Alby memilih untuk mengabaikan Sandra. Masuk ke kamar untuk menghindari pertengkaran.Sandra mengejar Alby sampai ke kamar. Masih menunggu jawaban dari pria itu. “Mas.” Sandra menarik Alby.“Kamu bisa memasak? Kamu bisa mengurus ibu?” tanyanya menyindir.Sandra langsung bungkam mendapati pertanyaan itu.“Jika kamu tidak bisa, sebaiknya kamu diam saja. Tidak perlu banyak protes.”Sandra langsung diam dan tak bisa menjawab. Apa yang dikatakan Alby memang benar adanya. Dia tidak bisa melakukan semua itu. Namun, membiarkan Kalea tinggal di sini bukan hal mudah. Apalagi setelah Alby bilang dia masih memiliki rasa.****Semalam Kalea tidur di kamar anaknya. Tak keluar sama sekali hal. Namun, pagi ini dia tidak bisa melakukan itu. Apalagi Kalea harus sekolah. Alhasil, dia bangun pagi ini untuk menyiapkan sarapan dan bekal Kalea.“Dapur ini sepi tidak ada Bu Kalea.” Bi Ina yang mencuci piring mengajak mengobrol Kalea.“Memang nyonya rumah baru tidak memasak?” tanya Kalea ingin tahu.“Tidak, B
“Kalea.” Sandra memanggil Kalea setengah berteriak.Kalea yang sedang memasak pun merasa heran kenapa Sandra memangilnya.“Kalea.” Kali ini suara Sandra lebih kencang.Tentu saja itu membuat Kalea gemas. Alhasil dia segera menghampiri. Dicarinya Sandra, dan dia menemukan wanita itu di depan pintu.“Ada apa memanggil aku?” tanya Kalea.“Ada yang mencarimu.” Sandra melebarkan pintu untuk memperlihatkan siapa yang datang.Kalea mengalihkan pandangan ke arah pintu. Dilihatnya dr. Derran di sana.“Dr. Derran.”“Hai, Kalea. Aku ke sini untuk mengantarkan tasmu.” Dr. Derran menunjukkan tas di tangannya.Kalea ingat jika dia meninggalkan tas berisi pakaian di rumah dr. Derran.“Sebaiknya Dokter masuk dulu. Tidak baik bertamu dan bicara di depan pintu.” Sandra melebarkan pintu untuk mempersilakan dr. Derran masuk.Dr. Derran sebenarnya merasa aneh dengan sikap Sandra. Namun, memilih diam.“Silakan masuk, saya mau pergi dulu.” Sandra segera mengayunkan langkahnya keluar. Meninggalkan Kalea dan
Kalea langsung terdiam ketika anaknya mengungkapkan isi hatinya itu. Sejujurnya Kalea bingung harus mengatakan apa. “Kenapa tidak suka?” tanya Kalea. “Tante itu selalu dekat-dekat Papa.” “Kyna dekat tidak dengan teman-teman?” tanya Kalea. “Dekat.” Kyna mengangguk.“Sama seperti Kyna dekat dengan teman-teman, papa juga dekat dengan Tante Sandra.” Terpaksa Kaela menjelaskan seperti itu agar mudah dimengerti oleh Kyna. Kyna paham apa yang dikatakan oleh Kalea. Kalea merasa bersyukur anaknya paham. Jadi dia tidak perlu menjelaskan banyak-banyak. Sebenarnya tinggal di rumah bersama Sandra membuat Kalea takut anaknya akan tidak nyaman. Namun, mau bagaimana lagi. Alby tidak melepaskan dirinya. Jadi Kalea tidak bisa ke mana-mana. Akhirnya mereka sampai di rumah. Kalea mengajak Kyna untuk turun dari mobil dan masuk ke rumah. Baru saja membuka pintu, mereka disambut dengan asap mengepul ke udara. “Mama asap.” Kyna terbatuk-batuk ketika melihat pintu yang baru dibuka.“Kyna tunggu di s
