Gabriel dan pak Ruslan sudah berada di dalam kamar, mereka hanya memakai handuk saja, perlahan Gabriel berbaring kemudian pak Ruslan ikut berbaring di atas tubuh Gabriel dengan posisi yang hendak push up.
"Gabriel kamu sudah siap?" Pak Ruslan bertanya sambil memandangi wajah Gabriel."Eumm, heu eum," jawab Gabriel menganggukkan kepalanya.Mendengar jawaban Gabriel pak Ruslan perlahan mendekatkan wajahnya ia melihat bibir mungil Gabriel yang imut, bibir menjadi sasarannya, saat dekat semakin dekat dan sedikit lagi sampai bibir mereka bertemu."Ahh papa!" Gabriel agak berteriak."Ada apa sayang? Papa belum melakukan apa-apa," ujar pak Ruslan yang kaget dengan teriakan Gabriel."Maaf pa, perut aku rasanya sakit sepertinya aku datang bulan," jawab Gabriel sambil memalingkan muka karena malu."Ya sudah gak papa, kamu cek dulu ke kamar mandi, papa mau nyuruh bi Ita untuk membeli pembalut," ujar pak Ruslan seraya berdiri dan turun dari ranjang."Maaf ya pa," ucap Gabriel pelan."Kamu gak perlu minta maaf, bukan salah kamu juga, papa pergi dulu ya nanti kita makan malam bersama," ujar pak Ruslan kemudian pergi dari kamar Gabriel dengan memberikan sebuah kecupan lembut di kening Gabriel.Gabriel pun segera pergi ke kamar mandi dan benar saja, ia sedang datang bulan tak lama kemudian bi Ita masuk ke kamar Gabriel, Gabriel meminta bi Ita memberikan pembalut nya ke kamar mandi, karena ia masih berada di kamar mandi."Non boleh bibi bertanya?" tanya bi Ita setelah Gabriel keluar dari kamar mandi."Ehh bi, bentar ya aku pakai baju dulu," ujar Gabriel seraya mengambil piyama dari dalam lemari.Setelah ia selesai berpakaian, ia menghampiri bi Ita yang sedang menunggunya di luar pintu kamar."Bi, ayok masuk kita bicara di dalam kamar aja," ajak Gabriel."Mohon maaf sebelumnya non, bibi gak bermaksud lancang atau ikut campur urusan non Gabriel, bibi cuma penasaran," ujar bi Ita setelah berada di dalam kamar, duduk berdua dengan Gabriel."Penasaran apa bi?" Gabriel terheran-heran."Eum anu, non, kan non sama anak tiri tuan Ruslan itu udah satu tahun nikah katanya non juga gak pake apa-apa gak di KB gak pake pil juga, tapi kenapa non masih menstruasi? Kan biasanya kalau gak pake apa-apa kemungkinan besar kehamilan jadi sangat mudah," jelas bi Ita karena penasaran."Eum sebenarnya, aduh malu bi mau bilangnya," ujar Gabriel malu."Gak usah malu non, lagian kita kan sama-sama perempuan," bujuk bi Ita."Jadi sebenarnya sejak kami menikah kami belum pernah melakukan hubungan suami istri, sampai saat ini aku masih perawan bi, awalnya aku gak tahu kenapa Jhonatan gak pernah nyentuh aku, kemudian...." Jelas Gabriel terhenti."Kemudian apa non?" tanya bi Ita semakin penasaran."Kemudian aku menemukan penyebab nya, ternyata Jhonatan masih berhubungan sama mantannya bi, bahkan dia sendiri mengakui bahwa ia sering berhubungan intim dengan mantannya," lanjut Gabriel."Ya ampun non, bibi gak nyangka dia bisa berbuat seperti itu, tapi sebelum kalian menikah bibi tahu satu hal, bahwa Jhonatan ingin menikahi kekasihnya namanya Dina kan?" Sambung bi Ita."Bibi tahu?" Gertak Gabriel kaget."Iya, bibi tahu mereka ingin segera menikah namun tuan Ruslan tidak merestui hubungan mereka, akhirnya tuan Ruslan memutuskan untuk menjodohkan Jhonatan sama anak yang ada di panti, ternyata anak yang di maksud itu adalah non Gabriel.""Tuan Ruslan pikir, dengan cara itu bisa membuat Jhonatan terlepas dari Dina, karena tuan Ruslan tahu betul