Alby segera menghampiri Kalea. “Ayo kita bicara di kamar.” Dia mengajak Kalea untuk pergi dari ruang tamu yang diisi banyak orang.
“Tidak perlu di kamar!” Tangan Alby yang berada di lengan Kalea pun segera disingkirkan.
Alby hanya bisa pasrah ketika Kalea tidak mau bicara baik-baik.
“Kamu mau menikahi selingkuhanmu itu, Mas?” Kalea menatap tajam pada sang suami dan beralih ke arah Sandra yang duduk di depan penghulu.
“Namanya Sandra, Kalea. Jangan sebut dia seperti itu.” Alby menegur Kalea
Kalea mencibirkan bibirnya ketika suaminya tak mau Sandra disebut selingkuhannya.
“Aku harus menikahi Sandra, karena dia hamil anakku. Anakku butuh status jelas. Jadi aku harus menikahinya.” Alby berusaha keras untuk menjelaskan pada Kalea.
“Jika kamu mau menikahinya, harusnya kamu menceraikan aku dulu, Mas. Bukan justru menikahinya lebih dulu.” Suara Kalea meninggi. Letupan emosi di dalam setiap ucapannya terdengar jelas.
Suara Kalea yang meninggi itu jelas menarik perhatian orang-orang.
“Lea, bisakah kamu bahas perceraian itu nanti saja.”
Kalea menatap heran dengan suaminya itu. “Jika perceraian dibahas nanti, apa kau berniat untuk membuat aku tinggal bersama selingkuhanmu itu?” tanya Kalea menyindir.
“Kalea, aku sudah peringatkan jangan panggil Sandra seperti itu!” Alby tidak suka cara Kalea memanggil Sandra.
“Kalau kamu tidak suka aku memanggilnya dengan sebutan selingkuhan, maka ceraikan aku. Jadi dia akan berganti panggilan yaitu istrimu.” Kalea sudah tidak sanggup dengan sikap Alby. Lebih baik dia segera bercerai dengan Alby, dibanding harus bertahan dengan Alby.
Alby kesal sekali ketika Kalea terus saja meminta bercerai darinya. Padahal niatnya dia ingin mempertahankan Kalea karena ibunya butuh Kalea.
“Apa pernikahan ini bisa dilanjut? Saya harus pergi ke acara lain lagi, karena ada pengantin yang harus saja nikahkan juga.” Di tengah-tengah perdebatan Kalea dan Alby, penghulu bertanya.
Sandra segera menghampiri Alby. “Mas, ayo. Kita harus menikah.” Dia menarik lengan Alby untuk mengajak pria itu kembali ke penghulu.
Namun, sebelum Alby pergi, Kalea menarik lengan Alby. “Ceraikan aku dulu, dan barulah kamu bisa kembali ke sana!” Kalea tidak mau terombang-ambing dengan hubungan ini. Sebelum Alby memulai hubungan dengan wanita lain, hubungannya harus berakhir.
Sandra kesal sekali mendengar ucapan Kalea itu. “Mas, ceraikan saja dia agar kita bisa segera menikah.”
Alby dalam kebingungan. Namun, dia dikejar oleh waktu penghulu yang akan segera pergi.
“Baiklah.” Akhirnya Alby mengambil keputusan. Dia segera menatap ke arah Kalea. “Aku ceraikan kamu Kalea Amanta.” Akhirnya dia mengucapkan kata talak.
Kalea menahan air matanya. Kalimat itu akhirnya keluar dari mulut Alby. Rasanya benar-benar sakit ketika Alby, akhirnya melepaskannya.
“Sudah puas kamu,” sindir Sandra. Dia segera menarik Alby agar segera ke penghulu.
Namun, ternyata Kalea masih memegangi Alby. Yang membuat Sandra tidak bisa membawa Alby ke penghulu. Alby pun sampai menatap ke arah Kalea lagi, karena Kalea belum melepaskannya.
“Mau apa lagi kamu?” Sandra bingung dengan Kalea yang masih menahan Alby.
“Aku mau talak tiga, Mas. Di mana aku tidak akan pernah bisa rujuk denganmu lagi.”
Alby tidak menyangka jika itu yang akan diminta Kalea. Padahal sengaja menghindari talak tiga, karena agar ada peluang untuk bersama Kalea lagi.
“Cepat talak tiga dia, Mas.” Sandra pun menyuruh Alby karena tidak sabar untuk menikah.
Alby seolah tidak punya pilihan lagi. Apalagi dia dikejar waktu. “Aku menjatuhkan talak tiga kepadamu Kalea Amanta. Sekarang kamu bukan istriku lagi, dan kamu tidak akan bisa kembali lagi padaku.”
