"Gabriel kamu sudah sadar? Syukurlah ayok kita pulang," ujar pak Ruslan sangat bahagia melihat Gabriel ternyata baik-baik saja.
Mereka pun pulang pak Ruslan mengantar Gabriel hingga depan pintu kamarnya, ia menyuruh Gabriel untuk beristirahat karena pasti ia sangat lelah dengan seharian berada di festival.*Satu Minggu kemudian*"Heumm, ternyata aku sudah satu Minggu tinggal di sini," ujar Gabriel sambil melihat kalender.Ia keluar kamar dan menghampiri bi Ita yang sedang beres-beres di ruang tengah sedangkan pak Ruslan entah kemana bahkan akhir-akhir ini pan Ruslan semakin jarang berada di rumah bahkan sering kali Gabriel melihat pak Ruslan pulang dengan bercak darah entah itu di tangannya, wajahnya ataupun di pakaiannya.Walaupun begitu Gabriel tidak tahu apa penyebabnya karena setiap kali ia bertanya pak Ruslan selalu mengelak."Bi," ujar Gabriel menyapa bi Ita."Eh iya non ada apa?" tanya bi Ita seraya berbalik badan melihat Gabriel sudah berdiri di belakangnya."Begini bi," jawab Gabriel seraya menyeret bi Ita untuk duduk di sofa bersamanya."Pak Ruslan tidak ada di rumah, aku juga udah satu Minggu tinggal di sini, aku mau nanya bi," sambung Gabriel."Nanya apa non?" Bi Ita penasaran."Eumm, bibi kan udah lama banget kerja di sini, nah aku mau tahu masa lalu pak Ruslan bi, aku ingin tahu kejadian apa yang membuat pak Ruslan kayak benci gitu sama Jhonatan karena saat aku tinggal di rumah yang satunya lagi aku jarang banget liat pak Ruslan bertegur sapa sama Jhonatan bahkan bisa di bilang kayak gak pernah gitu, sebenarnya apa yang sudah terjadi bi?" Gabriel menjelaskan pertanyaan nya agar bi Ita tidak kebingungan dengan pertanyaan nya."Maaf non bibi gak bisa bilang kalau soal itu," jawab bi Ita."Yahh bi, ayolah, kenapa emangnya?" Gabriel tertunduk kecewa."Tapi non ini.......""Ayok bi ceritain bi," gertak Gabriel yang sudah tidak sabar ingin tahu."Jadi sebenarnya, dulu tuan Ruslan menikah dengan dengan seorang janda anak satu, nah anaknya itu Jhonatan, awalnya pernikahan mereka bahagia namun setelah semakin lama rumah tangga mereka, akhirnya ketahuan lah istrinya tuan Ruslan waktu itu sangat serakah.""Istrinya gila harta, dia selalu menghabiskan uang tuan Ruslan dengan cara foya-foya bersama teman-temannya. Tuan sering kali menegur namun dia tidak pernah menghiraukan hal itu dan saat itu usia Jhonatan baru menginjak umur 9 tahun." Jelas bi Ita."Terus- terus!" Gabriel sangat bersemangat ingin tahu bagaimana masa lalu pak Ruslan."Ya setelah tuan menalaknya ia menolak bahkan sampai terkena serangan jantung karena takut kehilangan harta jika bercerai dengan tuan Ruslan, dia meninggal dunia setelah tuan Ruslan membawanya ke rumah sakit, bibi juga nemenin ke rumah sakit waktu itu, Jhonatan nangis sejadi-jadinya karena dia tahu bahwa dia telah kehilangan ibunya untuk selamanya.""Nah, Jhonatan itu kan anak tirinya tuan Ruslan awalnya ia berniat untuk memasukan Jhonatan ke panti asuhan saja akan tetapi ia menemukan selembar surat wasiat kurang lebih isinya seperti ini."