Langkah dr. Derran terhenti. Dia berusaha untuk tetap tenang, tak mau membuat Kalea tidak nyaman dengannya.
“Iya.” Dr. Derran menatap Kalea.
“Dr. Derran tidak jadi minum?”
Dr. Derran mengalihkan pandangan ke arah gelas berisi minuman. Bodohnya dirinya karena meninggalkan minumannya begitu saja. Padahal tadi niatnya ke dapur untuk minum.
“Iya, aku lupa.” Dr. Derran kembali lagi untuk mengambil gelas berisi minuman miliknya. Tak mau membawanya ke kamar, dia meminumnya di sana sekalian. Satu gelas berhasil ditengaknya dalam hitungan detik.
“Sepertinya dr. Deran haus.” Kalea tersenyum melihat dr. Derran yang minum satu gelas begitu cepat.
“Iya.” Dr. Derran mengangguk. “Aku ke kamar dulu.” Dia segera berpamitan untuk menghindar dari Kalea.
Kalea mempersilakan dr. Derran pergi. Tak menaruh curiga sama sekali.
Dr. Derran segera masuk ke kamar. Saat menutup pintu, dia memegangi dadanya. Jantungnya berdegup kencang ketika bertatapan dengan Kalea.
“Kenapa berdebar? Apa aku menyukainya?” Pertanyaan itu pun muncul begitu saja.
Dr. Derran bukan anak muda lagi. Usianya kini menginjak tiga puluh delapan tahun. Jadi dia tentu bisa mengenali dengan baik perasaanya itu.
Punya wajah tampan blasteran Indonesia-Inggris, tidak menjamin dr. Derran bisa menikah di usia muda. Di usia tiga puluh delapan tahun, dia belum menikah.
Alasan belum menikah, jelas karena banyak wanita yang tidak mau dekat dengannya karena dia adalah dokter kandungan. Para wanita beralasan, dr. Derran sudah melihat banyak organ intim wanita. Jadi mereka ada yang malu, ada yang risih, dan ada yang merasa dr. Derran sudah banyak menjelajah.
Padahal, semua murni dilakukan dengan profesionalitas. Tidak ada nafsu sama sekali. Namun, sepertinya para wanita sudah terlanjur takut lebih dulu.
Sebenarnya keputusan dr. Derran menjadi dokter kandungan itu sudah ditentang oleh keluarga. Namun, karena dari kecil dr. Derran melihat omanya yang seorang dokter kandungan, membuatnya bercita-cita meneruskan pekerjaan mulia itu.
Sayangnya, pekerjaan mulia itu berdampak besar di hidup dr. Derran. Dia jadi sulit menemukan wanita.
Kini saat ada wanita di depan matanya dan wanita itu begitu cantik, hatinya mulai berdebar.
Namun, sepertinya dr. Derran harus sabar karena Kalea masih berstatus istri orang secara hukum negara. Jadi dia tentu saja tidak berani mendekati.
****
Sore ini dr. Derran mengajak Kyna untuk pergi ke supermarket. Kyna tampak senang ketika akan pergi ke supermarket.
“Kyna mau beli apa saja?” Dr. Derran mentap ke samping, di mana Kyna duduk. Gadis kecil itu tadi meminta duduk di samping dr. Derran.
“Mau beli permen, coklat, es krim.” Kyna menyebut apa yang ingin dibelinya.
“Wah ... berarti nanti setelah makan semua itu, Kyna harus gosok gigi.”
“Iya, Uncle Dokter. Nanti Kyna gosok gigi.” Kyna pun merasa jika dia akan melakukan yang diminta oleh dr. Derran.
Kalea yang melihat Kyna yang begitu bersemangat sekali. Senyum itu menghiasi wajah Kyna. Hal itu membuat Kalea senang. Artinya walaupun tidak tinggal di rumah, Kyna masih bahagia.
Di saat Kalea memerhatikan Kyna, dr. Derran justru memerhatikan Kalea dari kaca yang berada . Wanita itu tersenyum begitu manis. Sejenak dia teringat dengan bagaimana Kalea menangis kemarin. Rasanya tidak tega melihat wanita cantik itu menangis.
