Eva baru saja masuk ke dalam apartemennya, berdesakan dengan seorang pria. Tampan dengan tubuh seksi. Eva bukan perempuan yang betah dengan satu pria. Apalagi ketika David akhir-akhir ini mulai sulit diajak bertemu.Pilihan apa yang dia punya selain mencari lelaki lain untuk memuaskannya. "Umhh, kau tidak kalah dibanding kakakmu," racau Eva membiarkan sang pria bermain di dadanya.Masih bersandar di pintu sepertinya mereka sudah tidak sabar untuk melampiaskan gairah masing-masing. Eva menarik si lelaki untuk dia ajak berciuman kembali. Sepertinya bibir seksi lelaki itu membuat Eva kecanduan.Sementara bibir mereka saling beradu, tangan keduanya juga tengah berlomba melepas pakaian masing-masing. Pria itu menggeram sembari membelit lidah Eva, saat tangan Eva menemukan juniornya.Eva merapatkan pinggulnya yang cuma tertutup panty tipis berenda, menggesekkannya dengan milik pria di hadapannya. Seolah tahu apa yang Eva inginkan, pria itu langsung menurunkan penghalang terakhir di tubuh Ev
Duar! Bak kembang api oh salah, bom atom yang meledak tiba-tiba. Seperti itulah efek kejutnya bagi Rafael ketika sang istri mengutarakan perceraian padanya. Sumpah demi apapun, Rafael tak pernah berpikir untuk bercerai. Tapi kata itu justru terlontar dari bibir sang istri."Katakan apa sebabnya kamu minta pisah dariku. Apa aku pernah selingkuh?""Sampai sekarang belum terbukti," lirih Nadine."Kau mencurigaiku selingkuh?" tanya Rafael menggebu-gebu."Tidak juga," balas Nadine nyaris tanpa suara.Perempuan itu sejak tadi tertunduk, tidak berani menatap wajah Rafael yang Nadine tahu sedang menahan emosi."Apa nafkahku kurang? Baik lahir mau pun batin? Apa aku pernah KDRT kecuali di luar ranjang?"Plak! Nadine mengeplak dada Rafael yang cuma tertutup kaos oblong yang biasanya sebentar lagi akan dia buang ke lantai. Rafael memang suka sedikit brutal saat bercinta tapi itu bukan masalah.Nadine menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Rafael. Hal itu ganti membuat pria itu frustrasi. Oh,
"Ma, tolong jangan mempersulit posisi Rafael. Mama dan Nadine dua wanita yang takarannya, kedudukannya harus seimbang. Jangan suruh Rafael memilih, sebab Mama tahu pasti jawabannya."Paramita melipat tangan di depan dada, ingin protes tapi yang dikatakan sang putra sangat benar. "Mama gak pernah bicara begitu sama istrimu," ketus Paramita menanggapi."Nadine juga tidak bilang Mama begitu. Cuma aku pikir dia dengar kalian bahas masalah ini."Paramita seketika terkesiap. "Dua hari lalu, kami memang bahas itu saat sarapan, setelah saham kita anjlok. Kami tidak tahu kalian pulang.""Pantas dia balik kamar gak bawa makanan. Please, Ma. Biarkan kami menjalani pernikahan kami tanpa tekanan kiri kanan. Mama lupa, dia doang yang terima Rafael waktu cosplay jadi kere.""Awalnya dia benci juga sama kamu," potong Paramita judes."Siapa juga yang tidak benci sama Rafael. Tiba-tiba muncul, menghancurkan hubungan dia dan David.""Kan David yang mulai.""Kita awalnya tidak tahu."Ibu dan anak saling
