Jhonatan yang sudah tiba di kantor, ketika ia hendak memulai meeting ada berkas projects yang ketinggalan, ia menunda rapat dan buru-buru pulang ke rumah untuk mengambil barang yang tertinggal.
Setibanya ia di depan rumah ia melihat istrinya berlari dari belakang rumah dengan membawa sebuah sepatu merah."Sayang!""Mas!""Apa sayang?" tanya Jhonatan heran dan bingung."Jelasin mas, ini punya siapa? Ini bukan punyaku mas," ujar Gabriel yang mulai emosi."Sayang, aku gak tahu itu punya siapa," jawab Jhonatan."Bohong! Lalu kenapa kamu balik lagi? Pasti kamu lupa untuk menyembunyikan ini kan mas," tuduh Gabriel."Astaga, sayang jujur aku gak tahu, lagi pula aku balik lagi karena ada barang yang ketinggalan, sungguh," jelas Jhonatan meyakinkan istrinya."Hemmm, benarkah itu?""Iya!"Tak lama kemudian ada tetangga yang terlihat sedang mencari sesuatu, karena penasaran Jhonatan pun bertanya."Sayang, lihat tetangga kita sedang mencari sesuatu, mungkin saja sepatu ini miliknya," ujar Jhonatan.Jhonatan dan Gabriel pun menghampiri tetangganya itu."Maaf mbak sedang mencari apa ya?" Tanya Gabriel."Saya lagi nyari sepatu saya yang sebelahnya lagi gak ada, sepatunya warna merah," jawab tetangganya itu."Yang ini bukan?" tanya Gabriel sambil memperlihatkan sepatu yang ia temukan di halaman belakang rumah nya."Iya, itu sepatu saya, kemarin keponakan saya jail banget, sepatu saya semuanya di lempar-lempar bahkan ada satu sepatu saya yang saya temukan di got, dan sepatu merah ini terlempar ke halamannya mbak, makasih ya mbak," jawab tetangganya sambil mengambil sepatu tersebut.Ia pun berpamitan pulang. Jhonatan melirik Gabriel kemudian berkata."Benarkan? Aku udah jujur lho sayang aku gak tahu apa-apa tentang sepatu itu.""Hemm iya, iya, aku ambilkan dulu berkas yang tertinggal tadi aku liat ada di atas laci kamar," ujar Gabriel kecewa karena yang ia temui bukan lah barang milik selingkuhan suaminya.Gabriel masuk ke rumah menuju kamarnya mengambil berkas yang tertinggal kemudian ia berikan pada suaminya. Gabriel merasa kesal ia langsung kembali masuk ke dalam rumah.Jhonatan yang sudah menerima berkas tersebut langsung berlari ke rumah tetangganya bukan masuk ke dalam mobil, ia segera menemui tetangganya yang tadi mengambil sepatu."Permisi, hey!" Bisik Jhonatan di balik pagar rumah tetangganya yang sedang menunggu di halaman depan.Mendengar suara Jhonatan tetangga itu langsung berlari sambil memberikan sepatu merah tersebut kepada Jhonatan dan bertukar dengan sebuah amplop."Wowww makasih mas, lain kali banyakin saya pekerjaan yang kek gini, mudah ngerjainnya mudah juga dapet uangnya," ujar tetangganya."Suuuttt jangan berisik takutnya istri saya denger dari dalem rumah, ok makasih atas kerja sama nya," balas Jhonatan yang langsung menyembunyikan sepatu tersebut kedalam jasnya dan segera berlari masuk ke dalam mobil."Huuhhh hampir aja," Jhonatan bernafas lega.Dalam perjalan menuju kantornya ia menelpon Dina."Halo sayang," ucap Dina lembut saat menerima telepon dari Jhonatan."Halo sayang, halo sayang!" Bentak Jhonatan."Lho kok kamu marah sih?" tanya Dina."Gara-gara kamu telat ngasih kabar sepatu kamu jatoh dan ketinggalan, hampir aja ketauan sama Gabriel!" Jawab Jhonatan."Terus gimana? Tapi gak ketahuan kan?" tanya Dina."Enggak! Karena aku cepat-cepat nyuruh orang buat tawaran ke tetanggaku untuk ngaku-ngaku kalo itu sepatunya, kalo aku gak nyuruh udah deh kelar semuanya," jelas Jhonatan kesal."Ya udah dong sayang