"Sampaikan terima kasih pada kakak sepupumu," jawab Lillia sambil tersenyum."Ini adalah hadiah yang diberikan Kak Louis untukmu. Kamu harus membawanya setiap saat, ini bisa melindungimu," kata Emma seraya menyerahkan sebuah kotak kayu kepada Lillia.Lillia kembali berterima kasih padanya. Tanpa disadari, Lillia sekarang juga sudah punya lingkaran pergaulannya sendiri. Tiga tahun belakangan ini, Lillia hanya bisa berada di sekitar Claude. Kini, Claude bukan lagi satu-satunya orang yang dikenalnya.Liman menarik kerah Emma ke belakangnya, lalu maju untuk bertanya dengan perhatian, "Ada apa sebenarnya? Tubuhmu baik-baik saja?""Lumayan. Masalahnya agak rumit, jadi sulit diceritakan," jawab Lillia."Kudengar, masalah begini sepertinya sering terjadi. Ada yang bahkan ditipu oleh sopir taksi dan dibawa ke Asita saat sedang berlibur di Jirlandia. Pokoknya, kamu harus hati-hati kalau keluar," timpal Emma.Sebelumnya, Lillia memang pernah melihat berita seperti ini saat sedang menonton. Ada ba
Lillia menerima kotak tersebut, tetapi tidak segera membukanya, hanya menatap Claude dengan sorot mata curiga."Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Claude.Lillia menyentuh kotak tersebut dan bertanya balik, "Apa kamu tahu berapa harga barang di kotak ini?""Berapa?" Claude sama sekali tidak peduli dengan harga, hanya ingin tahu untuk siapa kotak tersebut. Selain itu, dia tahu betul sifat Lillia yang tidak menyukai tas dan perhiasan mahal. Di mata wanita ini, yang paling penting adalah kegunaan suatu barang."Dua miliar," jawab Lillia. Seketika, Claude teringat pada Lillia yang meminta uang dua miliar darinya. Dia menjadi makin penasaran dengan isi kotak tersebut. Barang apa yang bisa membuat Lillia tega mengeluarkan uang sebanyak itu?"Apa itu? Untuk nenekmu?" tanya Claude sambil menatap kotak tersebut. Lillia tidak menjawab dan hanya memeluk kotak tersebut sambil masuk ke selimut.Selesai mandi, Claude berbaring di sampingnya. Dia hendak memeluk Lillia, tetapi Lillia berbalik dan me
Keesokan pagi, Claude keluar dari kamar pasien Lillia. Ekspresinya tidak lagi terlihat lembut, melainkan dingin.Hans menatapnya. Keduanya berjalan ke tempat yang agak jauh dari kamar pasien. Claude bersandar di dinding, lalu menatap pintu kamar Lillia dan berucap dengan nada datar, "Selidiki dengan baik, aku mau tahu masalah ini berhubungan dengan Nikita atau nggak. Selain itu, awasi Nixon juga."Claude tidak mungkin membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Kalau pelakunya memang Nikita, tetapi kalau itu benar-benar Nikita, dia memang harus melindungi wanita itu untuk sekali lagi. Akan tetapi, Nixon ini sangat merepotkan. Claude harus menyusun rencana dengan baik.Setelah dirawat seminggu di rumah sakit, Lillia berniat kembali ke Kota Joran. Sulaman di sana belum selesai sehingga dia harus menyelesaikannya. Hanya saja, Lillia menyuruh Hans pergi dan menyuruh Emma menemaninya.Karena berniat bekerja sama dengan Keluarga Jaspal dan Keluarga Widodo, Lillia tentu menerima Emma yang ber
Setelah kembali ke mobil, Louis menerima telepon dari Liman. Liman bertanya dengan cemas, "Gimana?""Lillia hanya punya nenek, nggak ada kerabat lain lagi. Neneknya ngotot Lillia adalah cucunya, apa mungkin kita sudah salah?" sahut Louis yang mulai merasa ragu. Lillia juga mengatakan bahwa Ohara adalah neneknya secara tegas."Tapi, dia anak yang tenggelam di desa waktu itu, 'kan? Bukannya kamu menolongnya?" tanya Liman. Menurut informasi yang mereka dapatkan, Keluarga Sentana tinggal di Desa Nova selama ini tanpa pernah pindah.Dua puluh tahun lalu, Desa Nova adalah lokasi wisata yang terkenal. Banyak orang kaya yang datang, lalu menyewa atau membeli rumah di sana karena harus memulihkan diri dari penyakit.Sementara itu, Keluarga Jaspal juga pernah datang ke Desa Nova untuk berlibur. Nahasnya, mereka malah kehilangan putri mereka.Belasan tahun kemudian, Desa Nova memerosot karena lokasi wisata yang makin berkembang. Kini, Desa Nova telah menjadi desa biasa. Tidak ada lagi pantai di s
