"ahh sial! Kemana perginya dia?" Jhonatan yang berada di dalam mobil setelah dari panti mencari keberadaan Gabriel.
Tanpa jejak, entah kemana Gabriel pergi, Jhonatan gelisah mencari istrinya walaupun dia masih menikmati Dina dalam hidupnya.Di tengah perjalanan mencari Gabriel, telponnya berdering rupanya Dina yang menelpon."Halo sayang," ujar Dina lembut."Apa? Aku sedang sibuk," sambut Jhonatan dengan nada yang kesal."Lho, kok kamu marah sih sayang? Ada apa? Apa kamu belum puas dengan yang semalam?" tanya Dina beruntun."Aku sedang mencari Gabriel, aku gak tahu dia ada di mana," jawab Jhonatan."Heumm, kok kamu masih mikirin dia sih? Kan ada aku, aku lebih baik dari dia, aku lebih cantik bahkan aku juga lebih seksi dari pada dia kan? Ngapain kamu cari dia?" suara Dina dengan mendayu-dayu."Ahh sudah lah, aku ada meeting di kantor," ujar Jhonatan yang langsung menutup telponnya.Selang beberapa detik kemudian, telpon milik Jhonatan kembali berdering, rupanya Dina awalnya ia mengabaikannya namun karena suaranya terus-menerus berdering membuatnya merasa terganggu, akhirnya ia mengangkat telponnya."Apa lagi?" Jhonatan emosi."Sayang, sabar dong jangan marah-marah mulu aku cuma mau bilang ke kamu ada berkas yang lupa kamu bawa, aku pikir ini sangat penting untuk kamu sayang, kalau kamu tidak datang heumm aku bisa kok membakarnya," ujar Dina dengan suara yang menggoda."Jangan berani kamu melakukan itu, aku akan segera ke sana," jawab Jhonatan menutup telponnya kembali.Ia berbalik arah menuju ke rumah Dina untuk mengambil berkas yang tertinggal seperti yang di katakan Dina.Dina seorang gadis berumur 25 tahun, kini ia sedang menjalani pembuatan butik karena ia ingin memulai usaha agar bisa mempunyai pendapatan. Orang tua nya sudah tiada 3 tahun yang lalu ia merupakan anak tunggal dan tidak mempunyai siapa-siapa selain Jhonatan.Pendidikan yang tinggi, kecerdasan yang luar biasa membuatnya bisa berinvestasi ke beberapa perusahaan kecil namun kecerdasan nya itu ia gunakan untuk memanfaatkan Jhonatan, ia memeras uang Jhonatan sesuka hatinya dan Jhonatan sendiri selalu siap sedia ketika Dina membutuhkan uang."Apa berkas yang aku tinggalkan? Benda penting apa yang tak sengaja ku tinggal di sini?" Jhonatan yang baru sampai langsung menanyakan pada intinya.Namun sial, di tengah rumah kosong, saat ia membuka pintu kamar Dina, nampak Dina sudah bersiap menyambut kedatangan Jhonatan, dengan berpakaian seksi untuk menggoda Jhonatan."Sayang kamu lupa sarapan pagi mu, itulah yang sangat penting dan kamu lewatkan pagi ini," goda Dina seraya berdiri membelai dada Jhonatan."Dina apa kamu pikir aku akan tergoda?" tanya Jhonatan dengan tatapan tajam."Heu eum," balas Dina sambil mengangguk serta menggigit bibir bagian bawahnya."Oh tentu saja sayang," ujar Jhonatan dengan menjilat bibirnya sendiri, kemudian mendorong tubuh Dina ke atas kasur, mereka pun melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan.Di balik itu "ahh papa hentikan, geli," suara Gabriel."Eumm, ayok kita makan dulu papa bantu," ujar pak Ruslan setelah menggelitik perut Gabriel dengan manja, ia membantu Gabriel menyiapkan makanan ke atas meja makan.Bi Ita melihat hal itu tersenyum bahagia bisa melihat tuannya kembali tersenyum, bi Ita belum pernah melihat senyuman lebar dengan wajah berseri setelah kepergian istri keduanya pak Ruslan.Bi Ita menyiapkan buah-buahan segar di atas meja makan dengan wajah yang berseri juga, pak Ruslan yang melihat bi Ita bertanya."Bi kenapa? Sudah lama sekali saya gak melihat wajah bibi berseri kayak gini, apa ada kabar yang menggembirakan?""Gak papa