Share

Bab 4 Talak

Alby segera menghampiri Kalea. “Ayo kita bicara di kamar.” Dia mengajak Kalea untuk pergi dari ruang tamu yang diisi banyak orang.

“Tidak perlu di kamar!” Tangan Alby yang berada di lengan Kalea pun segera disingkirkan.

Alby hanya bisa pasrah ketika Kalea tidak mau bicara baik-baik.

“Kamu mau menikahi selingkuhanmu itu, Mas?” Kalea menatap tajam pada sang suami dan beralih ke arah Sandra yang duduk di depan penghulu.

“Namanya Sandra, Kalea. Jangan sebut dia seperti itu.” Alby menegur Kalea

Kalea mencibirkan bibirnya ketika suaminya tak mau Sandra disebut selingkuhannya.

“Aku harus menikahi Sandra, karena dia hamil anakku. Anakku butuh status jelas. Jadi aku harus menikahinya.” Alby berusaha keras untuk menjelaskan pada Kalea.

“Jika kamu mau menikahinya, harusnya kamu menceraikan aku dulu, Mas. Bukan justru menikahinya lebih dulu.” Suara Kalea meninggi. Letupan emosi di dalam setiap ucapannya terdengar jelas.

Suara Kalea yang meninggi itu jelas menarik perhatian orang-orang.

“Lea, bisakah kamu bahas perceraian itu nanti saja.”

Kalea menatap heran dengan suaminya itu. “Jika perceraian dibahas nanti, apa kau berniat untuk membuat aku tinggal bersama selingkuhanmu itu?” tanya Kalea menyindir.

“Kalea, aku sudah peringatkan jangan panggil Sandra seperti itu!” Alby tidak suka cara Kalea memanggil Sandra.

“Kalau kamu tidak suka aku memanggilnya dengan sebutan selingkuhan, maka ceraikan aku. Jadi dia akan berganti panggilan yaitu istrimu.” Kalea sudah tidak sanggup dengan sikap Alby. Lebih baik dia segera bercerai dengan Alby, dibanding harus bertahan dengan Alby.

Alby kesal sekali ketika Kalea terus saja meminta bercerai darinya. Padahal niatnya dia ingin mempertahankan Kalea karena ibunya butuh Kalea.

“Apa pernikahan ini bisa dilanjut? Saya harus pergi ke acara lain lagi, karena ada pengantin yang harus saja nikahkan juga.” Di tengah-tengah perdebatan Kalea dan Alby, penghulu bertanya.

Sandra segera menghampiri Alby. “Mas, ayo. Kita harus menikah.” Dia menarik lengan Alby untuk mengajak pria itu kembali ke penghulu.

Namun, sebelum Alby pergi, Kalea menarik lengan Alby. “Ceraikan aku dulu, dan barulah kamu bisa kembali ke sana!” Kalea tidak mau terombang-ambing dengan hubungan ini. Sebelum Alby memulai hubungan dengan wanita lain, hubungannya harus berakhir.

Sandra kesal sekali mendengar ucapan Kalea itu. “Mas, ceraikan saja dia agar kita bisa segera menikah.”

Alby dalam kebingungan. Namun, dia dikejar oleh waktu penghulu yang akan segera pergi.

“Baiklah.” Akhirnya Alby mengambil keputusan. Dia segera menatap ke arah Kalea. “Aku ceraikan kamu Kalea Amanta.” Akhirnya dia mengucapkan kata talak.

Kalea menahan air matanya. Kalimat itu akhirnya keluar dari mulut Alby. Rasanya benar-benar sakit ketika Alby, akhirnya melepaskannya.

“Sudah puas kamu,” sindir Sandra. Dia segera menarik Alby agar segera ke penghulu.

Namun, ternyata Kalea masih memegangi Alby. Yang membuat Sandra tidak bisa membawa Alby ke penghulu. Alby pun sampai menatap ke arah Kalea lagi, karena Kalea belum melepaskannya.

“Mau apa lagi kamu?” Sandra bingung dengan Kalea yang masih menahan Alby.

“Aku mau talak tiga, Mas. Di mana aku tidak akan pernah bisa rujuk denganmu lagi.”

