dengan kedua mata berbinar padanya. Edward mengerutkan alisnya bingung, sejak ia masuk SMP dan SMA sudah banyak sekali wanita yang menempelinya, dan jelas ia tidak ingat semua nama serta rupanya, karena bukan wanita dari kelasnya saja namun dari kelas lain juga. "Entahlah, tidak sepertinya," jawab Edward seadanya membuat Emily mendesahkan napasnya lelah. "Ck! Tapi dia cantik 'kan, Ed? Kamu suka 'kan? Kamu terima dia untuk jadi istri kamu 'kan?" berondong Emily pada Edward yang dijawab dengusan geli ole

  • Dijual Suami!    Bab 9 - Calon Jodoh

    Jika dulu jam pulang adalah hal yang tidak pernah Edward nantikan datangnya, namun beberapa hari ini dia yang justru menantikan jam pulang tiba. Dulu tak ada siapapun yang menyambutnya saat dia pulang ke rumah, namun sekarang setiap dia pulang dari kantor, ada Maura yang sudah menunggunya dengan hidangan buatan wanita itu yang tak pernah bosan Edward puji karena rasanya yang sangat cocok di lidahnya. Semenjak Maura melepas batas di antara mereka, wanita itu tak hanya berperan sebagai seorang pelacur yang Edward beli dari rumah bordil. Namun juga berperan seolah wanita itu adalah pelayan pribadinya, yang mengurus semua tentang penthousenya. Lebih tepatnya, Maura sudah seperti istrinya sendiri, yang selalu siap sedia kala ia butuh sosok wanita itu di atas ranjangnya, dan akan melayaninya ketika dia lapar dan juga Maura sudah lebih nyaman ketika Edward ajak bicara. Edward sendiri juga tak pernah pulang terlambat lagi, setiap kali sudah memasuki jam pulang kantor, dirinya pasti akan p

  • Dijual Suami!    Bab 8 - Melepas Batas

    Dengan kedua bibir yang saling tertaut, Edward menggendong Maura naik ke kamar wanita itu. erangan dan desah tertahan Maura mampu mengacaukan pikiran normal Edward. Dengan perlahan dan sangat lembut, Edward membaringkan tubuh Maura ke atas ranjang, melepaskan tautan bibir mereka, kedua mata mereka saling pandang bahkan napasnya pun sama memburu, seolah gairah mereka tengah berlomba untuk keluar. Wajah Edward turun, namun belum bibirnya menyentuh kulit leher Maura, tangan wanita itu terangkat dan menahan dada bidang Edward mencipta tatapan bertanya serta tak suka Edward pada Maura. "Berjanjilah setelah ini kamu tidak akan membuangku ke rumah bordil itu," pinta Maura dengan kedua mata yang menunjukan sorot permohonan dan tatapan takut pada Edward. Bibir pria itu tertarik membentuk senyum miring yang memang bertujuan untuk menggoda Maura. "Kalau begitu lakukan tugasmu sebagai pemuasku dengan baik!" ujar Edward yang kemudian meletakkan tangan Maura ke kerah kemejanya. "Buka pakaianku

  • Dijual Suami!    Bab 7 - Ajakan Edward

    Edward pulang ke apartemen, kepalanya sudah tak berdenyut sakit, namun kini ia merasa bahwa tubuhnya mulai melemah. Edward ingin tidur sebentar untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Ketika tangannya ingin membuka pintu apartemennya, dering ponsel berbunyi di kantung jasnya dan membuat ia mendesah pelan sebelum mengangkat panggilan tersebut. 'Ed, aku sudah melakukan apa yang kamu pinta, tapi aku penasaran mengapa kamu melakukan sampai sejauh ini? Apa yang sudah wanita itu katakan sampai kamu mau repot menolong suaminya yang tukang judi itu?' Bibir Edward tertarik membentuk senyum miring, "ada tawaran yang tidak bisa aku tolak. Kamu sudah selesai mengurusnya?" tanya Edward pada Javier, temannya yang menghubunginya itu. 'Ya, orang suruhanku telah mengurusnya, pria itu dijaga ketat oleh rentenir karena ditakutkan kabur. Bahkan orang-orangku dilarang untuk bertemu, namun mereka lansung setuju saat orang suruhanku ingin melunasi seluruh hutang suami dari wanita yang kini terbaring lemah

  • Dijual Suami!    Bab 6 - Pertemuan tak diduga

    Edward merasa kepalanya berdenyut pusing, sudah hampir lima hari ia belum pulang ke rumah karena selalu sibuk berpergian untuk membahas kerjasama dan pekerjaan yang tiada habisnya. Padahal tubuhnya sudah merindukan kulit lembut Maura, dan bagaimana janji wanita itu yang akan memasak makan malam untuknya dengan bertelanjang dan hanya ditutup kain apron. Padahal Edward menantikannya, namun ia harus terjebak di kantor karena urusan pekerjaan yang tiada usainya ini. "Pak Ed, baru saja Bu Emily menelepon bahwa beliau akan datang kemari," Edward mengangkat kepalanya dari tulisan-tulisan dokumen yang ada di mejanya pada Alfa, sekertarisnya itu yang mengabari kabar yang sungguh tak mengenakan untuknya. Emily Mamahnya, namun bukan karena kehadiran wanita itu yang membuat perasaan Edward merasa tak enak, melainkan tujuan wanita itu yang datang pasti akan membahas perihal jodoh. "Terimakasih Alfa," ujar Edward pada sang sekertaris yang mengangguk dan kembali keluar dari ruangannya. Edw

  • Dijual Suami!    Bab 5 - Permohonan Kecil

    Sudah lebih dari satu minggu Maura tinggal di kediaman Edward, menjadi seorang pemuas nafsu bagi pria itu. Meski begitu, Edward membebaskannya, bahkan pintu apartemen pria itu tak dikunci membuatnya sangat mudah untuk melarikan diri. Namun Maura tidak melakukan hal tersebut, kenapa? "Aku tidak pernah mengunci pintu itu, aku membebaskanmu pergi kemanapun, bahkan kabur, jika pengawal yang sudah ku pekerjakan untuk mengawasimu menemukanmu dalam pelarianmu, maka bersiaplah kamu akan diantarnya ke rumah bordil itu. Selagi kamu ingin keluar dan mengatakan tujuanmu padanya, dia akan mengantarkanmu," Itu adalah kalimat yang Edward katakan padanya sebelum pria itu bekerja. Dan tentu saja ucapan Edward tak bisa Maura sepelekan. Ia tak berani menentangnya jika Edward bersungguh-sungguh dalam kalimatnya. Setidaknya Edward masih berbaik hati memberikannya kebebasan, Maura jadi lebih sering keluar meski hanya sebatas ke taman yang berada di belakang gedung apartemen Edward. Seperti saat

DMCA.com Protection Status