*Mas, maafin aku yang terlalu serakah, aku benar-benar minta maaf, aku hanya ingin kamu mengurus Jhonatan ia tidak punya siapa-siapa lagi selain ibunya dan jika ibunya telah tiada hanya kamu mas satu-satunya orang yang sangat dibutuhkan Jhonatan, maafin aku mas*"Maka dari itu tuan Ruslan terus mengurus, membiayai, merawat Jhonatan. Setelah satu tahun kepergian ibunya Jhonatan, tuan Ruslan memutuskan untuk menikah lagi tapi dengan seorang gadis." Jelas bi Ita terjeda karena Gabriel keburu bertanya."Gadis itu adalah ibunya Tio bi?""Iya non, awal pernikahan mereka bahagia istrinya tuan juga menyayangi Jhonatan namun semuanya berubah setelah kehadiran sang buah hati mereka yaitu Tio. Jhonatan merasa kasih sayangnya terbagi, ia jadi membenci ibu tirinya karena kasih sayang tuan Ruslan berpaling pada Tio.""Setelah Tio berumur 6 tahun Jhonatan semakin membenci ibunya karena sering kali ia di marahi karena membuat Tio sering menangis, entah apa yang di pikirkan oleh Jhonatan di saat makan malam tiba-tiba ibunya Tio batuk-batuk kemudian pingsan, bibi sama tuan segera membawanya ke rumah sakit.""Setelah di periksa ternyata ibunya Tio keracunan dari segelas air putih yang ada racunnya, awalnya tuan Ruslan mencurigai bibi karena kan semuanya bibi yang nyiapin," jelas bi Ita."Terus bi, siapa pelakunya? Dan apa yang terjadi selanjutnya?" Seru Gabriel semakin tertarik mendengarkan."Ya setelah satu hari di rawat, ternyata racunnya cepat sekali menyebar ke seluruh tubuh akhirnya ibunya Tio menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit, setelah di lakukan penyelidikan secara pribadi oleh tuan Ruslan, ternyata pelakunya adalah Jhonatan.""Apa Jhonatan? Bagaimana bisa di melakukan itu? Mungkin waktu itu dia baru berusia 15 tahun kan bi?" Gabriel kaget."Iya non, bibi juga gak percaya waktu itu masa iya anak 15 tahun berani berbuat hal seperti itu, tapi semua itu memang kenyataannya bibi lihat sendiri dari rekaman kamera CCTV , Jhonatan memasukan serbuk ke dalam gelas milik ibunya Tio sebelum mereka semua berkumpul di meja makan.""Setelah kejadian itu, tuan Ruslan tidak tertarik untuk menikah lagi, ia trauma takut hal yang sama akan terulang kembali, walaupun banyak wanita yang ingin menjadi kekasihnya namun tuan Ruslan selalu menolak.""Sejak saat itu tuan Ruslan jadi sangat murung bahkan ia sangat jarang sekali tersenyum, tuan Ruslan membayar baby sister untuk mengurus Tio karena tuan Ruslan jarang banget ada di rumah apalagi setelah 3 tahun yang lalu saat tuan Ruslan menyerahkan perusahaan nya pada Jhonatan.""Bibi kurang tahu kenapa bisa tuan Ruslan mempercayai Jhonatan untuk menjadi CEO di perusahaannya, entah tuan Ruslan punya alasan tersendiri atau apa bibi gak tahu.""Oh jadi itu sebabnya waktu aku tersedak saat makan malam pak Ruslan buru-buru bawa aku ke rumah sakit, dia takut hal yang sama akan menimpaku seperti pada istri sebelumnya," ujar Gabriel sambil mengangguk-angguk paham."Iya non, bibi gak tega liat tuan Ruslan waktu non ke rumah sakit bibi takut trauma kembali membungkam hatinya sedangkan dengan kehadiran non, tuan Ruslan bisa kembali membuka pintu hatinya, bibi harap ini adalah yang terbaik untuk non dan juga untuk tuan Ruslan," jelas bi Ita.Setelah mendapatkan informasi Gabriel kembali masuk ke kamarnya, ia memikirkan nasib pak Ruslan walaupun pak Ruslan kaya, tampan dan gagah ternyata ia memiliki masa lalu yang cukup menyedihkan."Ternyata sosok Jhonatan itu bisa berbuat se keji itu padahal umurnya baru belasan tahun, lalu bagaimana dengan sekarang apa dia masih bisa melakukan hal yang lebih kejam dari pada itu mengingat usianya yang sudah 29 tahun apa dia ingat perbuatannya di masa lalu? Hem sudahlah aku ngapain juga mikirin dia," ujar Gabriel dalam hati."Apa yang harus aku lakukan ya? Rasanya aku ingin menghibur papa kapan di pulang ya?" Gabriel bertanya