Pinggang Nadine ditangkap, detik setelahnya dia sudah berada di pundak si pria yang langsung melemparnya ke kursi mobil. Nadine beringsut mundur, sangat ketakutan melihat lelaki yang menculiknya."Ampun! Ampun! Jangan culik saya! Saya tidak punya uang!" mohon Nadine penuh ketakutan.Ini kali kedua Nadine mengalami penculikan meski yang pertama dia dibuat tidak sadar, maka kali ini dia jelas panik. Dia melihat pria yang membawanya mengemudikan mobil meninggalkan stasiun."An-Anda mau apa? Mau dibawa ke mana saya?" tanya Nadine dengan bibir bergetar. Tubuhnya gemetaran. Inikah balasan karena dia nyolong pergi tanpa izin dari suaminya. Nadine makin parno saja, apalagi ketika mobil yang dia tumpangi mulai masuk ke perumahan mewah macam Blue Paradise. Hingga kendaraan itu berhenti di depan sebuah bangunan dengan dua orang sigap membuka pintu ganda rumah tersebut."Tolong, jangan apa-apakan saya. Saya cuma orang biasa." Nadine menolak diajak turun. Sementara pria bermasker yang membawanya
Rafael meninju udara kosong saat dia dan yang lainnya mendapati rumah yang mereka datangi kosong. "Dia tahu kalau kita akan datang," kata lelaki itu penuh emosi."Siapa dia ini sebenarnya?" Gumam Rion kepo. Sandy pun sama. Hanya Roni yang langsung bergerak memeriksa tiap sudut rumah tersebut."Beneran tidak ada jejak atau petunjuk apapun." Roni memberi laporan."Apa sih yang dia inginkan. Mencuri saham David lalu menjualnya, dia jelas punya motif. Entah itu pada David atau pada keluarga kita," Rion bertanya sendiri, sekaligus memberikan opininya."Kalau motif pribadi, aku yakin banyak orang ingin menghabisi orang itu. Tahu sendiri dia itu sebrengsek apa. Banyak orang pasti sakit hati karena ulahnya," Sandy menambahkan.Keempatnya saling pandang untuk kemudian berjalan keluar dari rumah itu. Di saat bersamaan Rafael menerima telepon dari seorang penjaga rumahnya."Kan, apa aku bilang. Mode bocilnya susah di atur. Dia pasti kabur lagi," gerutu Rafael sebelum menjawab panggilan.Namun ap
Sepanjang hari Nadine dikurung di dalam rumah, tidak diizinkan keluar walau hanya ke halaman. Wanita itu jelas merasa bosan, sekaligus emosi. Ingin marah tapi dia tidak bisa begitu saja melampiaskan amarahnya.Rafael juga tidak menampakkan batang hidungnya, sejak Nadine bangun sampai makan siang menjelang. Siapa yang tidak kesal dibuatnya. Ditambah kiriman foto yang Nadine terima tadi pagi."Awas saja! Kalau benar ...."Inginnya marah, tapi yang terjadi justru air mata yang mengalir. Dia sedih, mengingat foto itu menampilkan kebahagian layaknya ayah dan anak."Kalau Rafael sudah punya anak, kenapa juga dia mau nikah sama aku, kenapa juga dia kekeuh gak mau pisah kalau aku susah punya anak."Racau Nadine dengan bulir bening meleleh di pipi. Emosi perempuan itu memang memburuk sejak pagi. Di tambah dia cuma dikurung di dalam rumah."Gak adil, dia enak-enakan piknik, tapi aku dipenjara di sini!"Nadine berjalan keluar ruangan, terus menuju halaman, mendorong jauh tubuh dua penjaga yang s
Kesalahpahaman, ketidakjujuran, tidak terbuka satu sama lain. Semua bisa jadi faktor pemicu sebuah rumah tangga berada dalam pertikaian. Apalagi jika diiringi ketidakpekaan. Biasanya suami yang cenderung mempunyai sisi tidak peka ini.Sang pria berpikir tidak masalah tidak jujur ke istri, bukan perkara besar ketika dia tidak menjelaskan soal apa yang telah dia kerjakan hingga membuat sang istri berpikir negatif soal sang suami.Prasangka negatif inilah yang menimbulkan banyak rentetan masalah baru ke depannya. Berawal dari Rafael yang menyembunyikan masalah Delia. Enteng menganggap, nanti saja aku jelaskan pada Nadine.Dia tidak menduga imbasnya akan sebesar ini. Pria itu kalang kabut ketika pada akhirnya dia mengangkat panggilan dari Roni, kepala pengawalnya, yang memberitahu kalau Nadine pergi dari rumah. Sampai sekarang belum ketemu.Perempuan itu tidak menghidupkan ponsel, hingga Rafael tak mampu melacak keberadaannya. Nadine mematikan ponsel sejak naik ke sebuah bus yang akan mem