tuan, bibi hanya ikut bahagia melihat kebahagiaan tuan, sudah sekian lama tuan gak pernah senyum bahagia kayak gini, bibi bersyukur atas kehadiran non Gabriel yang membuat bisa membuat tuan jadi lebih berseri dari sebelumnya," jawab bi Ita sambil tersenyum."Yahh saya juga baru menyadari hal itu bi," balas pak Ruslan sambil melirik Gabriel.Gabriel mengerutkan keningnya, ia heran dengan percakapan mereka, Gabriel hanya tersenyum bi Ita pun kembali pergi ke dapur."Gabriel kamu dengar?" Pak Ruslan bertanya dengan tatapan yang sangat dalam."Eumm iya pa, emangnya terakhir kali papa tersenyum bahagia gini kapan pa?" tanya balik Gabriel."Eumm sebentar papa ingat-ingat dulu, iya papa ingat terakhir papa tersenyum itu sebelum kepergian istri kedua papa," jawab pak Ruslan."Apa? Istri kedua pa?" Gabriel kaget."Eumm udah lupain aja, kita makan dulu dengan tenang," balas pak Ruslan.Gabriel hanya mengangguk, kemudian melahap makanannya, Gabriel makan sambil memikirkan jawaban dari pak Ruslan, ia kepo sangat ingin tahu masa lalu pak Ruslan.Selesai makan, pak Ruslan mengajak Gabriel pergi ke suatu tempat, pak Ruslan membawa Gabriel ke salon serta toko pakaian merubah penampilan Gabriel yang sederhana menjadi seksi dan menawan."Gabriel bodoh sekali Jhonatan, bisa-bisa nya dia mengabaikan kamu, padahal kamu sangat cantik, anggun, menawan dan juga seksi, dia benar-benar bodoh," ujar pak Ruslan di dalam mobil dalam perjalanan menuju sebuah festival tahunan di alun-alun kota.Gabriel hanya mengangguk malu. Setelah tiba Gabriel kaget melihat sebuah acara yang sangat megah dan mewah."Gabriel ayok," ajak pak Ruslan seraya mengulurkan tangannya, Gabriel mengulurkan tangannya juga untuk meraih tangan pak Ruslan, walaupun ragu ia berusaha mencoba untuk lebih dekat dengan pak Ruslan.Mereka pun masuk ke lokasi, bertapa terkejutnya Gabriel melihat festival yang sangat mewah itu, ia melihat beberapa ruko yang berdagang makanan yang tidak biasa."Kanu lihat-lihat dulu kalau kamu mau beli sesuatu, bilang aja ke papa, " ujar pak Ruslan sambil bergandengan tangan dengan Gabriel berjalan santai.Langkah Gabriel terhenti saat ia melihat anting-anting yang bergelantungan sangat indah dan mengkilap."Gabriel, kamu mau?" Pak Ruslan yang peka bertanya sambil menarik Gabriel menuju penjual anting-anting tersebut."Eh ehh pa," Gabriel agak kaget."Kamu suka yang mana, pilih aja yang banyak biar papa yang bayar," ujar pak Ruslan.Tepat di hadapan penjualnya, Gabriel melihat- lihat terlebih dahulu, namun saat ia sedang memilih ia kaget mendengar ucapan pedagangnya."Wah pak Ruslan, ini siapa? Calon istri pak Ruslan? Cantik sekali, sudah lama sekali pak Ruslan tidak datang bersama wanita, tahun ini mau memulai lagi pak? Jangan di sia-siakan pak tahun ini banyak angka cantik sesuai dengan calon mempelai wanita nya yang sangat cantik.""Yah mudah-mudahan aja pak," ujar pak Ruslan santai dengan wajah yang berseri."Wah wah wah sepertinya ini pilihan yang tepat, sudah lama saya gak liat pak Ruslan wajahnya berseri kayak gini, pas bahagia banget kan pak," sambung pedagangnya."Apa itu terlihat jelas?" Pak Ruslan bertanya sambil sesekali melirik Gabriel."Jelas banget pak, ya sudah non cantik mau pilih yang mana?" Balas pedagang tersebut.Rupanya setiap tahun pak Ruslan selalu datang ke festival tahunan tersebut bahkan ia sering membeli anting-anting bersama istrinya sebelum meninggal. Setelah istrinya tiada pun ia selalu datang walaupun sendirian , bahkan saking seringnya bertemu pedagang tersebut jadi tidak asing dengan pak Ruslan, bahkan ia tahu kejadian yang menimpa pak Ruslan di masa