Share

BAB 80

Penulis: Yuli Sutarni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tak Terduga

Hari ini Mas Rafli mengajakku makan malam di restoran seafood yang cukup terkenal di kota kami. Ayah dan ibu tak bersedia ikut, begitu pun dengan anak-anak. Mereka memilih tinggal bersama orang tuaku di rumah.

Mas Rafli menggenggam tanganku hingga menemukan meja yang cocok. Restoran tersebut cukup ramai, hingga kami memilih duduk di bagian luar supaya lebih lega.

"Mas. Sudah ketemu informasi soal wanita yang kemarin ribut sama Soraya?" tanyaku pada Mas Rafli yang kali ini terlihat segar dengan warna kaos melon yang dia kenakan.

"Hmm… penasaran banget. Apalagi kemarin sang mantan ngapel ke rumah ya pagi-pagi? Pinteran amat ya si Galih. Ke rumah saat aku sudah pergi." Suamiku menampakkan wajah dibuat kesal yang justru membuatku terkekeh. Kucubit pelan pinggangnya hingga dia kembali menggenggam erat tanganku. Aku sedikit tersipu, mengingat usia yang tak lagi muda hingga tak percaya diri memamerkan kemesraan di depan banyak orang.

"Serius. Sebenarnya kalau kemarin kami se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 81

    "Begini kelakuan Bapak dan Ibu? Licik sekali kalian berdua! Tega-teganya berkhianat padaku. Apakah kalian berdua tak ingat, bagaimana aku meyakinkan kedua orang tuaku saat itu? Aku meyakinkan mereka mengenai status Mas Galih yang masih punya anak istri agar mereka mau mengizinkanku berhubungan dengan anak kalian. Aku sampai berbohong, Vinda tak becus menjadi istri hingga layak diceraikan. Bahkan foto editannya dengan seorang pria yang kalian buat berhasil menipu kedua orang tuaku. Sekarang…setelah semuanya kalian dapatkan, aku dikhianati seperti ini? Jangan egois kalian!" Teriakan Soraya membuatku menutup mulut. Akhirnya kebusukan satu keluarga itu kuketahui. Aku memang sangat heran, bagaimana mungkin orang tua mengizinkan anak perempuan mereka masuk dalam kehidupan rumah tangga orang seperti itu? Jadi mereka memfitnahku sekeji itu? Mas Rafli meraih tanganku dan memberi kekuatan lewat genggaman tangannya. Jarak duduk kami dan keluarga Mas Galih memang tak terlalu jauh, jadi wajar s

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 82

    Pembelaan Ibu Mertua"Dasar sampaaahhh!" Teriakan Bu Mirna membuatku yang sedang merekap pembukuan terkesiap kaget. Aku yang tak siap dengan kedatangannya juga harus merasakan tamparannya yang begitu menyakitkan di pipiku. Beberapa orang yang ada di restoran mendekat ke arah kami. Beruntung bukan jam makan siang, jadi kerumunan itu masih bisa dikendalikan. "Apa-apaan kau ini, Bu?" tanyaku sambil memegangi pipi yang juga terasa panas. Wanita di depanku nampak melotot menampakkan suasana hatinya yang panas. "Kau! Gara-gara kau! Anakku mendapat kesialan seperti ini! Harusnya kau tak egois, Vinda! Anakku satu-satunya harus menanggung derita akibat sifat keserakahanmu! Dasar pembawa siaal!" teriaknya lagi. Bahkan aku tak tahu apa yang sedang dia bicarakan. Mengapa dia seolah menyalahkanku?"Tolong. Jelaskan apa yang sedang Anda biacarakan! Saya benar-benar tak tahu apa yang sedang terjadi. Mengapa Anda datang dengan tiba-tiba dan langsung menamparku?" "Gara-gara kamu yang tidak mau meny

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 83

    "Dasar wanita tak berpendidikan! Aku menyesal Galih dulu menikah denganmu hingga membuat segala urusanku menjadi rumit seperti ini! Wanita sial*n!" Bu Mirna merangsek dan hampir menyerangku lagi. "Sekali lagi kau melangkah, maka kupatahkan tanganmu!" Sebuah teriakan dari arah pintu masuk terdengar cukup lantang. Ibu mertua sudah berdiri di sana dengan tatapan angkuh ke arah Bu Mirna. Mas Rafli berlari kecil di belakangnya. Suamiku langsung mendekat ke arahku. "Kau tak apa-apa?" tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Perhatiannya itu membuat Bu Mirna menatapku dengan tatapan merendahkan. "Kau pun akan menyesal menikahi wanita seperti dia! Aku pastikan itu!" teriaknya lagi. "Rupanya mantan mertua gagal move on ini masih mengganggumu, Vin? Ngomong-ngomong saya sudah melihat video tentang keluarga Anda yang dilabrak menantu sahmu di restoran seafood. Ramai sekali di facebook. Rupanya Anda masih punya muka untuk menampakkan wajah di depan banyak orang? Berani pula Anda meneriaki menantuk