marahnya, gak ketauan juga kan, lain kali aku lebih hati-hati lagi deh, " timpal Dina."Ya, udah deh makin kesel aku, aku ada meeting di kantor," ujar Jhonatan yang langsung mematikan telpon nya.Ia pun kembali masuk ke kantornya dan memulai meeting, dibalik itu Gabriel yang masih menaruh curiga dengan sepatu merah karena selama satu tahun ia tinggal di sana, ia selalu berpapasan dengan tetangga setiap kali bepergian, namun ia sadar bahwa tetangga belum pernah memakai sepatu merah dengan high heels tinggi seperti itu."Ahh apa sih, yang punya sepatu model kayak gitu kan pasti banyak, udah deh gak usah mikir aneh-aneh, aku harus temuin bukti yang kuat dulu sebelum menuduh mas Jhonatan," ujar Gabriel pada dirinya sendiri.Hari sudah menjelas sore, Tio pulang ke rumah. Ia di sambut oleh Gabriel yang sudah menunggu sedari tadi dengan beberapa pertanyaan yang sudah menumpuk."Tio kok kamu pulangnya sore banget?" Tanya Gabriel."Iya kak, tadi aku ngerjain tugas kelompok dulu di rumah teman," jawab Tio."Tio, kamu mau makan?" Tanya Gabriel lagi."Enggak ahh, nanti malem aja aku belum lapar, ada apa sih kak! Kok tumben banget nanyain aku kayak gitu?" Tanya balik Tio." Gak papa sih, kakak cuma pengen tahu lebih detail mengenai wanita yang di bawa kakak kamu semalam," ujar Gabriel sambil berjalan masuk ke dalam rumah."Kak kan aku udah bilang, aku cuma liat Kilauan merah sepatunya aja, lagian aku juga agak ngantuk waktu itu jadi gak tahu jelasnya kayak gimana," jelas Tio."Eummm ya udah deh," balas Gabriel seraya duduk di ruang tengah.Gabriel duduk sendirian ia memikirkan suaminya yang entah benar berselingkuh bahkan jika menuduh suaminya saja tanpa bukti apapun itu tidak akan berarti apa-apa.Hari sudah mulai larut Gabriel tetap duduk di sofa menunggu kepulangan suaminya yang entah kapan pulangnya.Saat jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam, terdengar suara seseorang masuk ke dalam rumah, Gabriel mengira bahwa itu adalah suaminya ternyata bukan."Pa?" Sapa Gabriel."Lho kamu belum tidur? Kenapa? Ini udah malem banget lho," Tanya pak Ruslan, mertuanya."Belum pa, aku lagi nungguin nas Jhonatan pulang, tapi kok udah jam segini belum juga pulang," jawab Gabriel seraya menunjukkan jam."Ya udah kamu tidur duluan aja, sepertinya malam ini dia gak bakal pulang," ujar pak Ruslan."Lho emangnya kenapa pa? Kok papa tahu mas Jhonatan gak bakal pulang?" Tanya Gabriel heran.Pak Ruslan nampak diam sejenak seperti sedang memikirkan jawaban yang tepat untuk Gabriel."Pa? Kenapa pa? Kok papa diem aja?" Lanjut tanya Gabriel."Eumm begini, Gabriel kamu udah makan belum?" tanya pak Ruslan yang malah mengalihkan pembicaraan."Belum pa, aku dari tadi nungguin mas Jhonatan untuk makan bareng, emangnya kenapa pa?" Tanya balik Gabriel yang semakin heran mengapa mertuanya malah mengalihkan pembicaraan."Kebetulan sekali papa juga belum makan, kita makan diluar yuk," ajak pak Ruslan.Gabriel terdiam, ia kaget karena baru kali ini papa mertuanya mengajak Gabriel untuk makan diluar bahkan rasanya agak aneh mertua makan berdua dengan menantunya saja."Gak usah pa, papa aja lagian aku juga gak laper kok," tolak Gabriel karena merasa tidak enak."Udah ayok ikut papa," ajak pak Ruslan tanpa ragu menggandeng tangan Gabriel."Ehhh pa!" tolak Gabriel sambil melepaskan gandengan pak Ruslan."Suuuttt," balas pak Ruslan sambil menempelkan jari tunjuk ke bibinya.Gabriel pun terdiam dan ikut pergi bersamanya mertuanya.Merekapun masuk ke dalam