lalu."Eumm semuanya cantik pa," celetuk Gabriel karena memang benar semua anting-anting di sana sangat indah dan berkilau."Kalau begitu, pa saya borong semuanya berapa total jumlahnya pak?" Pak Ruslan bertanya sembari mengambil dompet di sakunya."Kalau di borong semuanya, total jadi 8.500.000.00 pak," jawab pedagangnya."Hah? 8 juta?" Gabriel kaget."Udah kamu tenang aja, ini pak uangnya," ujar pak Ruslan seraya memberikan uang untuk membayar anting-anting nya.Gabriel merasa tidak enak karena sebelumnya ia juga tidak pernah membeli barang dengan harga yang mencapai juta-an walaupun di sisi lain ia merasa bahagia karena di perlakukan dengan dangat spesial."Ayok kita ke area belakang di sana banyak kuliner yang sangat enak," ujar pak Ruslan seraya mengambil 2 paper bag yang di bawa Gabriel berisikan anting-anting.Gabriel hanya mengangguk dan mengikuti langkah pak Ruslan, betapa terkejutnya Gabriel melihat makanan yang sangat beraneka ragam, di mulai dengan makanan khas Korea, khas Jepang, khas Thailand juga makanan Khas Indonesia sangat banyak di sana."Eumm pa, Sushi itu keliatannya enak," ujar Gabriel."Ayok beli," ajak pak Ruslan.Mereka pun berbelanja, bercanda tawa bersama dengan sangat bahagia, saling perhatian juga saling berbagi senyuman.Tak terasa hari sudah mulai sore, hari itu di habiskan dengan momen bahagia berdua, Gabriel baru kali ini pergi ke festival semacam itu dan baru kali ini juga ia merasa sangat senang dengan pak Ruslan yang memberikan semuanya yang ia inginkan.Mereka pun pulang. "Pa, makasih atas semuanya," ujar Gabriel setelah sampai di rumah."Sama-sama, kebahagiaan papa adalah melihat kamu bahagia," jawab pak Ruslan sambil mengelus lembut kepala Gabriel."Ya sudah kamu mandi dulu nanti kita makan malam bersama agar kamu bisa segera beristirahat," sambung pak Ruslan.Gabriel mengangguk kemudian pergi ke kamarnya, ia berjingkrak di dalam kamar karena merasa sangat bahagia sedangkan pak Ruslan pergi ke dapur."Bi, ini ada sedikit oleh-oleh buat bibi," ujar pak Ruslan seraya menghampiri bi Ita yang sedang memasak."Wah, apa ini tuan? Tuan abis dari festival?" tanya bi Ita."Iya bi, saya menghabiskan hari ini dengan Gabriel di festival, dia terlihat sangat bahagia sepertinya dia nyaman saya membawa nya ke sana," jawab pak Ruslan dengan tersenyum."Syukurlah tuan, bibi ikut seneng mendengar nya, apalagi sekarang tuan jadi terlihat semakin muda aja dengan wajah yang berseri-seri," Sambung bi Ita."Iya bi, semenjak hari itu (hari di mana istri keduanya meninggal) rasanya sangat hambar tapi sekarang hampir semua rasa sudah kembali, saat hadirnya Gabriel dalam hidup saya," ujar pak Ruslan."Tapi tuan, non Gabriel kan istrinya Jhonatan, apa tidak akan menjadi masalah tuan? Bagaimana juga dengan Tio? Apa dia bisa tinggal di rumah itu tanpa tuan? Sedangkan tuan setiap hari di rumah ini?" Bi Ita merasa khawatir."Tenang bi, semuanya sudah saya atur termasuk Tio, semua kebutuhannya saya transfer, bibi gak usah cemas," jawab pak Ruslan santai.Setelah berbincang, pak Ruslan pun pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri kemudian pergi kembali ke ruang makan untuk makan malam bersama.Gabriel dan pak Ruslan datang bersama dan duduk bersebelahan di meja makan, mereka makan malam dengan sangat bahagia, akan tetapi setelah beberapa suapan masuk ke mulut Gabriel, tiba-tiba saja ia batuk-batuk."Gabriel kamu kenapa?" Pak Ruslan bertanya seraya mengambilkan air.Gabriel minum namun setelah minum ia langsung pisan, pak Ruslan yang panik segera membawanya ke rumah sakit di temani oleh bi Ita."Tuan non Gabriel gak papa kan