pada dirinya sendiri.Ia pun pergi ke balkon kemudian ia melihat kembali kolam renang yang sangat jernih itu, saat hari sudah mulai sore Gabriel merasa ingin berenang di kolam tersebut, karena cuaca yang begitu panas.Byur!Gabriel berenang sendiri dengan asiknya hanya memakai pakaian dalam saja, ia menikmati air yang dingin itu sangat sejuk di badan."Eumm senangnya hidup jika aku memiliki rumah yang sangat indah ini, apa lagi ada kolam renangnya aku bisa berenang kapanpun aku mau, ohhh Tuhan andai saja aku punya rumah seperti ini," ujar Gabriel sambil berhenti sejenak di tepi kolam namun tiba-tiba saja."Jika kamu mau, rumah ini jadi milikmu."Gabriel kaget dengan suara lelaki di belakangnya, ia segera berbalik badan dan melihat rupanya pak Ruslan yang sudah pulang."Papa?" Sambut Gabriel."Apa kamu menikmatinya?" Pak Ruslan bertanya sambil berjongkok di hadapan Gabriel yang berada di tepi kolam."Sangat!" jawabnya singkat dengan tawa."Ahh sudah lama papa tidak berenang, gerah sekali hari ini, papa juga mau ikut renang," ujar pak Ruslan sambil membuka pakaiannya."Papa jangan pa, aku masih di kolam nanti saja kita gantian," ucap Gabriel panik.Pak Ruslan menatap Gabriel, mencubit lembut hidungnya seraya berkata. "Kenapa harus gantian kalau bisa berenang bersama?"Byur!Pak Ruslan menceburkan tubuhnya, ia berenang ke sana ke mari dengan penuh semangat."Papa semangat banget airnya sampai tumpah-tumpah ke pinggir kolam," ujar Gabriel."Tentu saja papa sangat semangat jika berenang bersama wanita yang sangat cantik ini," jawab pak Ruslan sambil memegang lembut dagu Gabriel gemas."Apa sih pa, papa bisa aja," balas Gabriel yang langsung membelakangi pak Ruslan karena malu."Wah wah wah, kesempatan nih!" Seru pak Ruslan, seketika ia memeluk Gabriel dari belakang."Ahh papa," ucap Gabriel kaget."Apa kamu tahu, papa sangat bahagia papa merasa hidup kembali setelah adanya kamu, papa ingin kamu menjadi milik papa selamanya, papa tidak peduli dengan Jhonatan cepat atau lambat Jhonatan akan segera mendapatkan karmanya," ujar pak Ruslan dalam hatinya."Pa? Udah meluknya?" Tanya Gabriel."Belum, papa belum puas memelukmu setelah seharian bekerja," jawab pak Ruslan."Papa pasti sangat capek ya pa," sambung Gabriel."Iya, tadinya papa ngerasa capeeek banget, tapi setelah papa meluk kamu rasanya energi papa kembali pulih," jawab pak Ruslan sambil mengecup bahu Gabriel dari belakang."Ahh geli pa," ucap Gabriel seraya melepaskan pelukan pak Ruslan."Papa punya ide, bagaimana kalau kita berlomba, kita berenang sampai ke ujung kolam dan balik lagi ke sini, siapa yang paling cepat ia yang menang, dan barang siapa yang kalah maka ia harus mengabulkan satu permintaan sang pemenang, gimana kamu setuju?" ajak pak Ruslan."Heum siapa takut, aku hitung sampai tiga dan kita berenang bareng-bareng."123Byur! Gejebur! Mereka berenang bersama dengan kekuatan penuh agar bisa menang lomba. Pada akhirnya pak Ruslan yang sampai duluan."Yes! Kamu lihat papa yang menang!" Seru pak Ruslan sangat senang."Heumm," Gabriel cemberut karena ia kalah."Lho tadi katanya siapa takut, kok pas kalah malah cemberut," goda pak Ruslan sambil mencubit lembut pipi Gabriel."Heumm ya udah deh, karena kita udah deal dan papa pemenangnya, sekarang kasih tahu aku apa keinginan papa?" tanya Gabriel."Apa ya," ujar pak Ruslan sambil menarik tubuh Gabriel ke pelukannya."Kamu tahu Gabriel? Apa yang papa inginkan?" Pak Ruslan bertanya dengan tatapan