"Jelaskan!"Atma memberi perintah. Di tangan pria itu kini juga terpampang foto Delia dalam gendongan Rafael.Rafael menatap semua orang, dia disidang dengan formasi lengkap rupanya. Yang membuatnya sedikit merasa lega adalah tidak adanya Sita dan David di sana. Meski Sandy dan Mega ada di antara anggota inti keluarga De Angelo. Bahkan Dewi dan Rionald yang sudah lama menyepi karena kasus David, kini turun gunung untuk turut menghakiminya."Apa yang perlu Rafael jelaskan? Kalian suruh aku mengaku dia anakku?""Iya apa bukan?" tandas Paramita gemas.Dalam pikiran wanita itu, jika anak itu putri Rafael maka mereka telah menyia-nyiakan cucu De Angelo selama ini. Kalau gadis kecil itu anak Rafael mereka tidak perlu susah payah menekan Nadine untuk memiliki keturunan."Menurut kalian?""Jangan berbelit-belit, Raf. Kami perlu jawaban bukan tebak-tebakan!" Kali ini Arya yang bicara.Dia juga brengsek, tapi tak pernah menyembunyikan darah dagingnya sendiri bahkan sampai tidak mengakui."Ada
"Sah?" "Sah!" Ucapan syukur terdengar melaung di ruang luas kediaman Rafael yang kini disulap jadi sebuah tempat berhias penuh bunga. Area di mana Rionald akhirnya bisa menikahi Dewi kembali. Pria itu tak bisa menahan haru kala melihat Dewi muncul diantar Paramita. "Ingat, Bang. Jangan sia-siakan kesempatan kedua yang sudah diberikan. Jangan sampai kamu sakiti dia lagi. Malu sama cucu yang sudah seabrek dan masih mau nambah lagi." Paramita memperingatkan Rionald yang langsung mengangguk. Diraihnya tangan Dewi, dipandanginya paras perempuan yang kini kembali jadi istrinya. Dalam pandangan Rionald, wajah Dewi masih sama cantiknya seperti tiga puluh tahun lalu. "Ingatkan aku jika aku berbuat salah, pukul kalau perlu." Rionald sungguh ingin memperbaiki semua. Dia hanya ingin menghabiskan sisa hidup bersama Dewi sambil merawat cucu kandung mereka yang lima bulan lagi akan lahir. Dewi mengangguk, dia sangat terharu juga tersentuh, setelah melihat kesungguhan Rionald yang ingin ber
"Cedric Laurent De Angelo dan Celine Laura De Angelo. Intinya mereka adalah sumber kebahagiaan, bukankah surga itu tempat di mana semua orang merasa bahagia. Nama mereka juga bermakna pemenang. Walau perjalanan mereka sejujurnya baru saja dimulai." Nadine tak bisa berhenti tersenyum, menatap dua buah hatinya yang sedang tidur pulas, setelah tadi menjerit karena lapar. Seperti kata Rafael, ASI Nadine memang keluar lebih awal, hingga perempuan itu tak kesusahan pasal ASI. Anugerah lain yang tidak semua perempuan dapatkan. Sita contohnya, ASI-nya baru keluar di hari keempat, dan mulai lancar setelah satu minggu. Nadine sendiri langsung bisa duduk dan berjalan ke kamar mandi, persalinan normal memang lebih cepat pulih. Terlebih perempuan itu melahirkan tanpa jahitan sama sekali. Yang Nadine rasakan tinggal rasa perut yang masih tidak nyaman dan kesulitan jika akan ke kamar mandi. Langkahnya juga masih pelan, belum secepat keadaan normal. Karenanya dia masih memakai kursi roda jika