tuan? Bibi juga tadi masak hati-hati," ujar bi Ita yang khawatir."Bi saya percaya sama bibi, bibi gak mungkin ngelakuin hal yang sama seperti yang di lakukan Jhonatan dulu," jawab pak Ruslan.Saat Gabriel perlahan membuka kedua matanya, ia melirik ke sampingnya terlihat pak Ruslan sedang menggenggam tangannya dan sedang berbicara dengan dokter."Dokter apa ada racun yang tak sengaja dia makan? Apa dia baik-baik saja dok?" Terdengar suara pak Ruslan sedang bertanya."Tenang pak, dia hanya tersedak tidak ada racun sedikitpun yang ia makan, ia pingsan karena sesak napas akibat ter sedaknya yang nyangkut di tenggorokan," jelas dokter."Oh syukurlah," balas pak Ruslan sambil berbalik mencium tangan Gabriel yang ia genggam."Bi Ita tenang aja, semua tidak akan terulang kembali seperti dulu," ujar pak Ruslan sambil melirik bi Ita yang terlihat sangat cemas.Gabriel yang baru saja membuka mata langsung penasaran dengan maksud percakapan yang mereka bicarakan, racun? Dulu? Memangnya ada apa di masa lalu? Sampai mereka sangat khawatir seperti itu?"Gabriel kamu sudah sadar? Syukurlah ayok kita pulang," ujar pak Ruslan sangat bahagia melihat Gabriel ternyata baik-baik saja.Mereka pun pulang pak Ruslan mengantar Gabriel hingga depan pintu kamarnya, ia menyuruh Gabriel untuk beristirahat karena pasti ia sangat lelah dengan seharian berada di festival.*Satu Minggu kemudian*"Heumm, ternyata aku sudah satu Minggu tinggal di sini," ujar Gabriel sambil melihat kalender.Ia keluar kamar dan menghampiri bi Ita yang sedang beres-beres di ruang tengah sedangkan pak Ruslan entah kemana bahkan akhir-akhir ini pan Ruslan semakin jarang berada di rumah bahkan sering kali Gabriel melihat pak Ruslan pulang dengan bercak darah entah itu di tangannya, wajahnya ataupun di pakaiannya.Walaupun begitu Gabriel tidak tahu apa penyebabnya karena setiap kali ia bertanya pak Ruslan selalu mengelak."Bi," ujar Gabriel menyapa bi Ita."Eh iya non ada apa?" tanya bi Ita seraya berbalik badan melihat Gabriel sudah berdiri di belakangnya."Begini bi," jawab
Gabriel dan pak Ruslan sudah berada di dalam kamar, mereka hanya memakai handuk saja, perlahan Gabriel berbaring kemudian pak Ruslan ikut berbaring di atas tubuh Gabriel dengan posisi yang hendak push up."Gabriel kamu sudah siap?" Pak Ruslan bertanya sambil memandangi wajah Gabriel."Eumm, heu eum," jawab Gabriel menganggukkan kepalanya.Mendengar jawaban Gabriel pak Ruslan perlahan mendekatkan wajahnya ia melihat bibir mungil Gabriel yang imut, bibir menjadi sasarannya, saat dekat semakin dekat dan sedikit lagi sampai bibir mereka bertemu."Ahh papa!" Gabriel agak berteriak."Ada apa sayang? Papa belum melakukan apa-apa," ujar pak Ruslan yang kaget dengan teriakan Gabriel."Maaf pa, perut aku rasanya sakit sepertinya aku datang bulan," jawab Gabriel sambil memalingkan muka karena malu."Ya sudah gak papa, kamu cek dulu ke kamar mandi, papa mau nyuruh bi Ita untuk membeli pembalut," ujar pak Ruslan seraya berdiri dan turun dari ranjang."Maaf ya pa," ucap Gabriel pelan."Kamu gak per
"Tio! Jangan berani kamu bilang pada papa atau kamu akan menyesalinya!" tegas Jhonatan."Tapi, kak siapa dari dulu papa sudah tidak merestui hubungan kakak sama kak Dina, bagaimana bisa kakak membawanya ke rumah ini, sedangkan kak Gabriel istri sah kakak sekarang ada di mana? Dia sudah lama tak pulang," jelas Tio kesal karena Jhonatan membawa Dina ke rumah mereka malam itu."Diam! Ini uang untuk tutup mulut mu! Kakak memang menikah dengan Gabriel tapi kakak tetap menginginkan Dina!" Ujar Jhonatan sambil menodongkan uang sebesar 500 US Dollar."Kakak dari mana uang ini?" tanya Tio kaget."Tentu saja ini hasil dari perusahaan," jawab Jhonatan."Kakak gak bisa dong uang perusahaan dipake hal yang kayak gini, kakak gak boleh foya-foya nanti kalau perusahaan bangkrut gimana?" Tutur Tio."Tio, kamu tahu apa sih? Udah jangan ngelawan sama kakak kamu nanti kalau kamu kualat baru tahu rasa," sahut Dina."Diam kak Dina aku tidak sedang bicara dengan kak Dina!" Bentak Tio yang dari dulu memang t