Setelah mendapatkan talak yang diinginkan, akhirnya Kalea melepaskan Alby. Sekuat tenang dia menahan tangisnya, karena tak mau menangisi apa yang dia minta.
“Kamu bisa pergi sekarang.” Alby berucap dengan nada dingin. “Jangan bawa mobil itu, karena itu bukan milikmu.” Alby sengaja menarik fasilitas mobil itu agar Kalea tahu rasa bagaimana hidup tanpa dirinya.
Kalea pun memberikan kunci mobil itu pada Alby, kemudian ke kamarnya untuk mengambil barang-barangnya yang sudah dirapikan, kemudian keluar dari rumah Alby. Saat langkahnya di depan pintu, terdengar suara ijab kabul yang diucapkan oleh Alby. Rasanya, Kalea benar-benar hancur mendengar itu. Ini adalah akhir dari pernikahannya.
Segera Kalea masuk ke mobil untuk mengajak anaknya turun dari mobil.
“Mama kita mau ke mana? Kenapa bawa koper?” Kyna menatap Kalea lekat.
Kalea sendiri bingung harus ke mana. Dia merasa tidak punya tujuan. Orang tuanya sudah tidak ada. Rumah orang tuanya selama ini disewakan oleh Kalea, jadi tidak mungkin dia kembali ke rumah orang tuanya. Di saat seperti ini, Kalea benar-benar bingung.
“Kita akan ke rumah teman mama karena mama harus mengantarkan barang milik teman mama.” Terpaksa Kalea memberikan alasan palsu, karena tidak punya pilihan lagi.
Kyna mengangguk.
“Ayo.” Kalea mengulurkan tangan pada Kyna untuk keluar dari rumah.
“Kenapa tidak naik mobil, Ma?” Kyna bingung ketika diajak untuk jalan kaki.
“Mobilnya mogok, Sayang. Jadi kita naik taksi saja.” Kalea memberikan alasan masuk akal pada anaknya.
Kyna tampak percaya saja apa yang dikatakan oleh sang mama.
Mereka berjalan ke depan. Karena taksi didapatkan ketika berada di jalan raya, mereka harus berjalan lebih dulu untuk mendapatkan taksi.
Sepanjang jalan Kalea memerhatikan Kyna. Anaknya itu tampak ceria sekali. Hal itu membuat Kalea tidak tega jika anaknya tahu hubungan dengan sang ayah berantakan.
Tepat di pinggir jalan, Kalea menunggu taksi. Sayangnya, taksi tak kunjung lewat. Entah kenapa hari ini Kalea merasa adalah hari tersialnya.
Saat menunggu taksi, tiba-tiba mobil sedan berwarna hitam tiba-tiba berhenti. Seseorang keluar dari dalam mobil itu. Kalea yang mengenali orang tersebut pun sedikit terkejut.
“Dr. Derran.”
“Kalea, kenapa kamu di sini?” Dr. Derran menatap Kalea, kemudian memerhatikan Kalea bersama anaknya. Di sampingnya ada sebuah koper besar.
“Mama, ini teman mama?” Kyna menengadah menatap Kalea.
“Iya, Sayang.” Kalea mengangguk.
“Jadi kita mau ke rumah uncle ini?”
Kesalahan Kalea adalah mengatakan jika mereka akan ke rumah temannya, dan sekarang di depan mereka ada orang yang dianggap Kyna teman Kalea. Tentu saja itu membuat Kalea bingung.
Dr. Derran paham situasi itu. “Ayo kita ke rumahku saja.” Akhirnya dia mengajak Kalea dan anaknya untuk ke rumah. Apa pun yang terjadi, Kalea akan menanyakan hal itu nanti.