bagaimana sosok Dina itu bahkan saat kedua orangtuanya Dina meninggal tuan Ruslan juga tahu," jelas bi Ita."Iya tah? Tapi pada kenyataannya mereka masih berhubungan bi," ujar Gabriel dengan nada kecewa."Tapi non, selama kalian non menikah sama Jhonatan, apa non punya perasaan terhadap nya? Apa non udah cinta sama Jhonatan, bagaimana perasaan non?" tanya bi Ita yang blak-blakan."Eumm, rasanya hambar bi, aku hanya menjalani hidup aja mengikuti alurnya, aku gak punya perasaan apa-apa sama Jhonatan," jawab Gabriel."Oh itu lebih baik non, lagian lelaki bejat kayak dia gak pantes buat non, apalagi non ini udah cantik, baik, seksi pula, sayang banget kalau di kasih cuma-cuma sama dia," ujar bi Ita sambil menepuk bahu Gabriel."Ahh bibi bisa aja," balas Gabriel."Ya sudah, makasih non udah mau cerita sama bibi, bibi udah masak tuh ayok segera ke bawah untuk makan malam," ajak bi Ita kemudian keluar duluan dari kamar Gabriel.Gabriel merasa lega karena bisa bercerita kepada seseorang atas rasa sakit hatinya, ia pun turun ke bawah untuk segera makan malam.Pak Ruslan sudah duduk menunggu kedatangan Gabriel, setelah Gabriel tiba."Gimana? Apa perut kamu masih terasa sakit?" tanya pak Ruslan."Masih pa, ya namanya juga hari pertama datang bulannya," jawab Gabriel malu."Eum, ini nanti kamu minum ini semoga saja rasa sakitnya mereda" ujar pak Ruslan sambil memberikan sebuah paper bag yang entah isinya apa."Ini apa pa?" tanya Gabriel."Nanti kamu buka aja setelah makannya selesai," jawab pak Ruslan."Oh ok kalau gitu hehee, makasih pa," balas Gabriel dengan cengengesan.Pak Ruslan tersenyum bahagia melibat tawa tipis dari Gabriel, mereka pun makan bersama dengan sangat lahap."Gabriel apa setiap kali kamu datang bulan rasanya selalu sakit?" tanya pak Ruslan sambil mengunyah."Iya pa," jawab Gabriel singkat sambil mengunyah juga."Apa yang biasa kamu lakukan untuk meredakan rasa sakitnya?" tanya pak Ruslan lagi."Eum biasanya aku mengelus-elus perut aku sambil menekan-nekan lembut memakai botol yang berisikan air hangat, biasanya itu membuat keluarnya banyak jadi rasa sakitnya agak mereda," jelas Gabriel walaupun sebenarnya ia malu mengatakannya.Pak Ruslan mengangguk-angguk setelah mendengar jawaban Gabriel. Merekapun melanjutkan makan malamnya, sambil Gabriel berpikir."Kenapa papa bertanya seperti itu? Dan kenapa juga papa menanyakan hal yang seperti ini? Apa dia punya rencana?"Setelah selesai makan, Gabriel kembali ke kamar akan tetapi paper bag yang tadi di ambil oleh pak Ruslan."Paper bag nya biar papa yang bawa, sekalian antar kamu," ujar pak Ruslan."Gak usah pa, gak papa," balas Gabriel seraya merebut paper bag yang di bawa pak Ruslan."Eum ya udah, nanti kalau ada apa-apa kamu tinggal hubungi papa aja ya," ujar pak Ruslan.Gabriel hanya mengangguk kemudian naik ke atas untuk pergi ke kamarnya, setelah tiba ia duduk di atas kasur sambil membuka paper bag."Ehh ini kan obat pereda nyeri haid, kok papa bisa tahu ya? Eumm udah lah aku minum obatnya mudah-mudahan rasa sakitnya mereda," ucap Gabriel sambil menelan obatnya.Ia pun berbaring, merasakan bagian bawah perutnya terasa melilit, semakin lama rasa sakitnya semakin menjadi-jadi, namun hari sudah larut malam, ia ingin menghubungi pak Ruslan namun takut menganggu jadinya ia hanya berguling ke sana ke mari menahan rasa sakit.Akan tetapi di tengah rasa sakitnya, tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu di depan kamar