Dina mengambil kesempatan ia segera mengambil pakaian dan berpakaian di tengah berlututnya Jhonatan, ia segera pergi dari kamar itu akan tetapi."Mau kemana kamu? Wanita j*lang?" pak Ruslan menahan Dina dengan memegang tangannya, hingga ia berhenti melangkah."Maaf om, aku gak bersalah yang salah itu Jhonatan om dia yang maksa aku buat........." Ucapan Dina terpotong."Munafik sekali kamu ini, di saat kekasihmu ini jatuh miskin kamu ninggalin dia tadi kamu manggil saya papa sekarang kamu manggil saya om, apa maksud kamu? Hah?" Tegas pak Ruslan."A, a, aku, aku tidak bersalah! Salahkan saja dia!" teriak Dina yang langsung berlari kabur dari kamar tersebut."Gabriel, Tio ayok kita pergi," ajak pak Ruslan sambil membalikan badan."Bagaimana dengan ku pa?" tanya Jhonatan yang langsung berdiri."Kamu? Siapa kamu? Kita tidak ada hubungan apapun dengan kamu, terserah kamu mau kemana dan hidup mana," jawab pak Ruslan."Pa, bagaimana papa bisa sekejam ini?" ujar Jhonatan."Apa kamu bilang? Say
Gabriel tertidur sambil memegang botol yang berisikan air hangat di atas perutnya, sementara Tio bergegas pergi untuk mengerjakan tugas kelompok nya, begitu pun juga pak Ruslan pergi dari rumah entah mau ke mana.Saat Gabriel membuka kedua matanya ia membelalak kaget, melihat dirinya berdiri dengan tangan terikat ke atas kepalanya, ia berada di sebuah ruangan yang gelap nan kusam."Aku di mana? Siapa yang membawaku ke sini?" tanya Gabriel pada dirinya sendiri.Berselang beberapa detik kemudian terdengar suara langkah kaki yang mendekati dirinya. "Siapa di sana?!" teriak Gabriel ketakutan.Langkah kaki tersebut semakin dekat dan semakin mendekat, hingga muncullah sosok pria berbaju hitam, celana hitam, sepatu hitam dan menggunakan topi hitam sambil menunduk hingga wajahnya tidak terlihat."Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?" tanya Gabriel mulai panik melihat sosok pria tersebut.Tanpa jawaban pria itu terus mendekat dengan langkah yang lamban."Berhenti! Aku bilang berhenti! Jangan m
Pak Ruslan yang sedang duduk melamun di balkon sambil menikmati sebatang rokok serta secangkir kopi, tanpa sengaja mendengar seseorang sedang mendekat kearahnya.Entah mengapa instingnya begitu kuat, ia segera mengambil sebuah senapan angin dari kolong meja yang selalu ia simpan di sana untuk berjaga-jaga.Ketika ia merasa orang itu semakin mendekat ia segera berdiri dan menodongkan senapan angin tersebut.Namun betapa kagetnya ia ketika melihat orang itu adalah Gabriel."Hah? Papa?!" Ucap Gabriel kaget."Gabriel?!" Balas pak Ruslan yang juga kaget.Ia segera menaruh senapan angin tersebut dan langsung memeluk erat Gabriel sambil berkata."Maafin papa, papa tidak bermaksud begitu, papa pikir itu bukan kamu Gabriel, maaf papa tidak sengaja, kamu pasti sangat kaget."Gabriel terpaku ia masih syok karena mengingat mimpinya tadi siang kini berkaitan dengan dunia nyata.Melihat Gabriel yang terpaku membuat pak Ruslan panik, ia melepas peluknya sejenak."Gabriel, kamu gak papa kan sayang? G