Namun, tiba saja Kalea melihat ke arah kaca, hal itu membuat dr. Derran segera mengalihkan pandangannya. Tak berani melihat ke arah Kalea.
Kalea merasa dr. Derran sedang menghindari tatapan, hal itu membuatnya sedikit aneh. Namun, tak mau ambil pusing.
Mereka sampai di supermarket. Kyna digandeng dr. Derran memilih makanan yang diinginkan, sedangkan Kalea memilih beberapa buah untuk nanti di rumah dr. Derran.
“Kyna mau yang rasa stroberi.” Kyna menunjuk permen kapas yang dimau.
“Baiklah, ambil permen kapas.” Dr. Derran mempersilakan Kyna mengambil yang dimau.
Kyna juga mengambil beberapa coklat dan dr. Derran memperbolehkan.
“Halo, Kyna.”
Saat sedang asyik memilih makanan, tiba-tiba seorang wanita mendekat. Dr. Derran cukup terkejut ketika melihat wanita tersebut. Wanita itu adalah wanita yang bersama dengan suami Kalea di rumah sakit.
“Tante siapa?” Kyna tidak pernah melihat Sandra. Jadi di bingung.
“Tante ini—“
“Dia teman papa, Sayang.” Kalea langsung memotong ucapan Sandra.
Tadi Kalea yang selesai memilih buah segera menghampiri anaknya, tapi justru mendapati ada Sandra di sana.
Sandra tersenyum. “Teman papa.” Dia seolah meledek ucapan Kalea.
Kalea menatap tajam Sandra. Merasa kesal kenapa harus bertemu dengan wanita ini lagi.
“Kyna, cari susu dulu sama Uncle Dokter.” Kalea merasa jika tidak baik untuk anaknya bertemu dengan Sandra. Dia belum mau Kyna tahu siapa Sandra.
“Iya, Ma.” Kyna mengangguk.
“Dr. Derran, tolong antar Kyna.” Kalea segera beralih ke arah dr. Derran.
“Baiklah.” Dr. Derran mengangguk. Dia paham situasi ini. “Ayo Kyna.” Dia menarik tangan Kyna lembut, kemudian mengajak Kyna untuk pergi.
Kini tinggal Kalea dan Sandra saja di lorong itu. Kalea menatap tajam pada wanita yang sudah merusak rumah tangganya itu.
“Aku dengar, kamu hamil.” Sandra tiba-tiba memegang perut Kalea.
“Jangan sentuh-sentuh perutku!” Kalea langsung menyingkirkan tangan Sandra dari perutnya.
Sandra bukannya tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh Kalea. Dia justru tertawa. Merasa lucu dengan sikap Kalea.“Padahal aku mau memberikan ucapan selamat, tapi kamu justru seperti itu.” Sandra pura-pura kecewa.Kalea berusaha untuk menahan diri agar tidak marah. Tak mau terpancing karena dia sedang di tempat umum.“Sebenarnya aku kasihan padamu. Padahal kita bisa jadi madu yang baik, sama-sama menjadi istri Mas Alby, dan sama-sama hamil anak Mas Alby. Sayangnya, kamu memilih untuk bercerai.” Sandra tersenyum penuh arti. Kata-kata itu tidak benar-benar dari hati. Karena sejujurnya dia suka dengan Kalea yang memutuskan untuk bercerai.“Jangan munafik! Aku tahu yang ada di otakmu. Sebenarnya kamu suka bukan jika aku bercerai?”Sandra langsung tertawa ketika mendengar ucapan Kalea itu. “Ternyata kamu pintar juga. Aku memang tidak suka, dan berharap jika kamu bercerai.”“Aku sudah bercerai. Jadi silakan ambil saja Mas Alby. Jangan ganggu aku lagi.” Kalea pun segera berbalik untuk s