Gabriel."Si, sia, siapa?" tanya Gabriel yang terbata karena rasa sakit di bagian bawah perutnya."Ini papa, apa papa boleh masuk?" Jawab pak Ruslan."Iya pa, masuk aja Pintunya gak aku kunci kok," timpal Gabriel sambil membungkuk di atas kasur.Pak Ruslan pun masuk dengan membawa sebotol air hangat, ia duduk di sebelah Gabriel, ia melihat Gabriel yang terbungkuk menahan rasa sakit."Gabriel, berbaringlah dengan benar," ujar pak Ruslan."Sakit pa," jawab Gabriel.Pak Ruslan dengan lembut membalikan tubuh Gabriel yang terkaku membungkuk.Gabriel berbaring terlentang sambil memegang perut bagian bawah nya."Maaf," ucap pak Ruslan seraya meletakan botol yang berisikan air hangat ke bagian yang sakit."Tenang, papa di sini, apa obatnya sudah kamu minum?" tanya pak Ruslan."Sudah pa, tapi rasanya semakin sakit," jawab Gabriel."Mungkin kamu tidak cocok meminum obatnya, maaf papa pikir kalau kamu meminum obat itu rasa sakitnya akan mereda," jelas pak Ruslan."Gak papa pa, bukan salah papa juga, lagian ya aku memang gak pernah minum obat ini kalau lagi haid," ujar Gabriel sambil memandangi wajah pak Ruslan.Pak Ruslan mengelus-elus lembut kepala Gabriel sambil menggulingkan botol ke atas ke bawah di bagian perut Gabriel."Maaf pa, aku jadi ngerepotin papa," ujar Gabriel merasa tidak enak hati."Gak papa, karena papa yang membawa kamu ke sini, maka kamu adalah tanggung jawab papa," jawab pak Ruslan dengan tersenyum.Gabriel tersenyum, ia memandangi wajah pak Ruslan yang terlihat sangat tampan, ia merasa kasihan dengan pak Ruslan mengenai masa lalu yang di ceritakan oleh bi Ita.Kemudian ia bertanya."Papa? Apa papa merasa kesepian?""Tidak, bagaimana papa bisa kesepian kalau ada kamu di sisi papa," jawab pak Ruslan yang masih mengelus-elus kepala Gabriel."Kalau gak ada aku?" lanjut tanya Gabriel."Tentu saja, papa sangat kesepian semenjak kepergian istri papa," jawab pak Ruslan."Papa pasti sangat sedih, melihat istri papa meninggal dengan hal yang tak terduga," ujar Gabriel keceplosan karena ia tahu masa lalu pak Ruslan."Maksud kamu? Bagaimana kamu tahu istri papa meninggal dengan hal yang tak terduga?" Tanya pak Ruslan kaget.Gabriel terdiam, ia tidak sengaja mengatakan hal itu, ia tidak bermaksud mengungkit rasa sakit mertuanya."Gabriel? Apa kamu tahu istri papa meninggal karena keracunan?" tanya pak Ruslan lagi.Gabriel hanya mengangguk. Pak Ruslan masih mengelus-elus perut Gabriel dengan sebuah botol tadi."Papa, aku minta maaf, aku tidak bermaksud mengungkit trauma papa," ujar Gabriel merasa bersalah."Kami gak perlu minta maaf, syukurlah kalau kamu sudah tahu tadinya papa ingin papa sendiri yang memberi tahu kamu, karena bukan papa yang ngasih tahu kamu, pasti kamu tahu dari bi Ita kan?" tanya pak Ruslan."Iya pa, aku penasaran sama masa lalu papa kenapa papa bisa duda? Aku bertanya pada bi Ita dan akhirnya bi Ita menceritakan semuanya karena aku memaksa," jawab Gabriel."Semuanya? Benarkah? Apa saja yang kamu tahu?" Tanya pak Ruslan."Banyak, tentang Jhonatan, tentang kedua istri papa dan tentang Tio juga," jawab Gabriel."Papa pasti sangat terluka dan sangat sedih waktu itu, pasti papa sangat-sangat terpuruk," sambung Gabriel."Gabriel, papa tidak se menyedihkan itu walaupun jalan hidup papa sangat rumit," jawab pak Ruslan seraya mengecup lembut kening Gabriel.Gabriel tersenyum, pak Ruslan sama sekali tidak marah Gabriel menggali masa lalunya, ia menatap Gabriel dengan sangat dalam."Apa rasa sakitnya