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 84

    Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir (84) Bertemu Wita (1)Aku sampai di halaman rumah ibu mertuaku yang luas. Kulihat wajah sumringah ibu yang semangat mendekati mobilku. Setelah mencium tangannya penuh takzim, anak-anak pun mengikuti langkahku. "Eyang duduk di depan sama Zoya. Kakak di belakang ya?" ucapku pada Zayn yang tadi menemani adiknya di depan. "Vinda. Temani Ibu ke butik Dina dulu ya. Pengin ambil baju buat acara ariana keluarga." Aku mengangguk pelan. Rasanya ada yang menyentil di dalam hatiku. Untuk pergi ke ariana keluarga saja ibu harus memesan baju di butik Kak Dina. Ya… begitulah kadang kebiasaan orang kaya memang serasa tak masuk akal bagi orang sederhana sepertiku. "Jarang-jarang ketemu sama mereka. Kali ini Ibu berani datang setelah sekian lama mangkir. Kamu tahu kenapa?" tanyanya dengan senyuman mengembang. Bahkan di usianya yang sudah matang ibu mertuaku masih terlihat begitu segar dan cantik. Aku menggeleng mendengar pertanyaannya. "Tentu saja sekarang ak

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 85

    Bertemu Wita (2)Setelah mengambil baju di butik Kak Dina, aku melajukan mobil lagi ke arah pusat perbelanjaan terbesar di kotaku. Ibu langsung memilih wahana bermain anak yang pasti langsung disambut baik anak-anakku. Hampir dua jam kami di sana, Anak-anak sudah keliatan puas dan mengeluh sudah lapar. Aku mengajak mereka ke food court yang terletak di lantai paling atas. Sengaja kupilih menggunakn lift agar ibu tak terlalu lelah. "Pulangnya mampir ke lantai tiga ya. Lipstik punya Ibu habis." Aku mengangguk mendengar permintaan ibu mertua. Pilihan kami di food court adalah gerai makanan Jepang. Setelah waitress menyodorkan menu, aku menawarkan beberapa makanan untuk anak-anak. Pilihan jatuh pada tempura untuk ketiga anakku. Aku dan ibu mertua sendiri memilih mie ramen yang sudah kubayangkan kelezatan kuahnya."Ibu?" seru seorang wanita dari meja yang terletak tepat di sebelah kami. Ibu terlihat kaget mendapati wanita cantik dengan setelan kerja dan blazer warna hitam tersenyum di

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 86

    Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir (86) Cinta Ibu Mertua 1Aku sudah mematut diri di depan cermin kamarku. Baju brukat warna toska yang ibu mertuaku pesankan dari butik Kak Dina nampak cocok di tubuhku. Mas Rafli berkali-kali memujiku. Dia berkata warna baju yang kukenakan sangat cocok dengan kulitku. "Cantik sekali istriku… ," ucapnya sambil memelukku dari belakang. Bahkan dia menenggelamkan kepalanya di pundakku. Kuusap pipinya yang sedikit kasar karena tumbuhnya jambang di sana. "Mas. Jangan mendekatiku kalau jambangmu masih begini, ya. Aku tak suka." Mas Rafli terkekeh melihat ekspresiku. "Kenapa? Bukannya wanita akan sangat tergoda saat lelakinya dalam fase tumbuh jambang seperti ini?" Dia menggelitiki pinggangku hingga aku berbalik menatap ke arahnya. Kulihat senyumnya yang sangat menawan tersungging di depanku. Luar biasa sekali ciptaan Tuhan yang satu ini! " Pokoknya jangan, Mas. Aku geli," ucapku jujur. Mas Rafli mencubit cuping hidungku hingga aku mengaduh. Meski tak