"Bayinya tidak menangis," gumam seorang staf tanpa sadar. Dirinya baru menyadari kesalahannya saat sang rekan menyenggol lengannya, dan reflek menutup mulutnya.Sementara Reva serta sang dokter langsung memeriksa, dan wajah keduanya seketika berubah pucat berbalut panik. Leher bayi laki-laki Nadine terlilit tali pusat. Bagaimana bisa, padahal USG terakhir tidak menunjukkan hal tersebut.Pertolongan lekas dilakukan . Tali pusat dipotong dengan oksigen segera diberikan. Namun bayi mungil itu tak jua memberi respon, sedangkan saudarinya terus menjerit melengking.Suaranya terdengar sampai ke ruang tunggu di mana hampir semua anggota keluarga De Angelo plus Hermawan dan Heni ada di sana."Pak, kenapa cuma satu yang menangis?" Heni bertanya dengan kecemasan level tinggi pada sang suami. "Berdoa ya, Bu. Semua mohon doanya. Semoga Nadine dan bayinya diberi keselamatan."Semua orang lantas menundukkan, berdoa dalam hati masing-masing. Bahkan David, orang yang tak kenal kata doa ikut trenyuh
"La? Malah sudah pecah. Bukaan baru empat.""Kita masih bisa tunggu, Dok." Reva mengangguk paham, sebagai dokter dia tahu kalau mereka punya waktu dua puluh empat jam setelah ketuban pecah untuk melahirkan bayi, tanpa ada efek samping yang membahayakan bayinya.Meski kehamilan Nadine lemah di awal tapi semakin ke sini, kandungan Nadine menunjukkan kekuatannya. Hingga tidak ada masalah jika mereka harus menunggu lagi, tanpa perlu tindakan sesar."Sabar ya, aku tahu rasanya sakit. Tapi percaya deh, yang sedang kamu perjuangkan melalui rasa sakit ini adalah hal yang tak ternilai harganya."Nadine mengangguk mendengar ucapan Reva. Selang oksigen dan infus sudah terpasang, sebab tadi Nadine mengeluh sesak. Saat itulah ponsel Reva berdering. Perempuan itu melihat siapa penelponnya. Hingga dia menjawabnya di situ, tanpa berpindah tempat."Kenapa, Re?" Tanya Rafael dari ujung sana."Abang cepet ke rumah dah, anakmu tidak sabar ingin segera melihat dunia," balas Reva bersamaan dengan Nadine
"Kok makin kenceng, Re. Aduh sorry." Sita melotot melihat tangannya diremas reflek oleh sang kakak. Suasana mobil berubah panik. Reva yang menyetir bak orang gila turut menambah atmosfer Too Fast Too Furious di dalamnya."Re, slow, Re! Banyak nyawa di dalam sini." Paramita memperingatkan. Perempuan itu mendekap erat dua cucunya. Takut kalau Reva membuat kesalahan fatal."Tenang Ma, Reva punya lisensi balapan F1," Reva menjawab asal. Sebuah wireless blue tooth terpasang di telinganya. Perempuan itu tengah berkoordinasi dengan dokter di rumah sakit."Jangan ngaco kamu. F1 cuma buat kamu doang penumpangnya, ini se-erte penumpangnya." Paramita masih bisa berteriak di sela desis kesakitan Nadine. Perempuan itu dengan cepat kehilangan rona merah di parasnya."Santai Ma. Santai Nad. Jangan jejeritan. Nanti tenaganya habis. Kalau betul kontraksi mungkin itu baru satu atau dua. Aku bisa periksa tapi gak mungkin kan aku lakukan di sini, depan anak-anak pula. Jadi tahan ya, kita cus ke rumah s
Meski bahasanya masih belepotan, belum jelas pengucapannya, tapi Maira yang tadinya ditindih Laiv sampai menjerit melengking, bisa paham apa yang Nadine perintahkan. Bocah yang masih memakai baju tidur itu lekas berlari ke arah dapur, di mana Paramita tadi berada. Tak berapa lama perempuan itu datang dengam seorang ART mengikuti. "Bukan kontraksi kan?" Tanya Paramita. Dia dan sang ART memapah Nadine untuk duduk di sofa."Kayaknya bukan, Nadine cuma kaget, Maira di-smack down Laiv."Paramita melotot pada sang cucu sementara yang dimarah malah pasang muka innocent, tidak bersalah. Laiv kadang bisa kalem, kadang bisa ikutan tantrum macam Maira yang memang hobi ngereog."Maira, bisa tolong panggilkan Tante Reva di kamar. Bilang Tante Nadine perutnya sakit. Laiv tunggu di sini.""Peyut atit," kutip Maira sambil melangkah pergi seraya melompat kegirangan.Sepeninggal Maira, giliran Laiv yang ditatar Paramita. "Laiv, Sayang. Lain kali gak boleh kayak gitu lagi. Maira nanti bisa terluka. Bi