yang sangat dalam dengan pelukannya semakin erat."Apa pa?" tanya Gabriel."Apa kamu belum mengerti? Atau hanya pura-pura tidak mengerti, sayang," Ucap pak Ruslan dengan suara yang berat membuat Gabriel merinding.Gabriel dan pak Ruslan sudah berada di dalam kamar, mereka hanya memakai handuk saja, perlahan Gabriel berbaring kemudian pak Ruslan ikut berbaring di atas tubuh Gabriel dengan posisi yang hendak push up."Gabriel kamu sudah siap?" Pak Ruslan bertanya sambil memandangi wajah Gabriel."Eumm, heu eum," jawab Gabriel menganggukkan kepalanya.Mendengar jawaban Gabriel pak Ruslan perlahan mendekatkan wajahnya ia melihat bibir mungil Gabriel yang imut, bibir menjadi sasarannya, saat dekat semakin dekat dan sedikit lagi sampai bibir mereka bertemu."Ahh papa!" Gabriel agak berteriak."Ada apa sayang? Papa belum melakukan apa-apa," ujar pak Ruslan yang kaget dengan teriakan Gabriel."Maaf pa, perut aku rasanya sakit sepertinya aku datang bulan," jawab Gabriel sambil memalingkan muka karena malu."Ya sudah gak papa, kamu cek dulu ke kamar mandi, papa mau nyuruh bi Ita untuk membeli pembalut," ujar pak Ruslan seraya berdiri dan turun dari ranjang."Maaf ya pa," ucap Gabriel pelan."Kamu gak per
"Tio! Jangan berani kamu bilang pada papa atau kamu akan menyesalinya!" tegas Jhonatan."Tapi, kak siapa dari dulu papa sudah tidak merestui hubungan kakak sama kak Dina, bagaimana bisa kakak membawanya ke rumah ini, sedangkan kak Gabriel istri sah kakak sekarang ada di mana? Dia sudah lama tak pulang," jelas Tio kesal karena Jhonatan membawa Dina ke rumah mereka malam itu."Diam! Ini uang untuk tutup mulut mu! Kakak memang menikah dengan Gabriel tapi kakak tetap menginginkan Dina!" Ujar Jhonatan sambil menodongkan uang sebesar 500 US Dollar."Kakak dari mana uang ini?" tanya Tio kaget."Tentu saja ini hasil dari perusahaan," jawab Jhonatan."Kakak gak bisa dong uang perusahaan dipake hal yang kayak gini, kakak gak boleh foya-foya nanti kalau perusahaan bangkrut gimana?" Tutur Tio."Tio, kamu tahu apa sih? Udah jangan ngelawan sama kakak kamu nanti kalau kamu kualat baru tahu rasa," sahut Dina."Diam kak Dina aku tidak sedang bicara dengan kak Dina!" Bentak Tio yang dari dulu memang t
Dina mengambil kesempatan ia segera mengambil pakaian dan berpakaian di tengah berlututnya Jhonatan, ia segera pergi dari kamar itu akan tetapi."Mau kemana kamu? Wanita j*lang?" pak Ruslan menahan Dina dengan memegang tangannya, hingga ia berhenti melangkah."Maaf om, aku gak bersalah yang salah itu Jhonatan om dia yang maksa aku buat........." Ucapan Dina terpotong."Munafik sekali kamu ini, di saat kekasihmu ini jatuh miskin kamu ninggalin dia tadi kamu manggil saya papa sekarang kamu manggil saya om, apa maksud kamu? Hah?" Tegas pak Ruslan."A, a, aku, aku tidak bersalah! Salahkan saja dia!" teriak Dina yang langsung berlari kabur dari kamar tersebut."Gabriel, Tio ayok kita pergi," ajak pak Ruslan sambil membalikan badan."Bagaimana dengan ku pa?" tanya Jhonatan yang langsung berdiri."Kamu? Siapa kamu? Kita tidak ada hubungan apapun dengan kamu, terserah kamu mau kemana dan hidup mana," jawab pak Ruslan."Pa, bagaimana papa bisa sekejam ini?" ujar Jhonatan."Apa kamu bilang? Say