“Anda siapa?” Alby melihat seorang pria di depan gerbangnya. “Saya kurir makanan, Pak. Mau mengantarkan pesanan atas nama Bu Kalea.” Dahi Alby berkerut dalam. Bingung karena malam-malam seperti ini Kalea memesan makanan. “Apa yang dipesan?” tanya Kalea ingin tahu. “Es kelapa muda.” Kurir makanan menunjukan dua buah butir kelapa yang sudah dikupas. Alby masih keheranan kenapa Kalea memesan es kelapa muda malam-malam. Sejenak Alby memikirkan jika Kalea sedang hamil, jadi bisa jadi sedang ngidam. “Ini sudah dibayar, jadi mohon diterima.” Kurir memberikan pada Alby dua butir kelapa. “Baiklah.” Akhirnya Alby menerima pesanan itu. Segera Alby membawa pesanan itu ke dalam rumah. Masih sambil memikirkan Kalea yang malam-malam mau minum es kelapa. “Wah ... Mas Alby beli es kelapa muda?” Sandra yang melihat Alby membawa es kelapa pun langsung berbinar. “Bukan aku yang pesan.” Senyum Sandra seketika surut ketika mendengar itu. “Lalu siapa yang pesan?” tanyanya penasaran. “Kalea.” Al
Kalea yang mendengar suara itu menyadari jika itu adalah suara desahan. Walaupun perlahan cinta yang di dalam hatinya memudar, tapi Kalea tetap merasa sakit dengan apa yang dilakukan Sandra dan juga Alby. “Apa mereka lupa jika di rumah ini ada banyak orang?” Rasanya Kalea jijik dengan apa yang didengarnya. Karena itu, Kalea buru-buru masuk. Di kamar, Alby dan Sandra sedang melepaskan hasrat mereka. “Mas, pelankan ayunannya.” Sandra merasa jika Alby terlalu kencang, takut jika terjadi apa-apa pada anaknya. Sayangnya, Alby tidak mendengarkan Sandra. Dia terus menghujam tubuh Sandra sebagai pelampiasan atas kekesalannya pada Kalea. “Mas, berhenti!” Sandra merasa apa yang dilakukan Alby menyakitinya dan bayi di dalam kandungannya. Lagi dan lagi Alby tidak mendengarkan sama sekali. Dia terus menghujam tubuh Sandra. Sandra yang kesal langsung mendorong tubuh Alby hingga tubuh suaminya itu menjauh. “Kamu mau membunuh bayiku?” Sandra menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Saat tu
Mendengar pertanyaan itu, Kalea dan dr. Derran langsung mengalihkan pandangan ke arah sumber suara.“Pantas saja kamu lama berbelanja, ternyata sengaja membuat janji.”Kalea menatap malas pada Sandra, dia tahu persis jika wanita itu sedang menyindirnya.“Silakan dilanjutkan lagi. Saya mau berbelanja.” Sandra langsung meninggalkan Kalea dan dr. Derran.Namun, sebelum pergi tentu saja dia mengabadikan foto. Mengirimkan pada Alby. Semakin Alby kesal, semakin Alby akan mengusir Kalea.Kalea memilih mengabaikan Sandra. Tak mau ambil pusing dengan wanita itu. Saat es krim habis, Kalea akhirnya berpamitan dengan dr. Derran.“Terima kasih atas traktiran es krimnya, Dok.”“Sama-sama.” Dr. Derran mengangguk. Dia kemudian beralih pada Kyna. “Da ... Kyna.”“Da ... Uncle Dokter.” Kyna tersenyum manis.Kalea segera pulang ke rumah. Bertemu dr. Derran memang membuatnya sedikit melupakan rasa sedihnya. Apalagi dr. Derran selalu memberikan semangat.Saat sampai di rumah, Alby sudah ada di rumah. Padah
Alby sengaja melakukan itu agar ruang gerak Kalea berkurang. Tentu saja itu juga agar Kalea tidak leluasa bisa bertemu dengan dr. Derran.Kalea yang makan, segera mengalihkan pandangan pada Alby. “Aku pakai mobil itu untuk jemput Kyna, Mas. Bagaimana nanti jika aku menjemputnya?” Kalea merasa ini tidak adil. Mobil itu juga untuk kepentingan anak mereka juga.“Pagi Kyna berangkat bersamaku, pulangnya kamu bisa jemput Kyna dengan naik ojek atau taksi.” Alby tampak tenang menjawab.Sejujurnya, Kalea benar-benar kesal sekali. Namun, dia malas berdebat. Apalagi mereka sedang di meja makan.Usai makan, Kalea meminta Kyna bermain di kamar, sedangkan dia harus mengurus Bu Salma lebih dulu. Kalea sadar jika ini bukan tanggung jawabnya, tapi dia tidak tega dengan Bu Salma.Di ruang tamu, Sandra yang melihat Kalea masuk ke kamar mertuanya pun segera mendekat ke arah Alby. Dia ingin tahu kenapa Alby meminta mobil Kalea untuknya. Padahal dia sendiri punya mobil.“Mas, kenapa aku harus pakai mobil