Saat Gabriel terbangun ia melirik ke kanan kiri tidak ada siapapun namun saat ia melirik ke arah belakang."Selamat pagi sayang," sambut pak Ruslan yang sudah bangun duluan. Posisinya masih tiduran sambil memeluk Gabriel dari belakang karena Gabriel tidurnya miring."Papa?" Gabriel agak kaget ia tidak menyadari bahwa dirinya bermalam di kamar pak Ruslan."Apa sayang? Lagian kita gak ngapa-ngapain kok kan kamu masih haid," ujar pak Ruslan."Oh iya pak," timpal Gabriel kemudian berucap dalam hati "hadehh sukur deh, aku pikir terjadi sesuatu malam tadi.""Gabriel, mandi yuk," ajak pak Ruslan."Iya pak, papa duluan aja nanti setelah papa selesai baru aku," jawab Gabriel."Lho? Kenapa harus gantian kalau bisa barengan?" Sambung tanya pak Ruslan."Hah?" Gabriel agak kaget.Tiba-tiba saja pak Ruslan yang tadinya memeluk Gabriel kini ia angkat tubuh Gabriel seraya berdiri."Papa, kenapa gendong aku?" tanya Gabriel kaget.Pak Ruslan tidak menjawab ia hanya tersenyum sambil melangkah menuju kam
"Cepat selesaikan misi nanti gua akan kasih lo uang," ucap Jhonatan di pagi hari."Berapa bos?" Tanya anak buah suruhan Jhonatan."500 dolar, per orang," jawab Jhonatan."Ok bos, misi saya jalankan!" Balas kedua anak buah Jhonatan.Pagi itu dua orang pria pergi ke panti mereka membagikan makanan yang beratas namakan Gabriel dan pak Ruslan."Ibu, ini ada makanan untuk anak-anak panti dari Gabriel sama pak Ruslan, bagiin ke anak-anak ya bu," ucap salah satu pria."Oh ya? Ini dari Gabriel? Kenapa tidak dia saja yang dateng ke sini? Lagi pula sudah lama Gabriel tidak berkunjung," jawab ibu panti."Anu bu, Gabriel sedang sakit dan pak Ruslan juga sedang sibuk makannya kami yang mengantarkan makanannya," timpal pria itu."Lalu kalian siapanya Gabriel dan pak Ruslan?" Tanya ibu panti."Kami cuma suruhan bu," jawab pria itu."Ohh makasih kalau gitu, mau mampir dulu sama anak-anak," ajak ibu panti."Sama-sama bu, mohon maaf kami harus langsung pergi karena kami ada urusan lain," ujar anak buah
Ruslan masuk ke markas Max dia membuat kekacauan dengan cara membawa anggota kepolisian untuk mengamankan setiap orang yang ada di sana dan mengembalikan barang ke pemilik aslinya yaitu Jack.Kepanikan terjadi Max murka mengetahui perbuatan Ruslan namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah di tahan oleh polisi. Barang-barang yang telah di curi itu kembali ke tangan pemilik aslinya.Hal itu membuat Jack bangga, Jason dan Rey juga telah membuka pintu restu atas hubungan Ruslan dengan Gabriel, walaupun terbilang cukup jauh umur mereka namun cinta itu tidak pernah terhalang oleh umur karena umur hanyalah angka.Prok! Prok! Prok! Tepuk tangan terdengar bergemuruh saat Ruslan kembali ke markas Jack."Wow, hebat, setelah ini aku setuju atas hubungan mu dengan adik ku," ucap Jason."Aku juga setuju," sambung Rey."Ruslan, saya bangga atas apa yang kamu lakukan, saya minta maaf karena telah memberi siksaan sebelumnya, karena saya benar-benar tidak tahu," ucap Jack."Sudah lah, lupakan, l
"Papa! Jadi orang yang papa maksud untuk menjadi suami ku adalah Jhonatan?" tanya Gabriel."Iya, Jhonatan adalah senior di kelompok kita dia yang paling handal dan paling bertanggung jawab. Dia juga yang paling cepat menyelesaikan misi," jawab Jack."Gabriel, kenapa kamu begitu kaget? Emangnya kamu tahu Jhonatan itu siapa?" Tanya Jason heran."Dasar baj*Ngan!" Gertak Gabriel sambil mendorong Jhonatan sampai mundur beberapa langkah."Anak ku, apa yang salah?" tanya Jack."Jhon! Jadi selama ini kamu adalah salah satu anggota dari kelompok mafia?" tanya Gabriel."Iya, jadi kamu adalah anak dari ketua kelompok ku?" tanya balik Jhonatan."Jhon kamu kenal anak ku?" tanya Jack bingung."Jelas kenal pah! Dia adalah mantan suamiku, dia yang sudah menikahi ku dan mengkhianati ku dia berselingkuh saat aku masih menjadi istrinya! Dia bajingan! Dia lah penjahat yang sesungguhnya! Lebih parahnya lagi dia adalah anak tiri pak Ruslan!" Jelas Gabriel."Apa?" "Apa?""Apa?"Bersamaan, Jack, Jason dan j