Gabriel tertidur sambil memegang botol yang berisikan air hangat di atas perutnya, sementara Tio bergegas pergi untuk mengerjakan tugas kelompok nya, begitu pun juga pak Ruslan pergi dari rumah entah mau ke mana.Saat Gabriel membuka kedua matanya ia membelalak kaget, melihat dirinya berdiri dengan tangan terikat ke atas kepalanya, ia berada di sebuah ruangan yang gelap nan kusam."Aku di mana? Siapa yang membawaku ke sini?" tanya Gabriel pada dirinya sendiri.Berselang beberapa detik kemudian terdengar suara langkah kaki yang mendekati dirinya. "Siapa di sana?!" teriak Gabriel ketakutan.Langkah kaki tersebut semakin dekat dan semakin mendekat, hingga muncullah sosok pria berbaju hitam, celana hitam, sepatu hitam dan menggunakan topi hitam sambil menunduk hingga wajahnya tidak terlihat."Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?" tanya Gabriel mulai panik melihat sosok pria tersebut.Tanpa jawaban pria itu terus mendekat dengan langkah yang lamban."Berhenti! Aku bilang berhenti! Jangan m
Pak Ruslan yang sedang duduk melamun di balkon sambil menikmati sebatang rokok serta secangkir kopi, tanpa sengaja mendengar seseorang sedang mendekat kearahnya.Entah mengapa instingnya begitu kuat, ia segera mengambil sebuah senapan angin dari kolong meja yang selalu ia simpan di sana untuk berjaga-jaga.Ketika ia merasa orang itu semakin mendekat ia segera berdiri dan menodongkan senapan angin tersebut.Namun betapa kagetnya ia ketika melihat orang itu adalah Gabriel."Hah? Papa?!" Ucap Gabriel kaget."Gabriel?!" Balas pak Ruslan yang juga kaget.Ia segera menaruh senapan angin tersebut dan langsung memeluk erat Gabriel sambil berkata."Maafin papa, papa tidak bermaksud begitu, papa pikir itu bukan kamu Gabriel, maaf papa tidak sengaja, kamu pasti sangat kaget."Gabriel terpaku ia masih syok karena mengingat mimpinya tadi siang kini berkaitan dengan dunia nyata.Melihat Gabriel yang terpaku membuat pak Ruslan panik, ia melepas peluknya sejenak."Gabriel, kamu gak papa kan sayang? G
Saat Gabriel terbangun ia melirik ke kanan kiri tidak ada siapapun namun saat ia melirik ke arah belakang."Selamat pagi sayang," sambut pak Ruslan yang sudah bangun duluan. Posisinya masih tiduran sambil memeluk Gabriel dari belakang karena Gabriel tidurnya miring."Papa?" Gabriel agak kaget ia tidak menyadari bahwa dirinya bermalam di kamar pak Ruslan."Apa sayang? Lagian kita gak ngapa-ngapain kok kan kamu masih haid," ujar pak Ruslan."Oh iya pak," timpal Gabriel kemudian berucap dalam hati "hadehh sukur deh, aku pikir terjadi sesuatu malam tadi.""Gabriel, mandi yuk," ajak pak Ruslan."Iya pak, papa duluan aja nanti setelah papa selesai baru aku," jawab Gabriel."Lho? Kenapa harus gantian kalau bisa barengan?" Sambung tanya pak Ruslan."Hah?" Gabriel agak kaget.Tiba-tiba saja pak Ruslan yang tadinya memeluk Gabriel kini ia angkat tubuh Gabriel seraya berdiri."Papa, kenapa gendong aku?" tanya Gabriel kaget.Pak Ruslan tidak menjawab ia hanya tersenyum sambil melangkah menuju kam
"Cepat selesaikan misi nanti gua akan kasih lo uang," ucap Jhonatan di pagi hari."Berapa bos?" Tanya anak buah suruhan Jhonatan."500 dolar, per orang," jawab Jhonatan."Ok bos, misi saya jalankan!" Balas kedua anak buah Jhonatan.Pagi itu dua orang pria pergi ke panti mereka membagikan makanan yang beratas namakan Gabriel dan pak Ruslan."Ibu, ini ada makanan untuk anak-anak panti dari Gabriel sama pak Ruslan, bagiin ke anak-anak ya bu," ucap salah satu pria."Oh ya? Ini dari Gabriel? Kenapa tidak dia saja yang dateng ke sini? Lagi pula sudah lama Gabriel tidak berkunjung," jawab ibu panti."Anu bu, Gabriel sedang sakit dan pak Ruslan juga sedang sibuk makannya kami yang mengantarkan makanannya," timpal pria itu."Lalu kalian siapanya Gabriel dan pak Ruslan?" Tanya ibu panti."Kami cuma suruhan bu," jawab pria itu."Ohh makasih kalau gitu, mau mampir dulu sama anak-anak," ajak ibu panti."Sama-sama bu, mohon maaf kami harus langsung pergi karena kami ada urusan lain," ujar anak buah
