Rafael meninju udara kosong saat dia dan yang lainnya mendapati rumah yang mereka datangi kosong. "Dia tahu kalau kita akan datang," kata lelaki itu penuh emosi."Siapa dia ini sebenarnya?" Gumam Rion kepo. Sandy pun sama. Hanya Roni yang langsung bergerak memeriksa tiap sudut rumah tersebut."Beneran tidak ada jejak atau petunjuk apapun." Roni memberi laporan."Apa sih yang dia inginkan. Mencuri saham David lalu menjualnya, dia jelas punya motif. Entah itu pada David atau pada keluarga kita," Rion bertanya sendiri, sekaligus memberikan opininya."Kalau motif pribadi, aku yakin banyak orang ingin menghabisi orang itu. Tahu sendiri dia itu sebrengsek apa. Banyak orang pasti sakit hati karena ulahnya," Sandy menambahkan.Keempatnya saling pandang untuk kemudian berjalan keluar dari rumah itu. Di saat bersamaan Rafael menerima telepon dari seorang penjaga rumahnya."Kan, apa aku bilang. Mode bocilnya susah di atur. Dia pasti kabur lagi," gerutu Rafael sebelum menjawab panggilan.Namun ap
Sepanjang hari Nadine dikurung di dalam rumah, tidak diizinkan keluar walau hanya ke halaman. Wanita itu jelas merasa bosan, sekaligus emosi. Ingin marah tapi dia tidak bisa begitu saja melampiaskan amarahnya.Rafael juga tidak menampakkan batang hidungnya, sejak Nadine bangun sampai makan siang menjelang. Siapa yang tidak kesal dibuatnya. Ditambah kiriman foto yang Nadine terima tadi pagi."Awas saja! Kalau benar ...."Inginnya marah, tapi yang terjadi justru air mata yang mengalir. Dia sedih, mengingat foto itu menampilkan kebahagian layaknya ayah dan anak."Kalau Rafael sudah punya anak, kenapa juga dia mau nikah sama aku, kenapa juga dia kekeuh gak mau pisah kalau aku susah punya anak."Racau Nadine dengan bulir bening meleleh di pipi. Emosi perempuan itu memang memburuk sejak pagi. Di tambah dia cuma dikurung di dalam rumah."Gak adil, dia enak-enakan piknik, tapi aku dipenjara di sini!"Nadine berjalan keluar ruangan, terus menuju halaman, mendorong jauh tubuh dua penjaga yang s
Kesalahpahaman, ketidakjujuran, tidak terbuka satu sama lain. Semua bisa jadi faktor pemicu sebuah rumah tangga berada dalam pertikaian. Apalagi jika diiringi ketidakpekaan. Biasanya suami yang cenderung mempunyai sisi tidak peka ini.Sang pria berpikir tidak masalah tidak jujur ke istri, bukan perkara besar ketika dia tidak menjelaskan soal apa yang telah dia kerjakan hingga membuat sang istri berpikir negatif soal sang suami.Prasangka negatif inilah yang menimbulkan banyak rentetan masalah baru ke depannya. Berawal dari Rafael yang menyembunyikan masalah Delia. Enteng menganggap, nanti saja aku jelaskan pada Nadine.Dia tidak menduga imbasnya akan sebesar ini. Pria itu kalang kabut ketika pada akhirnya dia mengangkat panggilan dari Roni, kepala pengawalnya, yang memberitahu kalau Nadine pergi dari rumah. Sampai sekarang belum ketemu.Perempuan itu tidak menghidupkan ponsel, hingga Rafael tak mampu melacak keberadaannya. Nadine mematikan ponsel sejak naik ke sebuah bus yang akan mem
"Jelaskan!"Atma memberi perintah. Di tangan pria itu kini juga terpampang foto Delia dalam gendongan Rafael.Rafael menatap semua orang, dia disidang dengan formasi lengkap rupanya. Yang membuatnya sedikit merasa lega adalah tidak adanya Sita dan David di sana. Meski Sandy dan Mega ada di antara anggota inti keluarga De Angelo. Bahkan Dewi dan Rionald yang sudah lama menyepi karena kasus David, kini turun gunung untuk turut menghakiminya."Apa yang perlu Rafael jelaskan? Kalian suruh aku mengaku dia anakku?""Iya apa bukan?" tandas Paramita gemas.Dalam pikiran wanita itu, jika anak itu putri Rafael maka mereka telah menyia-nyiakan cucu De Angelo selama ini. Kalau gadis kecil itu anak Rafael mereka tidak perlu susah payah menekan Nadine untuk memiliki keturunan."Menurut kalian?""Jangan berbelit-belit, Raf. Kami perlu jawaban bukan tebak-tebakan!" Kali ini Arya yang bicara.Dia juga brengsek, tapi tak pernah menyembunyikan darah dagingnya sendiri bahkan sampai tidak mengakui."Ada