mobil, pak Ruslan membawa mobilnya sendiri tidak dengan supir."Pa, kita mau kemana?" tanya Gabriel."Kita akan pergi ke restoran yang sangat terkenal makannya juga enak banget, kamu pasti belum pernah ke sana," jawab pak Ruslan sambil tersenyum."Ya mau pernah gimana pa, mas Jhonatan nya aja sibuk gak pernah tuh ngajakin aku makan di luar," ujar Gabriel."Dasar ya dia itu gak ada romantis-romantisnya jadi laki, padahal kan kamu juga butuh healing, butuh perhatian butuh kasih sayang juga, dia tu terlalu sibuk ngurusin perusahaan padahal waktu papa yang ngurus dulu gak sibuk-sibuk amat," balas pak Ruslan."Tapi pa, papa dulu jarang pulang ke rumah juga? Kayak mas Jhonatan sekarang?" tanya Gabriel penasaran."Eumm kayaknya enggak deh," jawab pak Ruslan singkat.Tidak terasa mereka pun sampai di restoran, pak Ruslan langsung meminta menu yang termahal untuk mereka berdua."Pa apa ini gak berlebihan?" tanya Gabriel ragu."Udah gak papa, kamu makan aja yang penting kamu bahagia," jawab pak Ruslan agak janggal.Gabriel merasa canggung makan berdua seperti itu dengan mertuanya bahkan pelayannya mengira bahwa mereka sepasang kekasih karena tampang pak Ruslan yang masih nampak muda.Hal itu membuat Gabriel semakin canggung. Pak Ruslan yang peka langsung memegang tangan Gabriel secara lembut."Udah gak papa, jangan di pikirin kamu nikmati aja makanannya nanti keburu dingin," ujar nya dengan tersenyum.Gabriel hanya mengangguk dengan tersenyum tipis, perlahan Gabriel memotong daging barbekyu namun agak kesusahan, pak Ruslan dengan sigap memotong daging barbekyu tersebut agar Gabriel bisa makan dengan mudah."Makasih pa, aku gak bisa karen baru pertama kali, " ujar Gabriel."Iya sama-sama," jawab pak Ruslan singkat."Aduhh ini beneran gak papa? Kayak aneh banget bjir aku makan bareng mertua ku mana mertuaku perhatian banget lagi, gila, gila," gumam Gabriel dalam hati.Setelah beberapa suapan masuk ke dalam mulut Gabriel, tiba-tiba tangan pak Ruslan mengusap lembut area bibir Gabriel sambil berkata."Kamu makannya pelan-pelan, sampe belepotan kayak gini."Deg! Jantung Gabriel berdegup kencang, saat tangan mertuanya itu menyentuh bibirnya, sambil memperhatikan wajah mertuanya."Aduhhhh gila si ini, ternyata kalo di liat-liat papa mertua ku ganteng banget, ini sih lebih ganteng dari mas Jhonatan," ngumamnya dalam hati kegirangan."Ehh apaan sih! Sadar Gabriel sadar dia itu mertua, ingat papa mertua jangan mikir yang aneh-aneh deh," sambung nya dalam hati."Udah bersih, ayo lanjutin lagi makannya," ujar pak Ruslan.Gabriel mengangguk dan melanjutkan makan, akan tetapi di tengah makan malam mereka, Gabriel tanpa sengaja melihat suaminya sedang berjalan menuju restoran tempat mereka makan."Ada apa Gabriel?" tanya pak Ruslan heran dengan raut wajahnya Gabriel sambil memandang ke suatu titik."Pa, itu mas Jhonatan?" tanya balik Gabriel.Pak Ruslan melirik ke Belakangnya, Gabriel tiba-tiba berdiri ingin menghampiri suaminya akan tetapi saat ia baru melangkahkan satu kaki, pak Ruslan menahannya dengan memegang tangan Gabriel."Sebentar jangan hampiri dia, Gabriel tunggu sejenak dan lihat lah dahulu," ujar pak Ruslan.Selang beberapa detik Jhonatan tiba-tiba saja menggandeng seorang wanita berparas cantik dan berpenampilan sangat seksi."Apa? Mas Jhonatan gandeng cewek?" tanya nya kaget bahkan tidak percaya."Udah papa bilang kan tunggu dulu, dan sekarang kamu lihat?" ujar pak Ruslan.Gabriel yang syok meneteskan air mata kesedihan dari rasa