Bab 16Bu sebenarnya aku udah hampir satu bulan tinggal dengan pak Ruslan," ucap Gabriel sambil menunduk malu."apa? Pantas saja ibu sampai heran sudah lama kamu tidak mengunjungi anak-anak ke panti," balas ibu panti yang agak kaget mendengar ucapan Gabriel."iya bu, aku tahu ini gak wajar tapi mau gimana lagi bu, aku tidak mau tinggal dengan lelaki yang suka selingkuh itu," ujar Gabriel."ibu gak melarang, kalau kamu mau dengan pak Ruslan juga gak papa asal kamu sudah bercerai dulu dari Jhonatan, ibu ikut bahagia kalau kamu bahagia. Kalau kamu nyaman sama pak Ruslan gak papa sama pak Ruslan aja, ibu juga gak mau kalau kamu bertahan di dalam rumah tangga yang sudah terhianati," jelas ibu panti memberikan sebuah dukungan demi kebahagiaan Gabriel."iya bu makasih, semoga aja karena aku merasa bahwa pak Ruslan juga sangat mencintai aku bu," balas Gabriel sambil tersenyum malu.Ibu panti menepuk bahu Gabriel sambil tersenyum seraya berakata. "ikuti kata hatimu aja nak, ibu selalu berharap
Ruslan masuk ke markas Max dia membuat kekacauan dengan cara membawa anggota kepolisian untuk mengamankan setiap orang yang ada di sana dan mengembalikan barang ke pemilik aslinya yaitu Jack.Kepanikan terjadi Max murka mengetahui perbuatan Ruslan namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah di tahan oleh polisi. Barang-barang yang telah di curi itu kembali ke tangan pemilik aslinya.Hal itu membuat Jack bangga, Jason dan Rey juga telah membuka pintu restu atas hubungan Ruslan dengan Gabriel, walaupun terbilang cukup jauh umur mereka namun cinta itu tidak pernah terhalang oleh umur karena umur hanyalah angka.Prok! Prok! Prok! Tepuk tangan terdengar bergemuruh saat Ruslan kembali ke markas Jack."Wow, hebat, setelah ini aku setuju atas hubungan mu dengan adik ku," ucap Jason."Aku juga setuju," sambung Rey."Ruslan, saya bangga atas apa yang kamu lakukan, saya minta maaf karena telah memberi siksaan sebelumnya, karena saya benar-benar tidak tahu," ucap Jack."Sudah lah, lupakan, l
"Papa! Jadi orang yang papa maksud untuk menjadi suami ku adalah Jhonatan?" tanya Gabriel."Iya, Jhonatan adalah senior di kelompok kita dia yang paling handal dan paling bertanggung jawab. Dia juga yang paling cepat menyelesaikan misi," jawab Jack."Gabriel, kenapa kamu begitu kaget? Emangnya kamu tahu Jhonatan itu siapa?" Tanya Jason heran."Dasar baj*Ngan!" Gertak Gabriel sambil mendorong Jhonatan sampai mundur beberapa langkah."Anak ku, apa yang salah?" tanya Jack."Jhon! Jadi selama ini kamu adalah salah satu anggota dari kelompok mafia?" tanya Gabriel."Iya, jadi kamu adalah anak dari ketua kelompok ku?" tanya balik Jhonatan."Jhon kamu kenal anak ku?" tanya Jack bingung."Jelas kenal pah! Dia adalah mantan suamiku, dia yang sudah menikahi ku dan mengkhianati ku dia berselingkuh saat aku masih menjadi istrinya! Dia bajingan! Dia lah penjahat yang sesungguhnya! Lebih parahnya lagi dia adalah anak tiri pak Ruslan!" Jelas Gabriel."Apa?" "Apa?""Apa?"Bersamaan, Jack, Jason dan j