sudah mereda?""Iya pa, sudah mendingan," jawab Gabriel.Pak Ruslan berhenti mengelus, ia berbaring di samping Gabriel seraya berkata."Kalau gitu kamu harus segera tidur, atau mau papa temani tidurmu malam ini?""Tio! Jangan berani kamu bilang pada papa atau kamu akan menyesalinya!" tegas Jhonatan."Tapi, kak siapa dari dulu papa sudah tidak merestui hubungan kakak sama kak Dina, bagaimana bisa kakak membawanya ke rumah ini, sedangkan kak Gabriel istri sah kakak sekarang ada di mana? Dia sudah lama tak pulang," jelas Tio kesal karena Jhonatan membawa Dina ke rumah mereka malam itu."Diam! Ini uang untuk tutup mulut mu! Kakak memang menikah dengan Gabriel tapi kakak tetap menginginkan Dina!" Ujar Jhonatan sambil menodongkan uang sebesar 500 US Dollar."Kakak dari mana uang ini?" tanya Tio kaget."Tentu saja ini hasil dari perusahaan," jawab Jhonatan."Kakak gak bisa dong uang perusahaan dipake hal yang kayak gini, kakak gak boleh foya-foya nanti kalau perusahaan bangkrut gimana?" Tutur Tio."Tio, kamu tahu apa sih? Udah jangan ngelawan sama kakak kamu nanti kalau kamu kualat baru tahu rasa," sahut Dina."Diam kak Dina aku tidak sedang bicara dengan kak Dina!" Bentak Tio yang dari dulu memang t
Dina mengambil kesempatan ia segera mengambil pakaian dan berpakaian di tengah berlututnya Jhonatan, ia segera pergi dari kamar itu akan tetapi."Mau kemana kamu? Wanita j*lang?" pak Ruslan menahan Dina dengan memegang tangannya, hingga ia berhenti melangkah."Maaf om, aku gak bersalah yang salah itu Jhonatan om dia yang maksa aku buat........." Ucapan Dina terpotong."Munafik sekali kamu ini, di saat kekasihmu ini jatuh miskin kamu ninggalin dia tadi kamu manggil saya papa sekarang kamu manggil saya om, apa maksud kamu? Hah?" Tegas pak Ruslan."A, a, aku, aku tidak bersalah! Salahkan saja dia!" teriak Dina yang langsung berlari kabur dari kamar tersebut."Gabriel, Tio ayok kita pergi," ajak pak Ruslan sambil membalikan badan."Bagaimana dengan ku pa?" tanya Jhonatan yang langsung berdiri."Kamu? Siapa kamu? Kita tidak ada hubungan apapun dengan kamu, terserah kamu mau kemana dan hidup mana," jawab pak Ruslan."Pa, bagaimana papa bisa sekejam ini?" ujar Jhonatan."Apa kamu bilang? Say
Gabriel tertidur sambil memegang botol yang berisikan air hangat di atas perutnya, sementara Tio bergegas pergi untuk mengerjakan tugas kelompok nya, begitu pun juga pak Ruslan pergi dari rumah entah mau ke mana.Saat Gabriel membuka kedua matanya ia membelalak kaget, melihat dirinya berdiri dengan tangan terikat ke atas kepalanya, ia berada di sebuah ruangan yang gelap nan kusam."Aku di mana? Siapa yang membawaku ke sini?" tanya Gabriel pada dirinya sendiri.Berselang beberapa detik kemudian terdengar suara langkah kaki yang mendekati dirinya. "Siapa di sana?!" teriak Gabriel ketakutan.Langkah kaki tersebut semakin dekat dan semakin mendekat, hingga muncullah sosok pria berbaju hitam, celana hitam, sepatu hitam dan menggunakan topi hitam sambil menunduk hingga wajahnya tidak terlihat."Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?" tanya Gabriel mulai panik melihat sosok pria tersebut.Tanpa jawaban pria itu terus mendekat dengan langkah yang lamban."Berhenti! Aku bilang berhenti! Jangan m