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 87

    Cinta Ibu Mertua 2"Ibu tahu, Rafli tak akan membiarkan istri secantik dirimu bebas dari hadapannya dengan mudah. Sudah mandi 'kan?" Apa? Kenapa dia menyangka hingga sejauh itu? Kulihat wajah cantik Wita tersenyum dengan terpaksa. Bahkan rautnya kini berubah pias. "Ah sudahlah. Yang penting kamu sudah datang. Jadi Wita… mohon maaf, Ibu harus pergi dengan Vinda. Karena menantu Ibu ini sudah datang menjemput." Ibu menatap Wita dengan tatapan penyesalan. Wita mengangguk paham. Seketika dia terlihat kecewa. Apakah dia tadinya berniat mengantar ibu mertuaku? Wah. Dia berusaha mengambil peran yang seharusnya menjadi bagianku. "Nggak papa, Bu. Kita ketemu di sana saja," ucap Wita. Aku menatap ibu dengan bingung. Apakah artinya Wita termasuk bagian dalam arisan yang akan ibu datangi kali ini? " Jadi Wita ini dapat undangan dari Farah, dia anak yang ketempatan arisan kali ini. Kamu nggak masalah 'kan Vin? Kalau kamu keberatan Ibu bisa batal ke arisan itu. Tak masalah," ucap ibu tanpa ragu

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 88

    Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (88) Tak Kubiarkan Suasana arisan kalangan atas memang beda. Hidangan yang tersaji bahkan lebih layak dikatakan hidangan pesta. Ibu mertuaku menuntunku di tengah-tengah kenalannya. Beberapa orang menyipit menyaksikan tingkah ibu mertuaku. Bahkan ada yang bisik-bisik di belakang menyaksikan hal yang menurut mereka terlihat ganjil. "Mbak Pur, itu siapa yang digandeng?" tanya wanita yang berbadan gempal dengan balutan kain satin warna mint. Bibirnya yang merona merah membuatnya terkesan sedikit galak. Tatapannya memindaiku dari atas ke bawah tanpa berkedip. "Oh… perkenalkan. Ini menantu saya. Namanya Vinda. Rafli menikahinya beberapa bulan yang lalu." Ibu mertua berucap dengan nada riang di depan teman-temannya. Aku sedikit kikuk, namun kupaksakan tersenyum. "Cantik. Masih gadis?" tanya seseorang lagi. Aku menghentikan senyumanku, kemudian beralih menatap ibu. "Bukan. Dia sudah punya tiga orang anak. Hebat sekali bukan? Aku langsung punya cucu

Bab terbaru

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 231 PERNIKAHAN

    PERNIKAHAN Pernikahan yang cukup sederhana itu digelar di halaman belakang rumah Soraya yang megah. Tak ada pesta seperti kebanyakan orang dari kalangan atas, kali ini yang terlihat justru kesakralan yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Soraya mengenakan baju pengantin berwarna putih dengan penutup kepala yang terlihat cantik menutupi rambutnya. Wanita itu tersenyum hangat pada kerabat yang datang menemuinya untuk memberi selamat.Tak ada keangkuhan sama sekali dari wajahnya. Wanita itu seolah terlahir sebagai sosok yang baru dalam kehidupannya. Sang Ibu, berkali-kali menyusut air mata yang mengalir tanpa henti di pipi. Dia tak menyangka anaknya akan menemukan tambatan hati dengan cara yang tak terduga sebelumnya.Laki-laki yang kini duduk sambil menggenggam tangannya itu pun terlihat bahagia. Salman, laki-laki yang merupakan teman sekolah anaknya saat duduk di bangku SMA itu ternyata diam-diam menyimpan perasaan khusus pada Soraya. Dokter yang pernah merawat luka-luka Soraya sa

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 230 SALMAN

    SALMAN "Apakah aku menganggu?" "Langsung saja. Kau membuntutiku? Bagaimana bisa kau tahu aku di sini sedangkan aku tak memberitahu siapapun." Kuberanikan membalas tatapannya. Aku ingin mendengar jawaban darinya. Kota ini luas. Amat luas. Itulah yang membuatku yakin bahwa pertemuan kami kali ini bukanlah sebuah kebetulan. Amat sangat dipaksakan jika aku percaya seandainya Salman beralasan bahwa kedatangannya ke kafe ini hanya sebuah kebetulan semata. "Aku tidak suka dibuntuti seperti ini. Jangan beralasan bahwa kedatanganmu kemari hanya sebuah kebetulan. Aku tidak sebodoh itu ,dokter Salman." Sengaja kutekan kata 'dokter Salman' di akhir kalimatku. Kami memang berteman sudah cukup lama. Meski selepas Sekolah menengah atas aku tak pernah tahu lagi bagaimana kabarnya. Pertemuan kami diawali kembali sejak dia sudah bertugas sebagai seorang dokter di rumah sakit yang kudatangi. Sejak itulah aku seringkali bertemu dengannya. "Kenapa tak balas pesan dariku? Kau hanya membacanya tanpa be