Tepat pukul 3 pagi, Gabriel pergi mengendap-endap ke ruang bawah tanah untuk menemui pak Ruslan dengan membawa sepiring makanan dan juga segelas air.Para menjaga mencegah Gabriel, namun Gabriel melakukan berbagai cara untuk membujuk para penjaga itu agar mengijinkannya masuk dan mereka tutup mulut."Papa," ucap Gabriel gemetar melihat tubuh pak Ruslan terkapar lemas di sebuah kursi yang di ikat dengan tali."Sa, Sayang," jawab pak Ruslan seraya membuka kedua matanya dan melirik Gabriel.Gabriel segera melepaskan tali itu dan langsung memeluk pak Ruslan dengan di iringi sebuah tangis."Papa, papa," tangis Gabriel sambil memanggil pak Ruslan."Sayang, papa baik-baik saja, syukurlah kamu baik-baik saja, papa sangat khawatir dan papa juga mencari ke mana-mana papa juga selalu berdoa dan berharap bahwa kamu baik-baik saja," ujar pak Ruslan sambil mengelus kepala Gabriel yang berada di dadanya."Papa pasti sangat ke sakitan, aku minta maaf pah," jawab Gabriel."Sayang, kamu tidak perlu min
Sore itu Gabriel, Rey dan Jack pulang, di sambut oleh Jason dengan rencana yang di katakan oleh David. Semua memberi respon positif kecuali Rey."Aku tidak terlalu mempercayai anak baru, sebaiknya jangan gegabah kita harus hati-hati," ucap Rey."Iya Rey ada benarnya juga, kita coba saja dulu rencananya nanti malam namun kita jangan tidur kita awasi dari lantai atas," balas Jack."Papa, apakah ini akan berbahaya?" tanya Gabriel khawatir."Tidak anak ku, tidak ada yang berbahaya kita hanya perlu waspada saja," jawab Jack."Gabriel, kamu segera lah tidur kami akan berjaga malam ini," ucap Rey yang mulai peduli dengan adik perempuannya itu."Iya bang, kalian hati-hati," jawab Gabriel yang kemudian masuk ke dalam kamarnya.Semua rencana sudah di siapkan, di mulai dengan penjagaan di laur gudang dan di dalam gudang, tepat pukul 02 pagi, Rey melihat seseorang dari belakang gudang."Papa, Jason, lihat baik-baik ada penyusup," ucap Rey melalui handphone karena mereka saling terhubung satu sama
Jack memeluk Gabriel penuh haru melihat kejadian itu dari lantai atas."Pa, apa itu artinya bang Rey mau menerima ku sebagai adik perempuan nya?" tanya Gabriel sambil menangis."Iya tentu saja, kalau itu saudara sedarah sedaging kalian harus akur harus saling menyayangi satu sama lain," jawab Jack dengan tetesan air mata juga.Tidak lama kemudian para anggota di suruh bubar oleh Rey dengan sebuah bentakan."Apa yang sedang kalian lihat! Bubar!""Lihat lah Abang mu malu, karena ini baru pertama kali nya abang mu menangis setelah kepergian ibu kalian," ujar Jack."Eumm iya pa, aku seneng banget bisa berkumpul dengan keluarga asliku, makasih ya pa, papa berusaha keras untuk membuatku kembali bersama kalian," balas Gabriel sambil melepas pelukannya."Iya sama-sama nak, apapun untuk anak papa pasti akan papa lakukan," timpal Jack sambil tersenyum.Gabriel pun pergi ke kamar nya karena Jack menyuruhnya untuk beristirahat saja tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat sementara Jack meny
Gabriel menikmati bubur ayamnya, sambil berkata dalam hati."Aku benar-benar gak nyangka ternyata aku hamil, iya juga sih karena aku waktu berhubungan badan sama pak Ruslan tidak pernah pakai pengaman makannya gak heran saat ini aku hamil, heumm aku berharap pak Ruslan baik-baik aja dan keluargaku mau menerima kehadirannya.""Ehh, gimana bang Rey, bang Rey belum juga menerima aku gimana dengan pak Ruslan, ahh aku heran bang Rey kok gitu amat sama aku, emangnya aku punya salah apa sama dia? Heumm apa yang harus aku lakukan agar bang Rey mau menerima kehadiran ku," sambung Gabriel sambil melahap bubur ayamnya.Setelah Gabriel selesai sarapan ia hendak keluar rumah untuk mencari udara segar.Tepat saat ia berada di ruang tengah ia berpapasan dengan Rey. Tatapan Rey sangat tajam membuat Gabriel takut dan menunduk."Perempuan kok bangunnya siang, bangun ti pagi-pagi!" bentak Rey, ia tidak tahu akan kehamilan Gabriel."I, iya maaf bang," jawab Gabriel."Maaf, maaf cepat latihan! Abang tungg