“Tapi, Dok.”“Ini sudah malam. Sebaiknya kamu ikut saja.” Dr. Derran berusaha untuk membujuk Kalea.Kalea melihat anaknya. Pasti sang anak sudah sangat lelah. Apalagi tadi siang, dia membawa sang anak ke tempat bermain. Kalea juga berpikir jika saat ini dia tidak punya tempat untuk tinggal. Jadi tidak ada salahnya menerima tawaran dari dr. Derran untuk sementara waktu.“Baik, Dok.” Kalea pun akhirnya setuju.Dr. Derran membuka mobilnya dan mempersilakan Kalea dan anaknya untuk masuk. Barulah setelah itu dia memasukkan koper ke bagasi belakang, dan masuk setelah itu.Dr. Derran melajukan mobilnya. Tempat yang dituju adalah rumahnya.Sesampainya di rumah, dr. Derran mempersilakan Kalea untuk masuk ke rumah.Rumah keluarga dr. Derran cukup besar. Tentu saja itu membuat Kalea merasa tidak enak. Namun, berbeda dengan anaknya, dia begitu antusias sekali.“Wah ... rumah Uncle Dokter besar sekali.” Kyna sampai terperangah melihat rumah besar milik dr. Derran.“Apa kamu suka?” tanya dr. Derran
Mata Kalea membulat sempurna ketika mendengar ucapan dari Alby. Bagaimana bisa pria itu datang tiba-tiba dan mengajaknya untuk pulang dengan alasan ibunya.“Aku tidak mau.” Kalea menolak.“Lea, ibu mencarimu terus menerus. Aku mohon pulang dan temui ibu sebentar saja.”Kalea benar-benar berada dalam dilama. Dia tahu persis bagaimana ibu mertuanya itu sangat dekat dengannya, bahkan menganggapnya anak sendiri. Jika sekarang ibu mertuanya itu menanyakan dirinya, jadi wajar saja. Namun, jika pergi ke rumah Alby, dia akan bertemu dengan Sandra.“Baiklah, aku ke rumah, tapi hanya untuk menemui ibu.” Kalea akhirnya memutuskan untuk mengunjungi ibu mertuanya, tak tega ketika ibu mertuanya mencarinya.“Baiklah.” Alby segera pergi.Kalea segera menemui dr. Derran. Memberitahu jika dia akan pergi ke rumah Alby karena mantan ibu mertuanya mencari dirinya. Dr. Derran pun menawarkan diri untuk mengantarkan. Kalea memang butuh dr. Derran, karena jika mencari taksi pastinya akan lama.“Sebaiknya
Alby begitu terkejut sekali ketika mendengar jika Kalea mau mengurus perceraian mereka.“Kalea biarkan aku yang mengurus semuanya.”“Jika kamu yang mengurus, aku rasa tidak selesai-selesai, Mas. Jadi biarkan aku yang mengurusnya agar hubungan kita berakhir lebih cepat.” Kalea tidak mau hidup dalam belenggu hubungan yang sangat menyakitkan ini, karena itu dia ingin segera mengakhiri semuanya.Alby sengaja tidak mau memberikan itu karena masih butuh Kalea. Ibunya terus menanyakan Kalea, karena itu dia belum mau membawa perceraian mereka ke pengadilan.“Kalau Mas Alby tidak mau memberikanya, aku bisa ambil sendiri.” Kalea segera masuk ke kamar, dan menuju ke lemari milik Alby. Dia segera mencari surat nikah itu.Alby mengejar Kalea. “Lea, dengarkan aku. Kita bisa urus surat perceraian nanti, yang terpenting kita urus ibu bersama dulu.”Kalea menghentikan tangannya yang sedang mencari surat nikah, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Alby. Dia menatap bingung pada pria yang kini berstat
Alby menatap tajam pada Kalea. Dia menyimpulkan dari apa yang dilihatnya.Kalea benar-benar tidak menyangka Alby menuduhnya seperti itu. Padahal dirinya yang selingkuh selama ini.“Jangan menyalahkan orang lain atas apa yang kamu lakukan sendiri! Bukankah kamu sendiri tahu jika Kalea meminta cerai karena kamu selingkuh!” Dr. Derran tidak tinggal diam, dia berusaha membela Kalea dan melindungi wanita itu dari tuduhan mantan suaminya.Alby benar-benar kesal dengan pria di depannya itu. Ternyata Kalea sudah menceritakan banyak hal tentang dirinya.“Aku memang selingkuh, tapi sepertinya kalian pun juga. Selingkuh di belakangku.”“Mas, aku tidak pernah selingkuh seperti yang kamu tuduhkan itu. Jangan samakan aku denganmu yang mengkhianati rumah tangga kita!” Kalea yang berada di balik tubuh dr. Derran pun akhirnya bicara.“Jika kamu tidak selingkuh, maka kembalilah ke rumah. Aku baru percaya.”“Aku tidak perlu membuktikan apa pun lagi karena memang hubungan kita sudah berakhir. Aku juga t