“Aku hamil anak Mas Alby.”Tubuh Kalea mendadak kaku, seolah waktu seketika berhenti ketika kata-kata yang diucap wanita di depannya itu baru saja terdengar.Sandra wanita yang merupakan mantan Alby menatap penuh keyakinan. Kalimat yang keluar tidak ada keraguan.Sementara Kalea, tidak tahu harus percaya atau tidak.“A-pa mak-sud-mu?” Kelea sedikit terbata, suaranya serak, terbungkus kemarahan yang mulai membakar dirinya. Berharap yang baru saja didengarnya itu salah atau hanya prank seperti di film-film.Sandra menatap Kalea dengan tatapan dingin. “Baiklah, aku akan jelaskan lagi. Aku hamil anak Mas Alby, dan sekarang usianya sudah dua bulan.” Embusan napas pelan pun mengiringi setiap kata yang keluar.Tubuh Kalea terhuyung, sampai-sampai dia harus memegang pintu agar tubuhnya tidak jatuh. Hatinya benar-benar terasa tertusuk duri. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Alby, suaminya adalah laki-laki yang dia cintai. Kalea menaruh ribuan kepercayaan pada suaminya itu, tapi ternyata dia se
Kata-kata yang keluar dari mulut Kalea itu sontak membuat Alby terperangah. Alby pikir Kalea tidak akan seberani itu.“Perceraian bukan solusi, Lea.” Aku berusaha membujuk.“Lalu apa solusinya?” Kalea menatap tajam Alby.Alby benar-benar frustrasi kali ini. Tak sanggup jika harus kehilangan Kalea. “Apa kamu mau meninggalkan ibu begitu saja dengan perceraian ini? Ibu pasti tidak akan mampu menerima semua ini.” Kali ini Alby menggunakan ibunya untuk mempertahankan Kalea, karena tidak mungkin dirinya bisa menjadi alasan Kalea bertahan.Kalea memalingkan wajahnya, tak mau melihat Alby. Sejujurnya dia kesal karena Alby menjadikan ibu mertuanya sebagai alasannya bertahan. Seolah Alby tahu jika dia tidak akan bisa meninggalkan ibu mertuanya.“Mas, jangan bawa-bawa ibu!” Kalea memberikan peringatan pada Alby.Alby segera duduk di samping Kalea agar bisa bicara dengan baik-baik.“Ibu hanya dekat dengan kamu. Bahkan aku anaknya saja tidak bisa mendekati ibuku sendiri. Kamu menantu ibu yang palin
Perlahan Kalea membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamar.“Kalea.”Mendengar suara Alby, membuat Kalea mengalihkan pandangannya pada suaminya itu. Melihat suaminya itu, rasanya Kalea benar-benar kesal.“Kalea, bagaimana keadaanmu? Apa kita perlu ke dokter?”Kalea selalu suka saat Alby perhatian, tapi tidak kali ini. “Tidak!” Dengan tegas dia langsung menolak sambil membuang muka. Melihat ke arah lain selain Alby.“Baiklah, kalau begitu kamu istirahat saja dulu. Aku akan berangkat kerja dulu.” Kelae tidak menjawab ucapan Alby. Masih mengalihkan pandangan ke arah lain. Saat Alby pergi, barulah Kalea merasa tenang. Perasaan Kalea kali ini campur aduk. Sakit, kecewa, dan marah. Hal itu tiba-tiba saja membuatnya pusing lagi.“Kenapa aku pusing? Apa aku mau datang bulan?” Biasanya rasa pusing itu melanda saat Kalea mau datang bulan, jadi dia menebak-nebak apa yang terjadi. “Tunggu-tunggu.” Namun, saat pikiran tertuju pada jadwal datang bulan, tiba-tiba dia in
Alby segera menghampiri Kalea. “Ayo kita bicara di kamar.” Dia mengajak Kalea untuk pergi dari ruang tamu yang diisi banyak orang.“Tidak perlu di kamar!” Tangan Alby yang berada di lengan Kalea pun segera disingkirkan.Alby hanya bisa pasrah ketika Kalea tidak mau bicara baik-baik.“Kamu mau menikahi selingkuhanmu itu, Mas?” Kalea menatap tajam pada sang suami dan beralih ke arah Sandra yang duduk di depan penghulu.“Namanya Sandra, Kalea. Jangan sebut dia seperti itu.” Alby menegur KaleaKalea mencibirkan bibirnya ketika suaminya tak mau Sandra disebut selingkuhannya.“Aku harus menikahi Sandra, karena dia hamil anakku. Anakku butuh status jelas. Jadi aku harus menikahinya.” Alby berusaha keras untuk menjelaskan pada Kalea.“Jika kamu mau menikahinya, harusnya kamu menceraikan aku dulu, Mas. Bukan justru menikahinya lebih dulu.” Suara Kalea meninggi. Letupan emosi di dalam setiap ucapannya terdengar jelas.Suara Kalea yang meninggi itu jelas menarik perhatian orang-orang.“Lea, bisak