sakit melihat suaminya menggandeng wanita lain di depan matanya sendiri, ia menggelengkan kepala sambil bergumam dalam hati."Mas aku benar-benar gak nyangka ternyata ini yang membuat kamu jarang pulang ke rumah? Kamu asik bersama wanita lain? Apa kamu melakukan itu setiap hari mas? Lalu bagaimana dengan aku mas, aku ini siapa bagimu?"Melihat Gabriel yang meneteskan air membuat pak Ruslan tidak tega ia segera berdiri sambil memegang kedua bahu Gabriel."Kamu tenang ya, ayo sebaiknya kita pergi saja dari sini," ujar pak Ruslan."Ta, tapi pa," jawab Gabriel yang terbata-bata saking tak sanggup menahan sakit hati."Udah, jangan tapi-tapi ayok," paksa pak Ruslan seraya menggandeng tangannya.Mereka pun pergi dari restoran tersebut dan masuk ke dalam mobil, Gabriel masih saja menangis, sebelum melakukan mobil pak Ruslan mengambil tissue dan mengusap lembut pipi Gabriel menghapus aliran air matanya."Udah kamu jangan nangis kayak gini, takutnya orang ngira papa yang ngapa-ngapain kamu," ujar pak Ruslan.Gabriel mengangguk sambil mengambil tissue yang ada di tangan mertuanya seraya mengusapkan ke wajahnya."Ini udah malam banget, kita pulang aja ya," ajak pak Ruslan.Lagi-lagi Gabriel hanya mengangguk seperti nya ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun karena rasa sakit.Sepanjang perjalanan Gabriel hanya bengong denga
"Gabriel, halo? Mengapa tidak ada suaranya?" Tanya pak Ruslan heran.Ia pun mengintip dari celah pintu rupanya hp nya sudah berada di atas kasur. Pak Ruslan tidak menyerah ia mematikan telponnya kemudian membuat panggilan lagi ke pada Gabriel.Telpon pun berdering, awalnya Gabriel ragu untuk mengangkat akan tetapi ia memiliki memiliki ide kemudian mengangkatnya."Halo pa, maaf ya pa aku udah ngantuk, aku tidur duluan ya pa," pamit Gabriel yang langsung mematikan ponselnya.Pak Ruslan hanya tersenyum ia pun kembali masuk ke dalam kamarnya, Gabriel berbaring di kasurnya sambil menatap suaminya yang terkapar di atas lantai."Hem, mas sebenarnya apa alasan kamu menikahi aku? Tapi kamu selalu memperlakukan ku dengan lembut walaupun kita belum pernah melakukan hubungan suami istri, aku hanya ingin tahu apa kamu menargetkan sesuatu sehingga kamu terpaksa menikahi ku?""Atau apa yang kamu rencanakan? Aku hidup sebatang kara tanpa tahu siapa ayah dan ibuku. Aku juga tidak tahu bagaimana bisa a
Jhonatan yang sudah selesai mandi dan segera masuk ke dalam mobil, ia bersiap hendak pergi menyusul Gabriel, akan tetapi di tengah perjalanan ia di cegat oleh Dina yang berdiri tepat di jalan yang akan di lalui Jhonatan."Dina! Apa lo sudah gila!" Bentak Jhonatan seraya keluar dari mobilnya dan menghampiri Dina."Apa?" Tanya Jhonatan tegas."Kamu kenapa sih? Bentak-bentak aku kayak gitu?" Tanya balik Dina."Gara-gara lo Gabriel jadi pergi dari rumah!" Jawab Jhonatan."Ya terus? Apa hubungannya dengan aku? Lagian juga kamu gak mau dia kan? Ya bagus dong, kalau dia benar-benar ninggalin kamu kita kan jadi bisa nikah," ujar Dina."Dina! Apa lo gila? Udah jangan ribut di sini malu di liat orang!" Bentak Jhonatan yang langsung menarik tangan Dina sehingga Dina terseret masuk ke dalam mobil."Sayang, memang apa salahnya Gabriel pergi dari rumah? Kita kan udah pertahanin hubungan ini dari dulu, jauh sebelum kamu nikah sama Gabriel, kamu kan juga udah janji mau nikahin aku, tapi sekarang kamu