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 229 MENEPI

    MENEPI Perceraian Ayah dan Ibu membuat kabar mengejutkan semua orang. Siapa yang tak mengenal ayah, dia anggota dewan yang cukup disegani di kota ini. Bahkan dia sudah bersiap mencalonkan di bursa pemilihan kepala daerah tahun besok. Berita tersebut mewarnai pemberitaan lokal kota ini. Aku tak ambil pusing lagi. Penghianatan Ayah sudah tak bisa dimaafkan. Bagaimana dia setelah ini, aku berusaha tak peduli. Itu urusannya bersama Linda. Wanita yang dia gadang-gadang sebagai wanita idaman yang sesuai dengan impiannya. Aku hanya berkewajiban menjaga Ibu agar kejiwaannya tidak terguncang akibat perceraian ini. Sementara hidupku, aku sudah mulai menerima kenyataan bahwa sekolahku sungguh berbeda dengan sekolahku sebelumnya. Aku terbiasa melihat anak-anak berlarian saat guru sudah ada di dalam ruangan.Aku mulai berdamai dan bertekad memperbaiki hidupku. Aku belajar dari kesalahan-kesalahanku. Aku tak ingin mengulangi semua itu. Sekali waktu aku masih mendengar bagaimana kabar orang-ora

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 228 DUKUNGAN

    “Apapun itu, Soraya. Aku tetap mendukungmu untuk meminta kedua orangtuamu berpisah. Mereka tak akan menjadi keluarga yang utuh, terlebih ayahmu amat menyayangi wanita itu. Ada anak pula di antara mereka. Aku hanya kasihan pada ibumu jika terus-menerus bertahan dalam pernikahan yang sudah tak sejalan.” Akhirnya Kiran mengurai pendapatnya yang sama denganku. Wanita itu menatapku lekat-lekat. “Dukunglah ibumu, Soraya. Kau memang gagal menjadi wanita dan istri yang baik, tetapi aku yakin kau tak akan pernah gagal menjadi anak yang baik untuk kedua orangtuamu.” Hatiku bergetar mendengar kalimat bijak Kiran. Benar, aku memang sudah gagal menjadi seorang wanita. Aku gagal menjaga dan mempertahankan harga diri. Saat menjadi istri Mas Galih pun aku jauh dari kata sempurna. Aku pun mendapatkannya dengan cara yang amat hina. Bodohnya lagi, aku pun mengulangi hal yang sama terhadap Mas Arya dan Mbak Cintya. Aku berusaha menghancurkan rumah tangga mereka meski awalnya aku tak berniat sampai ke

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 227 RAHASIA LINDA

    Aku sudah mewanti-wanti pada ARTku agar tak memberi akses Ibu keluar rumah dengan alasan apapun. Dari semalam wanita itu bungkam tak menjawab semua pertanyaan dariku. Aku sungguh khawatir dia akan melakukan hal yang membahayakan dirinya lagi. Aku juga khawatir dia tengah menyiapkan rencana untuk membalas dendam pada Ayah dan istri mudanya. Kupakai sweater warna coklat yang kurasa cocok dengan acara pertemuanku dengan Kiran sore ini. Rintik hujan di luar tak menghalangi niatku untuk untuk segera bertemu dengan temanku itu. Beberapa saat yang lalu Kiran sudah mengabari bahwa dia sudah sampai di kafe baru yang sudah kami sepakati. Ada hal yang sudah kutugaskan untuknya dan kali ini saatnya dia memberikan laporan. Segila apapun dia, aku tahu untuk hal-hal tertentu dia cukup bisa diandalkan. Tak butuh waktu lama, aku sudah berhasil sampai di parkiran kafe. Entah efek gerimis yang membuat beberapa orang malas keluar atau memang kebetulan sedang sepi hingga membuatku tak perlu mencari pa

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 226 PERTOLONGAN SALMAN

    Salman membantuku membawa Ibu ke mobil. Laki-laki itu sigap saat melihat Ibu terlihat lemah tak berdaya setelah pengusiran yang dilakukan Ayah. Tadinya aku hampir meledak menanggapi kata-kata kasar dari Ayah untuk ibuku. Tetapi kesadaranku bahwa rumah sakit ini butuh ketenangan, aku mengurungkan niatku. Apalagi Ibu memang pihak yang bersalah dalam hal ini. Semarah apapun dia,tak seharusnya dia menyerang Linda dan mengacau di tempat anak wanita itu dan ayah dirawat. "Pastikan dia aman di rumah dan tidak bepergian. Ayah khawatir dia akan mengulangi hal ini. Ingat, Soraya. Mudah sekali pencari berita menjadikan ini sebagai bahan untuk gorengan mereka di media. Ayah tak akan memaafkan Ibumu jika hal ini sampai terjadi." Aku menghentikan langkah dan memutar tubuhku. Kubiarkan Salman mengambil alih wanita itu dan membawanya keluar terlebih dahulu. "Ayah, tidakkah Ayah sadar orang yang tengah Ayah bicarakan adalah ibuku? Dia istri ayah. Istri pertama Ayah. Dialah wanita yang menemani pe

