Share

Bab 10 Teman Papa

Langkah dr. Derran terhenti. Dia berusaha untuk tetap tenang, tak mau membuat Kalea tidak nyaman dengannya.

“Iya.” Dr. Derran menatap Kalea.

“Dr. Derran tidak jadi minum?”

Dr. Derran mengalihkan pandangan ke arah gelas berisi minuman. Bodohnya dirinya karena meninggalkan minumannya begitu saja. Padahal tadi niatnya ke dapur untuk minum.

“Iya, aku lupa.” Dr. Derran kembali lagi untuk mengambil gelas berisi minuman miliknya. Tak mau membawanya ke kamar, dia meminumnya di sana sekalian. Satu gelas berhasil ditengaknya dalam hitungan detik.

“Sepertinya dr. Deran haus.” Kalea tersenyum melihat dr. Derran yang minum satu gelas begitu cepat.

“Iya.” Dr. Derran mengangguk. “Aku ke kamar dulu.” Dia segera berpamitan untuk menghindar dari Kalea.

Kalea mempersilakan dr. Derran pergi. Tak menaruh curiga sama sekali.

Dr. Derran segera masuk ke kamar. Saat menutup pintu, dia memegangi dadanya. Jantungnya berdegup kencang ketika bertatapan dengan Kalea.

“Kenapa berdebar? Apa aku menyukainya?” Pertanyaan itu pun muncul begitu saja.

Dr. Derran bukan anak muda lagi. Usianya kini menginjak tiga puluh delapan tahun. Jadi dia tentu bisa mengenali dengan baik perasaanya itu.

Punya wajah tampan blasteran Indonesia-Inggris, tidak menjamin dr. Derran bisa menikah di usia muda. Di usia tiga puluh delapan tahun, dia belum menikah.

Alasan belum menikah, jelas karena banyak wanita yang tidak mau dekat dengannya karena dia adalah dokter kandungan. Para wanita beralasan, dr. Derran sudah melihat banyak organ intim wanita. Jadi mereka ada yang malu, ada yang risih, dan ada yang merasa dr. Derran sudah banyak menjelajah.

Padahal, semua murni dilakukan dengan profesionalitas. Tidak ada nafsu sama sekali. Namun, sepertinya para wanita sudah terlanjur takut lebih dulu.

Sebenarnya keputusan dr. Derran menjadi dokter kandungan itu sudah ditentang oleh keluarga. Namun, karena dari kecil dr. Derran melihat omanya yang seorang dokter kandungan, membuatnya bercita-cita meneruskan pekerjaan mulia itu.

Sayangnya, pekerjaan mulia itu berdampak besar di hidup dr. Derran. Dia jadi sulit menemukan wanita.

Kini saat ada wanita di depan matanya dan wanita itu begitu cantik, hatinya mulai berdebar.

Namun, sepertinya dr. Derran harus sabar karena Kalea masih berstatus istri orang secara hukum negara. Jadi dia tentu saja tidak berani mendekati.

****

Sore ini dr. Derran mengajak Kyna untuk pergi ke supermarket. Kyna tampak senang ketika akan pergi ke supermarket.

“Kyna mau beli apa saja?” Dr. Derran mentap ke samping, di mana Kyna duduk. Gadis kecil itu tadi meminta duduk di samping dr. Derran.

“Mau beli permen, coklat, es krim.” Kyna menyebut apa yang ingin dibelinya.  

“Wah ... berarti nanti setelah makan semua itu, Kyna harus gosok gigi.”

“Iya, Uncle Dokter. Nanti Kyna gosok gigi.” Kyna pun merasa jika dia akan melakukan yang diminta oleh dr. Derran.

Kalea yang melihat Kyna yang begitu bersemangat sekali. Senyum itu menghiasi wajah Kyna. Hal itu membuat Kalea senang. Artinya walaupun tidak tinggal di rumah, Kyna masih bahagia.

Di saat Kalea memerhatikan Kyna, dr. Derran justru memerhatikan Kalea dari kaca yang berada . Wanita itu tersenyum begitu manis. Sejenak dia teringat dengan bagaimana Kalea menangis kemarin. Rasanya tidak tega melihat wanita cantik itu menangis.

Namun, tiba saja Kalea melihat ke arah kaca, hal itu membuat dr. Derran segera mengalihkan pandangannya. Tak berani melihat ke arah Kalea.

Kalea merasa dr. Derran sedang menghindari tatapan, hal itu membuatnya sedikit aneh. Namun, tak mau ambil pusing.

Mereka sampai di supermarket. Kyna digandeng dr. Derran memilih makanan yang diinginkan, sedangkan Kalea memilih beberapa buah untuk nanti di rumah dr. Derran.

“Kyna mau yang rasa stroberi.” Kyna menunjuk permen kapas yang dimau.

“Baiklah, ambil permen kapas.” Dr. Derran mempersilakan Kyna  mengambil yang dimau.

Kyna juga mengambil beberapa coklat dan dr. Derran memperbolehkan.

“Halo, Kyna.”

Saat sedang asyik memilih makanan, tiba-tiba seorang wanita mendekat. Dr. Derran cukup terkejut ketika melihat wanita tersebut. Wanita itu adalah wanita yang bersama dengan suami Kalea di rumah sakit.

“Tante siapa?” Kyna tidak pernah melihat Sandra. Jadi di bingung.

“Tante ini—“

“Dia teman papa, Sayang.” Kalea langsung memotong ucapan Sandra.

Tadi Kalea yang selesai memilih buah segera menghampiri anaknya, tapi justru mendapati ada Sandra di sana.

Sandra tersenyum. “Teman papa.” Dia seolah meledek ucapan Kalea.

Kalea menatap tajam Sandra. Merasa kesal kenapa harus bertemu dengan wanita ini lagi.

“Kyna, cari susu dulu sama Uncle Dokter.” Kalea merasa jika tidak baik untuk anaknya bertemu dengan Sandra. Dia belum mau Kyna tahu siapa Sandra.

“Iya, Ma.” Kyna mengangguk.

“Dr. Derran, tolong antar Kyna.” Kalea segera beralih ke arah dr. Derran.

“Baiklah.” Dr. Derran mengangguk. Dia paham situasi ini. “Ayo Kyna.” Dia menarik tangan Kyna lembut, kemudian mengajak Kyna untuk pergi.

Kini tinggal Kalea dan Sandra saja di lorong itu. Kalea menatap tajam pada wanita yang sudah merusak rumah tangganya itu.

“Aku dengar, kamu hamil.” Sandra tiba-tiba memegang perut Kalea.

“Jangan sentuh-sentuh perutku!” Kalea langsung menyingkirkan tangan Sandra dari perutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status