Jhonatan kesakitan di dalam kamar, setelah rasa sakitnya mereda di melihat keluar rumah dan ternyata mobil pak Ruslan sudah tidak ada, Jhonatan berprasangka bahwa Gabriel pasti pergi bersama papanya."Ah, sial!" Ujar Jhonatan sambil menggeplak laci di kamarnya.Ia membaringkan tubuhnya kesal karena hasratnya tidak terpenuhi, akhirnya Jhonatan memutuskan untuk pergi menemui Dina agar ia bisa menyalurkan hasratnya yang sudah menggebu.Dibalik itu Gabriel sudah berada di rumah pak Ruslan, ia masih terisak dalam tangisnya."Gabriel istirahat lah terlebih dahulu nanti kita makan malam bareng," ujar pak Ruslan.Gabriel hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam kamar yang sudah di sediakan bahkan kamar itu adalah tempat dimana Gabriel baru mengetahui keberadaan rumah asli pak Ruslan.Berselang beberapa menit bi Ita datang mengetuk pintu dan menemui Gabriel."Non, mau mandi air hangat?" Tanya bi Ita."Emm boleh bi," jawab Gabriel.Bi Ita pun menuntun Gabriel untuk pergi ke tempat pemandian air
"ahh sial! Kemana perginya dia?" Jhonatan yang berada di dalam mobil setelah dari panti mencari keberadaan Gabriel.Tanpa jejak, entah kemana Gabriel pergi, Jhonatan gelisah mencari istrinya walaupun dia masih menikmati Dina dalam hidupnya.Di tengah perjalanan mencari Gabriel, telponnya berdering rupanya Dina yang menelpon."Halo sayang," ujar Dina lembut."Apa? Aku sedang sibuk," sambut Jhonatan dengan nada yang kesal."Lho, kok kamu marah sih sayang? Ada apa? Apa kamu belum puas dengan yang semalam?" tanya Dina beruntun."Aku sedang mencari Gabriel, aku gak tahu dia ada di mana," jawab Jhonatan."Heumm, kok kamu masih mikirin dia sih? Kan ada aku, aku lebih baik dari dia, aku lebih cantik bahkan aku juga lebih seksi dari pada dia kan? Ngapain kamu cari dia?" suara Dina dengan mendayu-dayu."Ahh sudah lah, aku ada meeting di kantor," ujar Jhonatan yang langsung menutup telponnya.Selang beberapa detik kemudian, telpon milik Jhonatan kembali berdering, rupanya Dina awalnya ia mengaba
"Gabriel kamu sudah sadar? Syukurlah ayok kita pulang," ujar pak Ruslan sangat bahagia melihat Gabriel ternyata baik-baik saja.Mereka pun pulang pak Ruslan mengantar Gabriel hingga depan pintu kamarnya, ia menyuruh Gabriel untuk beristirahat karena pasti ia sangat lelah dengan seharian berada di festival.*Satu Minggu kemudian*"Heumm, ternyata aku sudah satu Minggu tinggal di sini," ujar Gabriel sambil melihat kalender.Ia keluar kamar dan menghampiri bi Ita yang sedang beres-beres di ruang tengah sedangkan pak Ruslan entah kemana bahkan akhir-akhir ini pan Ruslan semakin jarang berada di rumah bahkan sering kali Gabriel melihat pak Ruslan pulang dengan bercak darah entah itu di tangannya, wajahnya ataupun di pakaiannya.Walaupun begitu Gabriel tidak tahu apa penyebabnya karena setiap kali ia bertanya pak Ruslan selalu mengelak."Bi," ujar Gabriel menyapa bi Ita."Eh iya non ada apa?" tanya bi Ita seraya berbalik badan melihat Gabriel sudah berdiri di belakangnya."Begini bi," jawab
Gabriel dan pak Ruslan sudah berada di dalam kamar, mereka hanya memakai handuk saja, perlahan Gabriel berbaring kemudian pak Ruslan ikut berbaring di atas tubuh Gabriel dengan posisi yang hendak push up."Gabriel kamu sudah siap?" Pak Ruslan bertanya sambil memandangi wajah Gabriel."Eumm, heu eum," jawab Gabriel menganggukkan kepalanya.Mendengar jawaban Gabriel pak Ruslan perlahan mendekatkan wajahnya ia melihat bibir mungil Gabriel yang imut, bibir menjadi sasarannya, saat dekat semakin dekat dan sedikit lagi sampai bibir mereka bertemu."Ahh papa!" Gabriel agak berteriak."Ada apa sayang? Papa belum melakukan apa-apa," ujar pak Ruslan yang kaget dengan teriakan Gabriel."Maaf pa, perut aku rasanya sakit sepertinya aku datang bulan," jawab Gabriel sambil memalingkan muka karena malu."Ya sudah gak papa, kamu cek dulu ke kamar mandi, papa mau nyuruh bi Ita untuk membeli pembalut," ujar pak Ruslan seraya berdiri dan turun dari ranjang."Maaf ya pa," ucap Gabriel pelan."Kamu gak per