Pak Ruslan yang sedang duduk melamun di balkon sambil menikmati sebatang rokok serta secangkir kopi, tanpa sengaja mendengar seseorang sedang mendekat kearahnya.Entah mengapa instingnya begitu kuat, ia segera mengambil sebuah senapan angin dari kolong meja yang selalu ia simpan di sana untuk berjaga-jaga.Ketika ia merasa orang itu semakin mendekat ia segera berdiri dan menodongkan senapan angin tersebut.Namun betapa kagetnya ia ketika melihat orang itu adalah Gabriel."Hah? Papa?!" Ucap Gabriel kaget."Gabriel?!" Balas pak Ruslan yang juga kaget.Ia segera menaruh senapan angin tersebut dan langsung memeluk erat Gabriel sambil berkata."Maafin papa, papa tidak bermaksud begitu, papa pikir itu bukan kamu Gabriel, maaf papa tidak sengaja, kamu pasti sangat kaget."Gabriel terpaku ia masih syok karena mengingat mimpinya tadi siang kini berkaitan dengan dunia nyata.Melihat Gabriel yang terpaku membuat pak Ruslan panik, ia melepas peluknya sejenak."Gabriel, kamu gak papa kan sayang? G
Saat Gabriel terbangun ia melirik ke kanan kiri tidak ada siapapun namun saat ia melirik ke arah belakang."Selamat pagi sayang," sambut pak Ruslan yang sudah bangun duluan. Posisinya masih tiduran sambil memeluk Gabriel dari belakang karena Gabriel tidurnya miring."Papa?" Gabriel agak kaget ia tidak menyadari bahwa dirinya bermalam di kamar pak Ruslan."Apa sayang? Lagian kita gak ngapa-ngapain kok kan kamu masih haid," ujar pak Ruslan."Oh iya pak," timpal Gabriel kemudian berucap dalam hati "hadehh sukur deh, aku pikir terjadi sesuatu malam tadi.""Gabriel, mandi yuk," ajak pak Ruslan."Iya pak, papa duluan aja nanti setelah papa selesai baru aku," jawab Gabriel."Lho? Kenapa harus gantian kalau bisa barengan?" Sambung tanya pak Ruslan."Hah?" Gabriel agak kaget.Tiba-tiba saja pak Ruslan yang tadinya memeluk Gabriel kini ia angkat tubuh Gabriel seraya berdiri."Papa, kenapa gendong aku?" tanya Gabriel kaget.Pak Ruslan tidak menjawab ia hanya tersenyum sambil melangkah menuju kam
"Cepat selesaikan misi nanti gua akan kasih lo uang," ucap Jhonatan di pagi hari."Berapa bos?" Tanya anak buah suruhan Jhonatan."500 dolar, per orang," jawab Jhonatan."Ok bos, misi saya jalankan!" Balas kedua anak buah Jhonatan.Pagi itu dua orang pria pergi ke panti mereka membagikan makanan yang beratas namakan Gabriel dan pak Ruslan."Ibu, ini ada makanan untuk anak-anak panti dari Gabriel sama pak Ruslan, bagiin ke anak-anak ya bu," ucap salah satu pria."Oh ya? Ini dari Gabriel? Kenapa tidak dia saja yang dateng ke sini? Lagi pula sudah lama Gabriel tidak berkunjung," jawab ibu panti."Anu bu, Gabriel sedang sakit dan pak Ruslan juga sedang sibuk makannya kami yang mengantarkan makanannya," timpal pria itu."Lalu kalian siapanya Gabriel dan pak Ruslan?" Tanya ibu panti."Kami cuma suruhan bu," jawab pria itu."Ohh makasih kalau gitu, mau mampir dulu sama anak-anak," ajak ibu panti."Sama-sama bu, mohon maaf kami harus langsung pergi karena kami ada urusan lain," ujar anak buah
Bab 16Bu sebenarnya aku udah hampir satu bulan tinggal dengan pak Ruslan," ucap Gabriel sambil menunduk malu."apa? Pantas saja ibu sampai heran sudah lama kamu tidak mengunjungi anak-anak ke panti," balas ibu panti yang agak kaget mendengar ucapan Gabriel."iya bu, aku tahu ini gak wajar tapi mau gimana lagi bu, aku tidak mau tinggal dengan lelaki yang suka selingkuh itu," ujar Gabriel."ibu gak melarang, kalau kamu mau dengan pak Ruslan juga gak papa asal kamu sudah bercerai dulu dari Jhonatan, ibu ikut bahagia kalau kamu bahagia. Kalau kamu nyaman sama pak Ruslan gak papa sama pak Ruslan aja, ibu juga gak mau kalau kamu bertahan di dalam rumah tangga yang sudah terhianati," jelas ibu panti memberikan sebuah dukungan demi kebahagiaan Gabriel."iya bu makasih, semoga aja karena aku merasa bahwa pak Ruslan juga sangat mencintai aku bu," balas Gabriel sambil tersenyum malu.Ibu panti menepuk bahu Gabriel sambil tersenyum seraya berakata. "ikuti kata hatimu aja nak, ibu selalu berharap