Tepat pukul 3 pagi, Gabriel pergi mengendap-endap ke ruang bawah tanah untuk menemui pak Ruslan dengan membawa sepiring makanan dan juga segelas air.Para menjaga mencegah Gabriel, namun Gabriel melakukan berbagai cara untuk membujuk para penjaga itu agar mengijinkannya masuk dan mereka tutup mulut."Papa," ucap Gabriel gemetar melihat tubuh pak Ruslan terkapar lemas di sebuah kursi yang di ikat dengan tali."Sa, Sayang," jawab pak Ruslan seraya membuka kedua matanya dan melirik Gabriel.Gabriel segera melepaskan tali itu dan langsung memeluk pak Ruslan dengan di iringi sebuah tangis."Papa, papa," tangis Gabriel sambil memanggil pak Ruslan."Sayang, papa baik-baik saja, syukurlah kamu baik-baik saja, papa sangat khawatir dan papa juga mencari ke mana-mana papa juga selalu berdoa dan berharap bahwa kamu baik-baik saja," ujar pak Ruslan sambil mengelus kepala Gabriel yang berada di dadanya."Papa pasti sangat ke sakitan, aku minta maaf pah," jawab Gabriel."Sayang, kamu tidak perlu min
Sore itu Gabriel, Rey dan Jack pulang, di sambut oleh Jason dengan rencana yang di katakan oleh David. Semua memberi respon positif kecuali Rey."Aku tidak terlalu mempercayai anak baru, sebaiknya jangan gegabah kita harus hati-hati," ucap Rey."Iya Rey ada benarnya juga, kita coba saja dulu rencananya nanti malam namun kita jangan tidur kita awasi dari lantai atas," balas Jack."Papa, apakah ini akan berbahaya?" tanya Gabriel khawatir."Tidak anak ku, tidak ada yang berbahaya kita hanya perlu waspada saja," jawab Jack."Gabriel, kamu segera lah tidur kami akan berjaga malam ini," ucap Rey yang mulai peduli dengan adik perempuannya itu."Iya bang, kalian hati-hati," jawab Gabriel yang kemudian masuk ke dalam kamarnya.Semua rencana sudah di siapkan, di mulai dengan penjagaan di laur gudang dan di dalam gudang, tepat pukul 02 pagi, Rey melihat seseorang dari belakang gudang."Papa, Jason, lihat baik-baik ada penyusup," ucap Rey melalui handphone karena mereka saling terhubung satu sama
Jack memeluk Gabriel penuh haru melihat kejadian itu dari lantai atas."Pa, apa itu artinya bang Rey mau menerima ku sebagai adik perempuan nya?" tanya Gabriel sambil menangis."Iya tentu saja, kalau itu saudara sedarah sedaging kalian harus akur harus saling menyayangi satu sama lain," jawab Jack dengan tetesan air mata juga.Tidak lama kemudian para anggota di suruh bubar oleh Rey dengan sebuah bentakan."Apa yang sedang kalian lihat! Bubar!""Lihat lah Abang mu malu, karena ini baru pertama kali nya abang mu menangis setelah kepergian ibu kalian," ujar Jack."Eumm iya pa, aku seneng banget bisa berkumpul dengan keluarga asliku, makasih ya pa, papa berusaha keras untuk membuatku kembali bersama kalian," balas Gabriel sambil melepas pelukannya."Iya sama-sama nak, apapun untuk anak papa pasti akan papa lakukan," timpal Jack sambil tersenyum.Gabriel pun pergi ke kamar nya karena Jack menyuruhnya untuk beristirahat saja tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat sementara Jack meny