"Tio! Jangan berani kamu bilang pada papa atau kamu akan menyesalinya!" tegas Jhonatan."Tapi, kak siapa dari dulu papa sudah tidak merestui hubungan kakak sama kak Dina, bagaimana bisa kakak membawanya ke rumah ini, sedangkan kak Gabriel istri sah kakak sekarang ada di mana? Dia sudah lama tak pulang," jelas Tio kesal karena Jhonatan membawa Dina ke rumah mereka malam itu."Diam! Ini uang untuk tutup mulut mu! Kakak memang menikah dengan Gabriel tapi kakak tetap menginginkan Dina!" Ujar Jhonatan sambil menodongkan uang sebesar 500 US Dollar."Kakak dari mana uang ini?" tanya Tio kaget."Tentu saja ini hasil dari perusahaan," jawab Jhonatan."Kakak gak bisa dong uang perusahaan dipake hal yang kayak gini, kakak gak boleh foya-foya nanti kalau perusahaan bangkrut gimana?" Tutur Tio."Tio, kamu tahu apa sih? Udah jangan ngelawan sama kakak kamu nanti kalau kamu kualat baru tahu rasa," sahut Dina."Diam kak Dina aku tidak sedang bicara dengan kak Dina!" Bentak Tio yang dari dulu memang t
Ruslan masuk ke markas Max dia membuat kekacauan dengan cara membawa anggota kepolisian untuk mengamankan setiap orang yang ada di sana dan mengembalikan barang ke pemilik aslinya yaitu Jack.Kepanikan terjadi Max murka mengetahui perbuatan Ruslan namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah di tahan oleh polisi. Barang-barang yang telah di curi itu kembali ke tangan pemilik aslinya.Hal itu membuat Jack bangga, Jason dan Rey juga telah membuka pintu restu atas hubungan Ruslan dengan Gabriel, walaupun terbilang cukup jauh umur mereka namun cinta itu tidak pernah terhalang oleh umur karena umur hanyalah angka.Prok! Prok! Prok! Tepuk tangan terdengar bergemuruh saat Ruslan kembali ke markas Jack."Wow, hebat, setelah ini aku setuju atas hubungan mu dengan adik ku," ucap Jason."Aku juga setuju," sambung Rey."Ruslan, saya bangga atas apa yang kamu lakukan, saya minta maaf karena telah memberi siksaan sebelumnya, karena saya benar-benar tidak tahu," ucap Jack."Sudah lah, lupakan, l
"Papa! Jadi orang yang papa maksud untuk menjadi suami ku adalah Jhonatan?" tanya Gabriel."Iya, Jhonatan adalah senior di kelompok kita dia yang paling handal dan paling bertanggung jawab. Dia juga yang paling cepat menyelesaikan misi," jawab Jack."Gabriel, kenapa kamu begitu kaget? Emangnya kamu tahu Jhonatan itu siapa?" Tanya Jason heran."Dasar baj*Ngan!" Gertak Gabriel sambil mendorong Jhonatan sampai mundur beberapa langkah."Anak ku, apa yang salah?" tanya Jack."Jhon! Jadi selama ini kamu adalah salah satu anggota dari kelompok mafia?" tanya Gabriel."Iya, jadi kamu adalah anak dari ketua kelompok ku?" tanya balik Jhonatan."Jhon kamu kenal anak ku?" tanya Jack bingung."Jelas kenal pah! Dia adalah mantan suamiku, dia yang sudah menikahi ku dan mengkhianati ku dia berselingkuh saat aku masih menjadi istrinya! Dia bajingan! Dia lah penjahat yang sesungguhnya! Lebih parahnya lagi dia adalah anak tiri pak Ruslan!" Jelas Gabriel."Apa?" "Apa?""Apa?"Bersamaan, Jack, Jason dan j