Alby tidak menyangka jika itu yang akan diminta Kalea. Padahal sengaja menghindari talak tiga, karena agar ada peluang untuk bersama Kalea lagi.

“Cepat talak tiga dia, Mas.” Sandra pun menyuruh Alby karena tidak sabar untuk menikah.

Alby seolah tidak punya pilihan lagi. Apalagi dia dikejar waktu. “Aku menjatuhkan talak tiga kepadamu Kalea Amanta. Sekarang kamu bukan istriku lagi, dan kamu tidak akan bisa kembali lagi padaku.”  

Setelah mendapatkan talak yang diinginkan, akhirnya Kalea melepaskan Alby. Sekuat tenang dia menahan tangisnya, karena tak mau menangisi apa yang dia minta.

“Kamu bisa pergi sekarang.” Alby berucap dengan nada dingin. “Jangan bawa mobil itu, karena itu bukan milikmu.” Alby sengaja menarik  fasilitas mobil itu agar Kalea tahu rasa bagaimana hidup tanpa dirinya.

Kalea pun memberikan kunci mobil itu pada Alby, kemudian  ke kamarnya untuk mengambil barang-barangnya yang sudah dirapikan, kemudian keluar dari rumah Alby. Saat langkahnya di depan pintu, terdengar suara ijab kabul yang diucapkan oleh Alby. Rasanya, Kalea benar-benar hancur mendengar itu. Ini adalah akhir dari pernikahannya.

Segera Kalea masuk ke mobil untuk mengajak anaknya turun dari mobil.

“Mama kita mau ke mana? Kenapa bawa koper?” Kyna menatap Kalea lekat.

Kalea sendiri bingung harus ke mana. Dia merasa tidak punya tujuan. Orang tuanya sudah tidak ada. Rumah orang tuanya selama ini disewakan oleh Kalea, jadi tidak mungkin dia kembali ke rumah orang tuanya. Di saat seperti ini, Kalea benar-benar bingung.

“Kita akan ke rumah teman mama karena mama harus mengantarkan barang milik teman mama.” Terpaksa Kalea memberikan alasan palsu, karena tidak punya pilihan lagi.

Kyna mengangguk.

“Ayo.” Kalea mengulurkan tangan pada Kyna untuk keluar dari rumah.

“Kenapa tidak naik mobil, Ma?” Kyna bingung ketika diajak untuk jalan kaki.

“Mobilnya mogok, Sayang. Jadi kita naik taksi saja.” Kalea memberikan alasan masuk akal pada anaknya.

Kyna tampak percaya saja apa yang dikatakan oleh sang mama.

Mereka berjalan ke depan. Karena taksi didapatkan ketika berada di jalan raya, mereka harus berjalan lebih dulu untuk mendapatkan taksi.

Sepanjang jalan Kalea memerhatikan Kyna. Anaknya itu tampak ceria sekali. Hal itu membuat Kalea tidak tega jika anaknya tahu hubungan dengan sang ayah berantakan.

Tepat di pinggir jalan, Kalea menunggu taksi. Sayangnya, taksi tak kunjung lewat. Entah kenapa hari ini  Kalea merasa adalah hari tersialnya.

Saat menunggu taksi, tiba-tiba mobil sedan berwarna hitam tiba-tiba berhenti. Seseorang keluar dari dalam mobil itu. Kalea yang mengenali orang tersebut pun sedikit terkejut.

“Dr. Derran.”

“Kalea, kenapa kamu di sini?” Dr. Derran menatap Kalea, kemudian memerhatikan Kalea bersama anaknya. Di sampingnya ada sebuah koper besar.

“Mama, ini teman mama?” Kyna menengadah menatap Kalea.

“Iya, Sayang.” Kalea mengangguk.

“Jadi kita mau ke rumah uncle ini?”

Kesalahan Kalea adalah mengatakan jika mereka akan ke rumah temannya, dan sekarang di depan mereka ada orang yang dianggap Kyna teman Kalea. Tentu saja itu membuat Kalea bingung.

Dr. Derran paham situasi itu. “Ayo kita ke rumahku saja.” Akhirnya dia mengajak Kalea dan anaknya untuk ke rumah. Apa pun yang terjadi, Kalea akan menanyakan hal itu nanti.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status