Gabriel kembali melanjutkan langkahnya hingga ia tiba tepat di belakang pak Ruslan, hal itu membuat pak Ruslan kaget saat melihat Gabriel dari pantulan cermin."Sayang!" ucap pak Ruslan seraya berbalik badan."Sejak kapan kamu ada di dalam kamar papa?" tanya pak Ruslan sambil menghampiri Gabriel.Gabriel tidak menjawab ia hanya menggelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat, tubuh pak Ruslan di penuhi dengan luka memar."papa, jujur apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa papa terluka seperti ini?" tanya Gabriel sambil menatap pak Ruslan."Gabriel, jangan marah sayang, papa bisa jelasin ini semua hanya kecelakaan," jawab pak Ruslan sambil memegang kedua bahu Gabriel."Kecelakaan gimana? Ini sangat jelas memar ini di sebabkan oleh pukulan kan pa, kenapa papa gak jujur aja? Ini udah ke 3 kalinya papa pulang dengan keadaan terluka, apa yang sebenarnya terjadi pa?" tanya Gabriel beruntun sambil menatap pak Ruslan dengan berlinangan air mata."enggak sayang, ini se
Ruslan masuk ke markas Max dia membuat kekacauan dengan cara membawa anggota kepolisian untuk mengamankan setiap orang yang ada di sana dan mengembalikan barang ke pemilik aslinya yaitu Jack.Kepanikan terjadi Max murka mengetahui perbuatan Ruslan namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah di tahan oleh polisi. Barang-barang yang telah di curi itu kembali ke tangan pemilik aslinya.Hal itu membuat Jack bangga, Jason dan Rey juga telah membuka pintu restu atas hubungan Ruslan dengan Gabriel, walaupun terbilang cukup jauh umur mereka namun cinta itu tidak pernah terhalang oleh umur karena umur hanyalah angka.Prok! Prok! Prok! Tepuk tangan terdengar bergemuruh saat Ruslan kembali ke markas Jack."Wow, hebat, setelah ini aku setuju atas hubungan mu dengan adik ku," ucap Jason."Aku juga setuju," sambung Rey."Ruslan, saya bangga atas apa yang kamu lakukan, saya minta maaf karena telah memberi siksaan sebelumnya, karena saya benar-benar tidak tahu," ucap Jack."Sudah lah, lupakan, l
"Papa! Jadi orang yang papa maksud untuk menjadi suami ku adalah Jhonatan?" tanya Gabriel."Iya, Jhonatan adalah senior di kelompok kita dia yang paling handal dan paling bertanggung jawab. Dia juga yang paling cepat menyelesaikan misi," jawab Jack."Gabriel, kenapa kamu begitu kaget? Emangnya kamu tahu Jhonatan itu siapa?" Tanya Jason heran."Dasar baj*Ngan!" Gertak Gabriel sambil mendorong Jhonatan sampai mundur beberapa langkah."Anak ku, apa yang salah?" tanya Jack."Jhon! Jadi selama ini kamu adalah salah satu anggota dari kelompok mafia?" tanya Gabriel."Iya, jadi kamu adalah anak dari ketua kelompok ku?" tanya balik Jhonatan."Jhon kamu kenal anak ku?" tanya Jack bingung."Jelas kenal pah! Dia adalah mantan suamiku, dia yang sudah menikahi ku dan mengkhianati ku dia berselingkuh saat aku masih menjadi istrinya! Dia bajingan! Dia lah penjahat yang sesungguhnya! Lebih parahnya lagi dia adalah anak tiri pak Ruslan!" Jelas Gabriel."Apa?" "Apa?""Apa?"Bersamaan, Jack, Jason dan j