Tepat pukul 3 pagi, Gabriel pergi mengendap-endap ke ruang bawah tanah untuk menemui pak Ruslan dengan membawa sepiring makanan dan juga segelas air.Para menjaga mencegah Gabriel, namun Gabriel melakukan berbagai cara untuk membujuk para penjaga itu agar mengijinkannya masuk dan mereka tutup mulut."Papa," ucap Gabriel gemetar melihat tubuh pak Ruslan terkapar lemas di sebuah kursi yang di ikat dengan tali."Sa, Sayang," jawab pak Ruslan seraya membuka kedua matanya dan melirik Gabriel.Gabriel segera melepaskan tali itu dan langsung memeluk pak Ruslan dengan di iringi sebuah tangis."Papa, papa," tangis Gabriel sambil memanggil pak Ruslan."Sayang, papa baik-baik saja, syukurlah kamu baik-baik saja, papa sangat khawatir dan papa juga mencari ke mana-mana papa juga selalu berdoa dan berharap bahwa kamu baik-baik saja," ujar pak Ruslan sambil mengelus kepala Gabriel yang berada di dadanya."Papa pasti sangat ke sakitan, aku minta maaf pah," jawab Gabriel."Sayang, kamu tidak perlu min
Sore itu Gabriel, Rey dan Jack pulang, di sambut oleh Jason dengan rencana yang di katakan oleh David. Semua memberi respon positif kecuali Rey."Aku tidak terlalu mempercayai anak baru, sebaiknya jangan gegabah kita harus hati-hati," ucap Rey."Iya Rey ada benarnya juga, kita coba saja dulu rencananya nanti malam namun kita jangan tidur kita awasi dari lantai atas," balas Jack."Papa, apakah ini akan berbahaya?" tanya Gabriel khawatir."Tidak anak ku, tidak ada yang berbahaya kita hanya perlu waspada saja," jawab Jack."Gabriel, kamu segera lah tidur kami akan berjaga malam ini," ucap Rey yang mulai peduli dengan adik perempuannya itu."Iya bang, kalian hati-hati," jawab Gabriel yang kemudian masuk ke dalam kamarnya.Semua rencana sudah di siapkan, di mulai dengan penjagaan di laur gudang dan di dalam gudang, tepat pukul 02 pagi, Rey melihat seseorang dari belakang gudang."Papa, Jason, lihat baik-baik ada penyusup," ucap Rey melalui handphone karena mereka saling terhubung satu sama
Jack memeluk Gabriel penuh haru melihat kejadian itu dari lantai atas."Pa, apa itu artinya bang Rey mau menerima ku sebagai adik perempuan nya?" tanya Gabriel sambil menangis."Iya tentu saja, kalau itu saudara sedarah sedaging kalian harus akur harus saling menyayangi satu sama lain," jawab Jack dengan tetesan air mata juga.Tidak lama kemudian para anggota di suruh bubar oleh Rey dengan sebuah bentakan."Apa yang sedang kalian lihat! Bubar!""Lihat lah Abang mu malu, karena ini baru pertama kali nya abang mu menangis setelah kepergian ibu kalian," ujar Jack."Eumm iya pa, aku seneng banget bisa berkumpul dengan keluarga asliku, makasih ya pa, papa berusaha keras untuk membuatku kembali bersama kalian," balas Gabriel sambil melepas pelukannya."Iya sama-sama nak, apapun untuk anak papa pasti akan papa lakukan," timpal Jack sambil tersenyum.Gabriel pun pergi ke kamar nya karena Jack menyuruhnya untuk beristirahat saja tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat sementara Jack meny
Gabriel menikmati bubur ayamnya, sambil berkata dalam hati."Aku benar-benar gak nyangka ternyata aku hamil, iya juga sih karena aku waktu berhubungan badan sama pak Ruslan tidak pernah pakai pengaman makannya gak heran saat ini aku hamil, heumm aku berharap pak Ruslan baik-baik aja dan keluargaku mau menerima kehadirannya.""Ehh, gimana bang Rey, bang Rey belum juga menerima aku gimana dengan pak Ruslan, ahh aku heran bang Rey kok gitu amat sama aku, emangnya aku punya salah apa sama dia? Heumm apa yang harus aku lakukan agar bang Rey mau menerima kehadiran ku," sambung Gabriel sambil melahap bubur ayamnya.Setelah Gabriel selesai sarapan ia hendak keluar rumah untuk mencari udara segar.Tepat saat ia berada di ruang tengah ia berpapasan dengan Rey. Tatapan Rey sangat tajam membuat Gabriel takut dan menunduk."Perempuan kok bangunnya siang, bangun ti pagi-pagi!" bentak Rey, ia tidak tahu akan kehamilan Gabriel."I, iya maaf bang," jawab Gabriel."Maaf, maaf cepat latihan! Abang tungg