Lillia menghampiri neneknya dan berjongkok, lalu menjulurkan tangan untuk menyentuh kucing kecil itu. Kucing itu ketakutan hingga buru-buru bersembunyi.Lillia pun tertawa melihatnya. Sementara itu, Ohara mengalihkan tatapannya yang terlihat agak sedih dan bertanya, "Kamu bakal tinggal di sini sampai kapan?""Seharusnya besok sudah harus kembali. Setelah kerjaan kali ini selesai, aku akan membawamu ke Kota Pinang. Jangan menolak lho!" ujar Lillia dengan serius sambil duduk di kursi.Begitu mendengarnya, Ohara langsung menolak, "Sudah kubilang, jangan beli rumah untukku. Kamu ini keras kepala sekali!"Ohara tahu seberapa mahal rumah di Kota Pinang, dia tidak ingin Lillia merasa tertekan. Lillia segera membalas, "Nggak apa-apa, uang tabunganku sudah hampir cukup. Aku nggak akan meminjam dari bank. Kenapa Nenek nggak mau tinggal di kota?"Lillia tentu tahu Ohara sudah terbiasa tinggal di desa, tetapi dia tidak mungkin membiarkan neneknya terus tinggal di sini."Nenek, ayolah, dengarkan ak
Claude berbalik, mengernyit menatap Lillia. "Apa maksudmu?" Terdengar kekesalan dari nada bicaranya."Nggak ada maksud apa-apa, hanya bertanya," sahut Lillia segera.Claude tiba-tiba tersenyum mengejek, lalu bertanya, "Kamu merasa aku akan menipumu demi Nikita, 'kan?""Cepat pergi ke dapur." Lillia berjalan melewatinya, tidak ingin meneruskan topik pembicaraan itu.Claude hendak berbicara, tetapi Ohara tiba-tiba menyela, "Claude, kamu masih ingin makan apa? Katakan saja."Claude segera merespons, "Sudah cukup, Nek. Kalau kebanyakan, kamu bakal makan makanan sisa besok."Orang tua selalu berhemat, Claude juga sudah sering melihat Ohara makan makanan sisa. Sesudah selesai makan, Lillia pergi ke kamarnya untuk tidur. Sementara itu, Claude pun tidak mengajaknya mengobrol lagi.Lantaran tidak bisa tidur, Claude pergi ke halaman untuk merokok dan bukan memaksakan diri untuk tidur. Dia masih memikirkan Lillia yang begitu tidak percaya padanya.Keesokan pagi, Lillia sudah berangkat pagi-pagi.
Mendengar ini, Lillia mengernyit dan bertanya, "Apa yang terjadi?"Moonela menjawab dengan murung, "Hari ini, Stella mengundangku untuk bertemu seseorang. Ternyata orang itu pembawa acara, mereka menginterogasiku habis-habisan. Kamu lihat saja di trending topic."Lillia mengiakan, lalu mulai mencari di internet. Dalam sekejap, dia menemukan nama Moonela di daftar trending topic ke-6.[ Moonela Membantah Dirinya Adalah Lorraine, Kejadian Ini Sungguh Menarik dan di luar Nalar! ]Lillia mengeklik berita tersebut. Begitu melihat videonya, alisnya pun makin berkerut. Kenapa Stella seperti itu? LMOON membantunya mendesain gaun untuk karpet merah, tetapi wanita ini malah bekerja sama dengan tim produksi untuk melawan mereka?"Kenapa Stella menjatuhkan kita seperti ini?" tanya Lillia dengan geram."Entahlah. Supaya LMOON nggak dicurigai, aku terpaksa menyangkal diriku bukan Lorraine. Lillia, maafkan aku. Aku benar-benar nggak bisa merahasiakannya lagi," sahut Moonela dengan menyesal dan sedih.
Seluruh tamu di acara itu juga tertegun. Kemudian, mereka mengikuti arah pandang pembawa acara itu.Setelah merapikan gaunnya, Lillia perlahan-lahan menaiki panggung dengan sepatu hak tingginya. Begitu dia muncul, pembawa acara yang diatur oleh Hans menyerahkan mikrofon kepadanya dan orang lainnya pun sibuk bergosip.Lillia tersenyum kepada Moonela yang membelalak terkejut, lalu berjalan ke tengah panggung. Dia berkata, "Halo, semuanya. Aku Lillia yang biasanya dikenal dengan asisten Studio LMOON. Aku juga desainer Studio LMOON, Lorraine."Perkenalan ini tidak membuat ekspresi Stella membaik. Sementara itu, para pembawa acara sontak bereaksi kembali dan segera bertepuk tangan untuk menyambut. Akan tetapi, para netizen tidak bisa menerima pengakuan ini.[ Kalau dia desainernya, kenapa menyembunyikan identitas? Memangnya seru mempermainkan kita seperti ini? LMOON benar-benar studio yang sangat menjijikkan! ][ Pasti supaya terkenal, 'kan? Ya ampun, apa serunya menipu semua orang? ][ Aku