Tepat pukul 3 pagi, Gabriel pergi mengendap-endap ke ruang bawah tanah untuk menemui pak Ruslan dengan membawa sepiring makanan dan juga segelas air.Para menjaga mencegah Gabriel, namun Gabriel melakukan berbagai cara untuk membujuk para penjaga itu agar mengijinkannya masuk dan mereka tutup mulut."Papa," ucap Gabriel gemetar melihat tubuh pak Ruslan terkapar lemas di sebuah kursi yang di ikat dengan tali."Sa, Sayang," jawab pak Ruslan seraya membuka kedua matanya dan melirik Gabriel.Gabriel segera melepaskan tali itu dan langsung memeluk pak Ruslan dengan di iringi sebuah tangis."Papa, papa," tangis Gabriel sambil memanggil pak Ruslan."Sayang, papa baik-baik saja, syukurlah kamu baik-baik saja, papa sangat khawatir dan papa juga mencari ke mana-mana papa juga selalu berdoa dan berharap bahwa kamu baik-baik saja," ujar pak Ruslan sambil mengelus kepala Gabriel yang berada di dadanya."Papa pasti sangat ke sakitan, aku minta maaf pah," jawab Gabriel."Sayang, kamu tidak perlu min
Sore itu Gabriel, Rey dan Jack pulang, di sambut oleh Jason dengan rencana yang di katakan oleh David. Semua memberi respon positif kecuali Rey."Aku tidak terlalu mempercayai anak baru, sebaiknya jangan gegabah kita harus hati-hati," ucap Rey."Iya Rey ada benarnya juga, kita coba saja dulu rencananya nanti malam namun kita jangan tidur kita awasi dari lantai atas," balas Jack."Papa, apakah ini akan berbahaya?" tanya Gabriel khawatir."Tidak anak ku, tidak ada yang berbahaya kita hanya perlu waspada saja," jawab Jack."Gabriel, kamu segera lah tidur kami akan berjaga malam ini," ucap Rey yang mulai peduli dengan adik perempuannya itu."Iya bang, kalian hati-hati," jawab Gabriel yang kemudian masuk ke dalam kamarnya.Semua rencana sudah di siapkan, di mulai dengan penjagaan di laur gudang dan di dalam gudang, tepat pukul 02 pagi, Rey melihat seseorang dari belakang gudang."Papa, Jason, lihat baik-baik ada penyusup," ucap Rey melalui handphone karena mereka saling terhubung satu sama
Jack memeluk Gabriel penuh haru melihat kejadian itu dari lantai atas."Pa, apa itu artinya bang Rey mau menerima ku sebagai adik perempuan nya?" tanya Gabriel sambil menangis."Iya tentu saja, kalau itu saudara sedarah sedaging kalian harus akur harus saling menyayangi satu sama lain," jawab Jack dengan tetesan air mata juga.Tidak lama kemudian para anggota di suruh bubar oleh Rey dengan sebuah bentakan."Apa yang sedang kalian lihat! Bubar!""Lihat lah Abang mu malu, karena ini baru pertama kali nya abang mu menangis setelah kepergian ibu kalian," ujar Jack."Eumm iya pa, aku seneng banget bisa berkumpul dengan keluarga asliku, makasih ya pa, papa berusaha keras untuk membuatku kembali bersama kalian," balas Gabriel sambil melepas pelukannya."Iya sama-sama nak, apapun untuk anak papa pasti akan papa lakukan," timpal Jack sambil tersenyum.Gabriel pun pergi ke kamar nya karena Jack menyuruhnya untuk beristirahat saja tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat sementara Jack meny
Gabriel menikmati bubur ayamnya, sambil berkata dalam hati."Aku benar-benar gak nyangka ternyata aku hamil, iya juga sih karena aku waktu berhubungan badan sama pak Ruslan tidak pernah pakai pengaman makannya gak heran saat ini aku hamil, heumm aku berharap pak Ruslan baik-baik aja dan keluargaku mau menerima kehadirannya.""Ehh, gimana bang Rey, bang Rey belum juga menerima aku gimana dengan pak Ruslan, ahh aku heran bang Rey kok gitu amat sama aku, emangnya aku punya salah apa sama dia? Heumm apa yang harus aku lakukan agar bang Rey mau menerima kehadiran ku," sambung Gabriel sambil melahap bubur ayamnya.Setelah Gabriel selesai sarapan ia hendak keluar rumah untuk mencari udara segar.Tepat saat ia berada di ruang tengah ia berpapasan dengan Rey. Tatapan Rey sangat tajam membuat Gabriel takut dan menunduk."Perempuan kok bangunnya siang, bangun ti pagi-pagi!" bentak Rey, ia tidak tahu akan kehamilan Gabriel."I, iya maaf bang," jawab Gabriel."Maaf, maaf cepat latihan! Abang tungg