"Bang," ucap Jason sambil menggelengkan kepala ia tidak percaya dengan ucapan Rey."Apa! Kau berharap apa? Apa kau berharap aku akan menerima dia sebagai adikku?" tegas Rey yang kemudian berlalu pergi.Jason tidak percaya Rey sangat tidak ingin ada kehadiran seorang wanita ke keluarga mereka, seperti nya Rey sangat kecewa atas kepergian ibunya di karenakan melahirkan Gabriel.Malam pun berlalu, saat Jack memanggil Gabriel untuk sarapan terdengar dari balik pintu Gabriel seperti mau muntahKarena khawatir Jack langsung membuka pintu dan bertanya "nak, kamu kenapa?""Aduh, pa aku gak tahu kepala ku pusing dan mual-mual," jawab Gabriel sambil memegang kepalanya."Nak, Sayang tenang dulu ya, ini minum dulu," ujar Jack sambil memberikan segelas air."Jason! Jason! Cepat kemari!" teriak Jack memanggil anak keduanya, ia sangat khawatir dan hanya bisa mengandalkan Jason karena Rey sudah pasti tidak akan peduli."Iya pa, ada apa?" tanya Jason sambil menghampiri Jack ke dalam kamar Gabriel."C
"Jika benar papa adalah sorang mafia, berarti selama ini aku berada dalam dekapan mafia, pantas saja papa tidak mau mengakui dengan jelas apa pekerjaan utamanya," pikir Gabriel."Ahh tapi ini hanya perkiraan ku saja, aku tidak tahu kebenarannya jika bukan papa yang mengatakan nya dengan langsung," sambung Gabriel dalam hati.Ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk menenangkan diri, hingga saat malam tiba, Gabriel di panggil oleh Jason."Gabriel, ayok kemari kita makan malam bersama," ajak Jason."Oh iya, bang aku menyusul," jawab Gabriel seraya bangun dari tidurannya.Saat Gabriel tiba di meja makan terlihat Rey duduk menatapnya dengan tajam, raut wajah yang sangat itu membuat Gabriel menundukkan pandangan karena takut."Gabriel ayok duduk nak," ujar Jack seraya memberikan kursi."Eum iya pa," jawab Gabriel seraya duduk.Namun saat Gabriel duduk Rey berdiri hal itu membuat semua orang kaget."Rey, mau kemana kamu? Makan dulu," ujar Jack."Aku tidak selera, aku mau makan di luar
Saat itu hari sudah mulai sore, Gabriel keluar dari kamarnya, ia melihat beberapa orang bertubuh kekar, saat ia pergi ke sebuah ruangan tiba-tiba saja Rey menghardiknya."Mau kemana kau?" Tanya Rey ketus."A, aku cuma mau lihat-lihat aja," jawab Gabriel ketakutan karena dengan postur tubuh yang kekar serta raut wajah yang cukup menyeramkan dari Rey "Apa? Jangan cuma lihat-lihat pastikan dirimu berguna kalau kau sudah berada di keluarga ku," ujar Rey tegas."Berguna gimana maksudnya bang?" Tanya Gabriel."Sini!" Gertak Rey yang langsung menarik tangan Gabriel menuju sebuah lapangan latihan di bagian belakang."Lihat? Di sana ada sebuah papan bulat pastikan kau bisa menembak dengan tepat," ujar Rey sambil memberikan sebuah pistol ke tangan Gabriel."Ta, tapi bang aku belum pernah menggunakan pistol sebelumnya, bagaimana bisa aku menembak tepat sasaran?" Ujar Gabriel yang gagap karena takut."Hahh sudah ku duga, makannya aku bilang pastikan dirimu berguna dan tak akan menjadi beban, cep