"Terus orangnya mana?" Rion nyaris mencekik staf administrasi rumah sakit tempat di mana cincin dan identitas Nadine ditemukan. Yang membuat Rafael terduduk lemas adalah ketika mereka mencari Nadine di rumah sakit tersebut, mereka tidak menemukannya.Astaga! Apa lagi ini ya Allah? Rafael benar-benar hilang akal. Bahkan ketika Sandy dan Roni menyisir semua ruangan di rumah sakit itu, keduanya tidak menemukan sosok yang dicari. Rumah sakit itu tidak besar, tidak sulit menggeledah semua bagian untuk mencari seseorang. Ditambah Rafael mampu menunjukkan kalau dia punya kuasa untuk mengobrak-abrik tempat itu."Bagaimana?" Rion bertanya setelah Sandy dan Roni kembali dari pencarian untuk kedua kalinya."Tidak ada. Sorry, aku bahkan nguprek kamar mayat.""Dia belum mati! Istriku masih hidup, aku bisa merasakannya!" Rafael langsung mencengkeram kerah kemeja Sandy, emosi."Aku bilang nguprek, Raf. Aku gak bilang nemu. Jangan sensi-sensi amat." Sandy masih santai menghadapi tingkah Rafael. Pr
"Apa maksudmu, Re?" Rion dan Reva terkejut, mendapati Rafael berjalan ke arah mereka dengan wajah terkejut sekaligus sedih. Pria itu masih tampak lemah, tapi wajahnya tak sepucat kemarin. Rafael langsung duduk di hadapan Reva dan Rion yang saling pandang melihat kemunculan suami Nadine. Mereka pikir lelaki tersebut masih berada di kamar."Em, kakak sudah baikan?""Jangan mengalihkan topik, jawab apa maksudmu Nadine bisa saja kehilangan ingatannya," tensi Rafael mulai naik."Raf, tenangkan diri dulu. Atau kau akan makin lama pulihnya," Rion memperingatkan."Bagaimana aku bisa tenang. Istriku belum ketemu, dan sekarang kamu malah bilang begitu.""Itu baru kesimpulan yang diambil para dokter. Belum tentu keadaan Nadine begitu.""Jadi ada kemungkinan dia tidak ingat padaku?" cecar Rafael."Kepala Nadine terluka cukup parah. Benturan yang terjadi sangat keras. Bahkan dari X-Ray biasa saja terlihat ada retak di tempurung kepala Nadine. Yang kami takutkan, bagaimana jika ada gumpalan darah
Publik sungguh tidak tahu soal kisruh yang terjadi dalam keluarga besar De Angelo. Rafael sejak dulu selalu tertutup soal urusan pribadi, maka media pun tidak terlalu kepo ketika mereka mendapati Rafael jarang tampil bersama Nadine, atau sama sekali tak melihat keduanya bersama.Pria itu pada dasarnya tidak suka memamerkan istrinya pada khalayak ramai. Privasi keluarga Rafael sangat terjaga. Meski Paramita tidak demikian. Rion sendiri juga sama, dia sering kali menghindar kalau ada pencari berita memburunya.Empat puluh hari sejak Nadine menghilang tanpa kabar. Keluarga Rafael dan Hermawan mampu menutupinya dengan rapi. Walau banyak juga yang bertanya perihal absennya bu CEO mereka yang baru. Tentu ini terjadi di lingkungan kantor.Orang terdekat Nadine mulai ribut ketika ponsel wanita itu tidak bisa dihubungi sama sekali, setelah sebelumnya ponsel Nadine hanya membalas pesan tanpa mau menerima panggilan. Rafael sendiri telah memberikan dalih kalau untuk sementara, Nadine akan cuti da
"Apa aku bilang? Kecelakaan itu tidak sesederhana yang kita bayangkan," komen Sandy begitu dia melihat apa yang membuat Rey berteriak panik."Bukannya tidak ada rekaman kamera pengawas, tapi benda itu sudah diambil untuk menghilangkan bukti," Rion menambahkan.Rafael sendiri masih berkutat dengan sebuah video yang sedang beredar di media online. Belum sampai viral karena Rey sudah lebih dulu melihatnya, dengan Rafael lekas men-take down-nya."Kali ini siapa lagi pelakunya?""Menurutku ya si Syarif itu. Mukanya sudah kayak kriminal bertampang malaikat." Tidak tahu kenapa Sandy begitu sensi dengan nama Syarif."Ssstttt, bisa diam tidak. Kalau tidak bisa bantu, setidaknya to ming se.""Apa tu?" Reflek Rey bertanya."Tolong mingkem sebentar, alias diam!"Timpukan pulpen dan berkas datang dari arah Sandy dan Rion. Sementara Rey hanya bisa mengulum senyum.Rafael balik ke mode kulkas tujuh pintu sejak sang istri hilang. Pria itu jarang senyum, anti ramah tamah dengan aura senggol bacok begi