"Bang," ucap Jason sambil menggelengkan kepala ia tidak percaya dengan ucapan Rey."Apa! Kau berharap apa? Apa kau berharap aku akan menerima dia sebagai adikku?" tegas Rey yang kemudian berlalu pergi.Jason tidak percaya Rey sangat tidak ingin ada kehadiran seorang wanita ke keluarga mereka, seperti nya Rey sangat kecewa atas kepergian ibunya di karenakan melahirkan Gabriel.Malam pun berlalu, saat Jack memanggil Gabriel untuk sarapan terdengar dari balik pintu Gabriel seperti mau muntahKarena khawatir Jack langsung membuka pintu dan bertanya "nak, kamu kenapa?""Aduh, pa aku gak tahu kepala ku pusing dan mual-mual," jawab Gabriel sambil memegang kepalanya."Nak, Sayang tenang dulu ya, ini minum dulu," ujar Jack sambil memberikan segelas air."Jason! Jason! Cepat kemari!" teriak Jack memanggil anak keduanya, ia sangat khawatir dan hanya bisa mengandalkan Jason karena Rey sudah pasti tidak akan peduli."Iya pa, ada apa?" tanya Jason sambil menghampiri Jack ke dalam kamar Gabriel."C
"Jika benar papa adalah sorang mafia, berarti selama ini aku berada dalam dekapan mafia, pantas saja papa tidak mau mengakui dengan jelas apa pekerjaan utamanya," pikir Gabriel."Ahh tapi ini hanya perkiraan ku saja, aku tidak tahu kebenarannya jika bukan papa yang mengatakan nya dengan langsung," sambung Gabriel dalam hati.Ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk menenangkan diri, hingga saat malam tiba, Gabriel di panggil oleh Jason."Gabriel, ayok kemari kita makan malam bersama," ajak Jason."Oh iya, bang aku menyusul," jawab Gabriel seraya bangun dari tidurannya.Saat Gabriel tiba di meja makan terlihat Rey duduk menatapnya dengan tajam, raut wajah yang sangat itu membuat Gabriel menundukkan pandangan karena takut."Gabriel ayok duduk nak," ujar Jack seraya memberikan kursi."Eum iya pa," jawab Gabriel seraya duduk.Namun saat Gabriel duduk Rey berdiri hal itu membuat semua orang kaget."Rey, mau kemana kamu? Makan dulu," ujar Jack."Aku tidak selera, aku mau makan di luar
Saat itu hari sudah mulai sore, Gabriel keluar dari kamarnya, ia melihat beberapa orang bertubuh kekar, saat ia pergi ke sebuah ruangan tiba-tiba saja Rey menghardiknya."Mau kemana kau?" Tanya Rey ketus."A, aku cuma mau lihat-lihat aja," jawab Gabriel ketakutan karena dengan postur tubuh yang kekar serta raut wajah yang cukup menyeramkan dari Rey "Apa? Jangan cuma lihat-lihat pastikan dirimu berguna kalau kau sudah berada di keluarga ku," ujar Rey tegas."Berguna gimana maksudnya bang?" Tanya Gabriel."Sini!" Gertak Rey yang langsung menarik tangan Gabriel menuju sebuah lapangan latihan di bagian belakang."Lihat? Di sana ada sebuah papan bulat pastikan kau bisa menembak dengan tepat," ujar Rey sambil memberikan sebuah pistol ke tangan Gabriel."Ta, tapi bang aku belum pernah menggunakan pistol sebelumnya, bagaimana bisa aku menembak tepat sasaran?" Ujar Gabriel yang gagap karena takut."Hahh sudah ku duga, makannya aku bilang pastikan dirimu berguna dan tak akan menjadi beban, cep