"Bang," ucap Jason sambil menggelengkan kepala ia tidak percaya dengan ucapan Rey."Apa! Kau berharap apa? Apa kau berharap aku akan menerima dia sebagai adikku?" tegas Rey yang kemudian berlalu pergi.Jason tidak percaya Rey sangat tidak ingin ada kehadiran seorang wanita ke keluarga mereka, seperti nya Rey sangat kecewa atas kepergian ibunya di karenakan melahirkan Gabriel.Malam pun berlalu, saat Jack memanggil Gabriel untuk sarapan terdengar dari balik pintu Gabriel seperti mau muntahKarena khawatir Jack langsung membuka pintu dan bertanya "nak, kamu kenapa?""Aduh, pa aku gak tahu kepala ku pusing dan mual-mual," jawab Gabriel sambil memegang kepalanya."Nak, Sayang tenang dulu ya, ini minum dulu," ujar Jack sambil memberikan segelas air."Jason! Jason! Cepat kemari!" teriak Jack memanggil anak keduanya, ia sangat khawatir dan hanya bisa mengandalkan Jason karena Rey sudah pasti tidak akan peduli."Iya pa, ada apa?" tanya Jason sambil menghampiri Jack ke dalam kamar Gabriel."C
"Jika benar papa adalah sorang mafia, berarti selama ini aku berada dalam dekapan mafia, pantas saja papa tidak mau mengakui dengan jelas apa pekerjaan utamanya," pikir Gabriel."Ahh tapi ini hanya perkiraan ku saja, aku tidak tahu kebenarannya jika bukan papa yang mengatakan nya dengan langsung," sambung Gabriel dalam hati.Ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk menenangkan diri, hingga saat malam tiba, Gabriel di panggil oleh Jason."Gabriel, ayok kemari kita makan malam bersama," ajak Jason."Oh iya, bang aku menyusul," jawab Gabriel seraya bangun dari tidurannya.Saat Gabriel tiba di meja makan terlihat Rey duduk menatapnya dengan tajam, raut wajah yang sangat itu membuat Gabriel menundukkan pandangan karena takut."Gabriel ayok duduk nak," ujar Jack seraya memberikan kursi."Eum iya pa," jawab Gabriel seraya duduk.Namun saat Gabriel duduk Rey berdiri hal itu membuat semua orang kaget."Rey, mau kemana kamu? Makan dulu," ujar Jack."Aku tidak selera, aku mau makan di luar
Saat itu hari sudah mulai sore, Gabriel keluar dari kamarnya, ia melihat beberapa orang bertubuh kekar, saat ia pergi ke sebuah ruangan tiba-tiba saja Rey menghardiknya."Mau kemana kau?" Tanya Rey ketus."A, aku cuma mau lihat-lihat aja," jawab Gabriel ketakutan karena dengan postur tubuh yang kekar serta raut wajah yang cukup menyeramkan dari Rey "Apa? Jangan cuma lihat-lihat pastikan dirimu berguna kalau kau sudah berada di keluarga ku," ujar Rey tegas."Berguna gimana maksudnya bang?" Tanya Gabriel."Sini!" Gertak Rey yang langsung menarik tangan Gabriel menuju sebuah lapangan latihan di bagian belakang."Lihat? Di sana ada sebuah papan bulat pastikan kau bisa menembak dengan tepat," ujar Rey sambil memberikan sebuah pistol ke tangan Gabriel."Ta, tapi bang aku belum pernah menggunakan pistol sebelumnya, bagaimana bisa aku menembak tepat sasaran?" Ujar Gabriel yang gagap karena takut."Hahh sudah ku duga, makannya aku bilang pastikan dirimu berguna dan tak akan menjadi beban, cep