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 225 KEKACAUAN OLEH IBUKU

    Sepulang dari membereskan berkas-berkas yang memang harus disiapkan pasca mutasi, aku tak kunjung menemui Ibu di rumah. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku pun tak tahu kemana perginya wanita itu. Berulang kali kuhubungi ponselnya tak ada tanda-tanda ibu mengangkat panggilannya. Terpaksa aku hubungi Ayah bermaksud menanyakan keberadaan Ibu. Meskipun kenyataannya justru aku mendapatkan jawaban yang membuatku bereaksi keras. "Maaf, Soraya. Ayah belum pulang seharian ini. Mungkin nanti malam baru pulang. Adikmu sakit, dia harus dirawat di rumah sakit." Sial! Lagi-lagi ayahku menyebut anak hasil perselingkuhannya itu sebagai adikku tanpa rasa malu. Telingaku berdengung rasanya mendengar Ayah yang amat peduli dengan anak itu. "Yah. Tapi Ibu belum pulang dari pagi!"Tak ada tanggapan apapun sebelum akhirnya Ayah memutuskan panggilanku. Aku benar-benar kecewa pada laki-laki itu. Pantas saja Ibu sefrustasi ini. Sekali lagi kuhubungi Ibu dan hasilnya tetap nihil. Aku benar-bena

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 224 LEKASLAH BERCERAI!

    Rahang kokoh Ayah makin mengeras saat aku duduk berhadapan dengannya di meja makan. Ibu tak ada di antara kami. Dia langsung menuju ke kamarnya dan tak keluar lagi setelah kepulangannya dari hotel. "Apakah kau dan ibumu yang melakukannya?" tanya Ayah dengan suara baritonnya. Bukan suatu pertanyaan biasa, lebih pada sebuah penghakiman. Cinta laki-laki itu terhadap wanita selingkuhannya telah berhasil membuatnya sedingin itu terhadapku. Kutarik napas dalam-dalam. Pantas saja Ibu sakit hati, nyatanya ayah sudah mulai melalaikan perasaan kami, orang-orang yang selama ini mendukung kariernya. "Apakah Ayah sengaja pulang lebih awal dari biasanya hanya karena ingin menghakimi kami?" Kutatap wajah itu lekat-lekat. Ayah mengusap wajahnya dengan kasar. Kepulan asap dari tembakau yang dihisapnya makin menambah kesan dingin di tengah-tengah perbincangan kami. "Bahkan Linda tidak berbicara apapun setelah kepulangannya. Dia langsung menuju ke arah adikmu karena terlampau mengkhawatirkan anakny

  • Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier    BAB 223

    Lututku lemas seketika. Ibu membiatku tergidik ngeri. Buru-buru kututup pintu kembali agar tak terlihat dari luar apa yang tengah terjadi di ruangan yang cukup luas ini. "Astaga, Ibu! Apakah Ibu sudah gila?" Aku menarik tangan Ibu yang tengah mendongakkan wajah wanita yang sudah terlihat ketakutan itu. Tak ada lagi tatapan penuh cinta wanita yang pernah melahirkanku ke dunia. Ibu berubah amat mengerikan. Bahkan aku hampir tak mengenali wanita yang tak pernah berbuat kasar ini. "Bu, Ibu akan mendapatkan masalah. Jangan bertindak bodoh. Negara ini negara hukum, Bu!" Kucoba menyadarkan Ibu agar menghentikan aksinya. Aku beringsut mundur saat kudapati tumpukan rambut yang kusadari itu rambut wanita selingkuhan Ayah yang kuyakin dipangkas paksa oleh Ibu. Gunting berwarna hitam terletak di dekat kaki wanita itu. "Tenang saja. Ibu hanya sedikit bermain-main.""Bu! Kumohon. Hentikan. Aku tak ingin Ibu berurusan dengan polisi. Kumohon, Bu. Ini salah!" Aku memohon pada Ibu sekali lagi. Sa

DMCA.com Protection Status