Kalea menatap plastik yang diberikan dr. Derran padanya. Berusaha menebak apa yang ada di dalam plastik itu.“Ini susu ibu hamil.” Sebelum Kalea mendapat jawaban atas apa yang ada di dalam plastik, dr. Derran lebih dulu memberitahu.Untuk sejenak Kalea terpaku mendengar apa yang dibawakan oleh dr. Derran. Sejak dinyatakan hamil, memang Kalea belum beli susu ibu hamil sama sekali.“Aku lihat kamu belum minum susu, karena itu aku membelikannya untukmu.” Dr. Derran menyodorkan kembali plastik tersebut.“Terima kasih banyak, Dok.” Kalea menerima plastik berisi susu tersebut. Entah harus sedih atau senang atas perhatian dr. Derran. Karena sejujurnya masih ada terbesit di hatinya menunggu perhatian Alby.“Ini susu terbaik yang sering aku rekomendasikan pada pasien, tapi aku tidak tahu kamu suka rasa apa, jadi aku membelikan semua rasa.” Dr. Derran tersenyum.Sudah dibelikan saja Kalea merasa senang. Jadi rasa apa pun, dia rasa tidak masalah. “Saya suka semua rasa. Nanti saya coba semua.”Dr
Langkah dr. Derran terhenti. Dia berusaha untuk tetap tenang, tak mau membuat Kalea tidak nyaman dengannya.“Iya.” Dr. Derran menatap Kalea.“Dr. Derran tidak jadi minum?”Dr. Derran mengalihkan pandangan ke arah gelas berisi minuman. Bodohnya dirinya karena meninggalkan minumannya begitu saja. Padahal tadi niatnya ke dapur untuk minum.“Iya, aku lupa.” Dr. Derran kembali lagi untuk mengambil gelas berisi minuman miliknya. Tak mau membawanya ke kamar, dia meminumnya di sana sekalian. Satu gelas berhasil ditengaknya dalam hitungan detik.“Sepertinya dr. Deran haus.” Kalea tersenyum melihat dr. Derran yang minum satu gelas begitu cepat.“Iya.” Dr. Derran mengangguk. “Aku ke kamar dulu.” Dia segera berpamitan untuk menghindar dari Kalea.Kalea mempersilakan dr. Derran pergi. Tak menaruh curiga sama sekali.Dr. Derran segera masuk ke kamar. Saat menutup pintu, dia memegangi dadanya. Jantungnya berdegup kencang ketika bertatapan dengan Kalea.“Kenapa berdebar? Apa aku menyukainya?” Pertany
Sandra bukannya tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh Kalea. Dia justru tertawa. Merasa lucu dengan sikap Kalea.“Padahal aku mau memberikan ucapan selamat, tapi kamu justru seperti itu.” Sandra pura-pura kecewa.Kalea berusaha untuk menahan diri agar tidak marah. Tak mau terpancing karena dia sedang di tempat umum.“Sebenarnya aku kasihan padamu. Padahal kita bisa jadi madu yang baik, sama-sama menjadi istri Mas Alby, dan sama-sama hamil anak Mas Alby. Sayangnya, kamu memilih untuk bercerai.” Sandra tersenyum penuh arti. Kata-kata itu tidak benar-benar dari hati. Karena sejujurnya dia suka dengan Kalea yang memutuskan untuk bercerai.“Jangan munafik! Aku tahu yang ada di otakmu. Sebenarnya kamu suka bukan jika aku bercerai?”Sandra langsung tertawa ketika mendengar ucapan Kalea itu. “Ternyata kamu pintar juga. Aku memang tidak suka, dan berharap jika kamu bercerai.”“Aku sudah bercerai. Jadi silakan ambil saja Mas Alby. Jangan ganggu aku lagi.” Kalea pun segera berbalik untuk s
“Aku hamil anak Mas Alby.”Tubuh Kalea mendadak kaku, seolah waktu seketika berhenti ketika kata-kata yang diucap wanita di depannya itu baru saja terdengar.Sandra wanita yang merupakan mantan Alby menatap penuh keyakinan. Kalimat yang keluar tidak ada keraguan.Sementara Kalea, tidak tahu harus percaya atau tidak.“A-pa mak-sud-mu?” Kelea sedikit terbata, suaranya serak, terbungkus kemarahan yang mulai membakar dirinya. Berharap yang baru saja didengarnya itu salah atau hanya prank seperti di film-film.Sandra menatap Kalea dengan tatapan dingin. “Baiklah, aku akan jelaskan lagi. Aku hamil anak Mas Alby, dan sekarang usianya sudah dua bulan.” Embusan napas pelan pun mengiringi setiap kata yang keluar.Tubuh Kalea terhuyung, sampai-sampai dia harus memegang pintu agar tubuhnya tidak jatuh. Hatinya benar-benar terasa tertusuk duri. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Alby, suaminya adalah laki-laki yang dia cintai. Kalea menaruh ribuan kepercayaan pada suaminya itu, tapi ternyata dia se