Gabriel menikmati bubur ayamnya, sambil berkata dalam hati."Aku benar-benar gak nyangka ternyata aku hamil, iya juga sih karena aku waktu berhubungan badan sama pak Ruslan tidak pernah pakai pengaman makannya gak heran saat ini aku hamil, heumm aku berharap pak Ruslan baik-baik aja dan keluargaku mau menerima kehadirannya.""Ehh, gimana bang Rey, bang Rey belum juga menerima aku gimana dengan pak Ruslan, ahh aku heran bang Rey kok gitu amat sama aku, emangnya aku punya salah apa sama dia? Heumm apa yang harus aku lakukan agar bang Rey mau menerima kehadiran ku," sambung Gabriel sambil melahap bubur ayamnya.Setelah Gabriel selesai sarapan ia hendak keluar rumah untuk mencari udara segar.Tepat saat ia berada di ruang tengah ia berpapasan dengan Rey. Tatapan Rey sangat tajam membuat Gabriel takut dan menunduk."Perempuan kok bangunnya siang, bangun ti pagi-pagi!" bentak Rey, ia tidak tahu akan kehamilan Gabriel."I, iya maaf bang," jawab Gabriel."Maaf, maaf cepat latihan! Abang tungg
"Bang," ucap Jason sambil menggelengkan kepala ia tidak percaya dengan ucapan Rey."Apa! Kau berharap apa? Apa kau berharap aku akan menerima dia sebagai adikku?" tegas Rey yang kemudian berlalu pergi.Jason tidak percaya Rey sangat tidak ingin ada kehadiran seorang wanita ke keluarga mereka, seperti nya Rey sangat kecewa atas kepergian ibunya di karenakan melahirkan Gabriel.Malam pun berlalu, saat Jack memanggil Gabriel untuk sarapan terdengar dari balik pintu Gabriel seperti mau muntahKarena khawatir Jack langsung membuka pintu dan bertanya "nak, kamu kenapa?""Aduh, pa aku gak tahu kepala ku pusing dan mual-mual," jawab Gabriel sambil memegang kepalanya."Nak, Sayang tenang dulu ya, ini minum dulu," ujar Jack sambil memberikan segelas air."Jason! Jason! Cepat kemari!" teriak Jack memanggil anak keduanya, ia sangat khawatir dan hanya bisa mengandalkan Jason karena Rey sudah pasti tidak akan peduli."Iya pa, ada apa?" tanya Jason sambil menghampiri Jack ke dalam kamar Gabriel."C
"Jika benar papa adalah sorang mafia, berarti selama ini aku berada dalam dekapan mafia, pantas saja papa tidak mau mengakui dengan jelas apa pekerjaan utamanya," pikir Gabriel."Ahh tapi ini hanya perkiraan ku saja, aku tidak tahu kebenarannya jika bukan papa yang mengatakan nya dengan langsung," sambung Gabriel dalam hati.Ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk menenangkan diri, hingga saat malam tiba, Gabriel di panggil oleh Jason."Gabriel, ayok kemari kita makan malam bersama," ajak Jason."Oh iya, bang aku menyusul," jawab Gabriel seraya bangun dari tidurannya.Saat Gabriel tiba di meja makan terlihat Rey duduk menatapnya dengan tajam, raut wajah yang sangat itu membuat Gabriel menundukkan pandangan karena takut."Gabriel ayok duduk nak," ujar Jack seraya memberikan kursi."Eum iya pa," jawab Gabriel seraya duduk.Namun saat Gabriel duduk Rey berdiri hal itu membuat semua orang kaget."Rey, mau kemana kamu? Makan dulu," ujar Jack."Aku tidak selera, aku mau makan di luar
Saat itu hari sudah mulai sore, Gabriel keluar dari kamarnya, ia melihat beberapa orang bertubuh kekar, saat ia pergi ke sebuah ruangan tiba-tiba saja Rey menghardiknya."Mau kemana kau?" Tanya Rey ketus."A, aku cuma mau lihat-lihat aja," jawab Gabriel ketakutan karena dengan postur tubuh yang kekar serta raut wajah yang cukup menyeramkan dari Rey "Apa? Jangan cuma lihat-lihat pastikan dirimu berguna kalau kau sudah berada di keluarga ku," ujar Rey tegas."Berguna gimana maksudnya bang?" Tanya Gabriel."Sini!" Gertak Rey yang langsung menarik tangan Gabriel menuju sebuah lapangan latihan di bagian belakang."Lihat? Di sana ada sebuah papan bulat pastikan kau bisa menembak dengan tepat," ujar Rey sambil memberikan sebuah pistol ke tangan Gabriel."Ta, tapi bang aku belum pernah menggunakan pistol sebelumnya, bagaimana bisa aku menembak tepat sasaran?" Ujar Gabriel yang gagap karena takut."Hahh sudah ku duga, makannya aku bilang pastikan dirimu berguna dan tak akan menjadi beban, cep