Seminggu sejak kasus Dewi masuk ke ranah pengadilan, persoalan itu justru merembet ke pihak berwajib. Ternyata si Jojo ini spesialias menikahi wanita untuk dikuras hartanya.Modusnya sama, pria itu akan menjerat janda yang dia nilai kaya, lalu istrinya akan menuntut si perempuan karena sudah mengganggu rumah tangganya. Jelas-jelas di sini Jonathan adalah seorang penipu, tapi para korbannya tidak mau melaporkan kejadian ini pada aparat keamanan. Dengan alasan malu. Mereka lebih suka menyerahkan harta bendanya, menanggung rugi dari pada aibnya tersebar luas.Sepertinya petualangan Jonathan bakal berakhir ketika dia berusaha menjerat Dewi. Bukannya untung, dia malah buntung. Jangan sangka jika Rafael akan diam saja, melihat tantenya ditipu mentah-mentah oleh lelaki yang tampang saja tak lebih baik dari satpam dirumahnya."Aku heran deh, dia pakai pelet apa waktu menipu, Tante."Itu komen Rafael yang masih tak habis pikir. Bagaimana bisa Dewi terjerat lelaki macam Jonathan."Tante pikir
"Siapa Jonathan?""Rivalnya Om," timpal Rafael cepat atas pertanyaan sang paman.Rionald lekas berdiri untuk mengintip sosok pria yang disebut Rafael sebagai saingannya. Tampak seorang lelaki mengenakan pakaian yang lumayan mahal, melongok dari luar gerbang. Terlihat kepo sekali dengan kediaman Rafael."B aja. Ganas siapa antara aku sama dia?" Selidik Rionald yang seketika membuat Dewi merona. Kenapa juga mantan suaminya malah menyinggung urusan ranjang. Dewi akui, Jonathan tak selihai Rionald, maklumlah, Rionald mantan player, pengalamannya menyenangkan wanita jangan ditanya lagi. Namun ketika membahasnya langsung dihadapan banyak orang, tentu saja Dewi malu setengah mati."Om, itu kan privasi. Tanyanya waktu di kamarlah, jangan di forum terbuka begini. Bikin malu aja," tandas Rafael seolah tahu apa yang Dewi pikirkan."Oke deh, nanti aku tanya kalau kita sudah sekamar lagi. Jadi, apa ni rencana kita?""Kita samperinlah, kita cari tahu apa maunya si Jojo ini."Tak berapa lama, Rafae
Ha? Suami baru? Kapan Dewi menikah lagi? Mereka tidak ada yang tahu. Dan kini mendadak wanita ayu yang masih diuber Rionald ini muncul di pintu kediaman Rafael. Minta bantuan untuk disembunyikan dari suami barunya. Kenapa?"Emang Tante kapan nikahnya?" Ceplos Nadine sambil menyuapi Rafael."Emm, dua bulan lalu," balas Dewi malu-malu."Terus kenapa kamu lari ke sini? Maaf, bukannya kami tidak menerimamu. Tapi akan jadi runyam urusannya kalau kamu sudah punya suami." Atma berujar pelan, penuh kehati-hatian agar tidak menyinggung perasaan perempuan yang bagaimanapun adalah ibu dari cucunya. Bahkan Rionald masih tergila-gila pada Dewi sampai detik ini. Rionald tidak mau menerima perempuan lain selain mama David."Maaf, Yah. Tapi aku sudah bingung harus cari perlindungan ke mana." Dewi mulai menangis dengan Paramita lekas mendekat untuk menenangkan."Jangan menangis, cerita dulu. Nanti kita lihat kami bisa bantu atau tidak."Paramita membimbing Dewi duduk di sebuah sofa, Arya mengulurkan