“Tapi, Dok.”“Ini sudah malam. Sebaiknya kamu ikut saja.” Dr. Derran berusaha untuk membujuk Kalea.Kalea melihat anaknya. Pasti sang anak sudah sangat lelah. Apalagi tadi siang, dia membawa sang anak ke tempat bermain. Kalea juga berpikir jika saat ini dia tidak punya tempat untuk tinggal. Jadi tidak ada salahnya menerima tawaran dari dr. Derran untuk sementara waktu.“Baik, Dok.” Kalea pun akhirnya setuju.Dr. Derran membuka mobilnya dan mempersilakan Kalea dan anaknya untuk masuk. Barulah setelah itu dia memasukkan koper ke bagasi belakang, dan masuk setelah itu.Dr. Derran melajukan mobilnya. Tempat yang dituju adalah rumahnya.Sesampainya di rumah, dr. Derran mempersilakan Kalea untuk masuk ke rumah.Rumah keluarga dr. Derran cukup besar. Tentu saja itu membuat Kalea merasa tidak enak. Namun, berbeda dengan anaknya, dia begitu antusias sekali.“Wah ... rumah Uncle Dokter besar sekali.” Kyna sampai terperangah melihat rumah besar milik dr. Derran.“Apa kamu suka?” tanya dr. Derran
Mata Kalea membulat sempurna ketika mendengar ucapan dari Alby. Bagaimana bisa pria itu datang tiba-tiba dan mengajaknya untuk pulang dengan alasan ibunya.“Aku tidak mau.” Kalea menolak.“Lea, ibu mencarimu terus menerus. Aku mohon pulang dan temui ibu sebentar saja.”Kalea benar-benar berada dalam dilama. Dia tahu persis bagaimana ibu mertuanya itu sangat dekat dengannya, bahkan menganggapnya anak sendiri. Jika sekarang ibu mertuanya itu menanyakan dirinya, jadi wajar saja. Namun, jika pergi ke rumah Alby, dia akan bertemu dengan Sandra.“Baiklah, aku ke rumah, tapi hanya untuk menemui ibu.” Kalea akhirnya memutuskan untuk mengunjungi ibu mertuanya, tak tega ketika ibu mertuanya mencarinya.“Baiklah.” Alby segera pergi.Kalea segera menemui dr. Derran. Memberitahu jika dia akan pergi ke rumah Alby karena mantan ibu mertuanya mencari dirinya. Dr. Derran pun menawarkan diri untuk mengantarkan. Kalea memang butuh dr. Derran, karena jika mencari taksi pastinya akan lama.“Sebaiknya
Alby begitu terkejut sekali ketika mendengar jika Kalea mau mengurus perceraian mereka.“Kalea biarkan aku yang mengurus semuanya.”“Jika kamu yang mengurus, aku rasa tidak selesai-selesai, Mas. Jadi biarkan aku yang mengurusnya agar hubungan kita berakhir lebih cepat.” Kalea tidak mau hidup dalam belenggu hubungan yang sangat menyakitkan ini, karena itu dia ingin segera mengakhiri semuanya.Alby sengaja tidak mau memberikan itu karena masih butuh Kalea. Ibunya terus menanyakan Kalea, karena itu dia belum mau membawa perceraian mereka ke pengadilan.“Kalau Mas Alby tidak mau memberikanya, aku bisa ambil sendiri.” Kalea segera masuk ke kamar, dan menuju ke lemari milik Alby. Dia segera mencari surat nikah itu.Alby mengejar Kalea. “Lea, dengarkan aku. Kita bisa urus surat perceraian nanti, yang terpenting kita urus ibu bersama dulu.”Kalea menghentikan tangannya yang sedang mencari surat nikah, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Alby. Dia menatap bingung pada pria yang kini berstat