Kalea yang mendengar namanya dipanggil, menoleh kembali. “Iya, Dok.” “Besok tunggu aku di tempat tadi di jam yang sama. Aku akan mengantarkanmu ke sekolah Kyna.” Apa yang dikatakan dr. Derran itu membuat Kalea terdiam. Bagaimana bisa dia dapat tawaran seperti itu. Mau senang, tapi Kalea takut tidak tahu diri karena memanfaatkan dr. Derran yang sudah sangat baik. Namun, jika menolak, rasanya menunggu angkutan umum cukup lama membuatnya tidak kuat. Apalagi dalam keadaan hamil. “Tidak perlu, Dok. Saya bisa berangkat menjemput Kyna sendiri.” Setelah mempertimbangkan, Kalea memilih untuk tidak menerima. “Jangan menolak. Aku berangkat di jam yang sama denganmu, dan sekolah Kyna searah dengan rumah sakit.” Menurut dr. Derran ini adalah kesempatan dr. Derran bertemu Kalea. Kalea benar-benar bingung harus bagaimana. Hingga akhirnya dia mengangguk. Mendapati jawaban itu dr. Derran senang. “Kalau begitu aku pergi dulu. Hati-hati pulangnya.”“Terima kasih, Dok.” Kalea turun dan menutup pi
“Kyna belum salim.” Kyna tampak sedih ketika Alby mengajaknya begitu saja. Kyna yang berusaha turun dari gendongan sang papa pun segera menghampiri dr. Derran. “Papa, Kyna pergi dulu.” Kyna mencium punggung tangan dr. Derran. “Selamat bersenang-senang, Anak Cantik.” Dr. Derran memuji sambil membelai rambut Kyna. “Iya, Papa.” Kyna mengangguk. Alby hanya bisa menatap dengan kesal apa yang dilakukan oleh anaknya. Tampak anaknya menganggap dr. Derran sebagai papa juga. “Ayo, Kyna.” Alby segera mengajak Kyna untuk berangkat. Kyna segera menggandeng papanya dan berjalan ke mobil. Sang papa membukakan pintu agar Kyna masuk. Saat Kyna sudah aman duduk di kursi samping penumpang, Alby segera melajukan mobilnya. Sepanjang jalan Alby berusaha untuk menahan amarah dan tidak bertanya pada Kyna. Namun, dia tidak tahan akan hal itu. “Kyna, kenapa panggil papa?” Akhirnya Alby bertanya juga. “Karena sekarang Unlce Dokter jadi papa Kyna juga.” Rasanya Alby ingin meledak ketika mendapati jik
Kalea merebahkan tubuhnya di tempat tidur, menyusul sang suami yang sudah lebih dulu. “Aku masih khawatir dengan Bu Salma.” Kalea mengungkapkan isi hatinya yang sejak tadi gelisah. Dr. Derran mengerti sekali perasaan sang istri. “Jangan terlalu khawatir. Dia pasti bisa menjaga ibunya dengan baik.”Kalea berusaha untuk tidak khawatir. Lagi pula Bu Salma bukan tanggung jawab Kalea lagi. “Tapi, kenapa tadi kamu mengizinkan Bu Salma di sini dulu?” Kalea tampak masih penasaran dengan keputusan suaminya itu. “Aku pikir tidak baik memaksa. Lebih baik bicara pelan-pelan agar kejadian seperti ini tidak terulang. Sayangnya, sepertinya dia tidak berkenan, maka dia memilih membawa ibunya secara paksa.” Apa yang dikatakan sang suami ada benarnya. Jika Bu Salma ada di sini lebih dulu, mungkin dia akan puas bisa bersamanya. Dan lagi, dia bisa memberitahu pada Bu Salma jika Beliau tidak bisa tinggal bersamanya. Sayangnya, Alby memilih untuk membawa Bu Salma secara paksa.Sebenarnya tidak masala
Alby langsung mengabaikan Sandra begitu saja. Mengayunkan langkahnya ke kamar. Sandra mengikuti Alby yang masuk ke kamar. Dia begitu penasaran sekali dari mana suaminya menemukan sang mama. “Mas, jawab aku. Di mana kamu menemukan ibu?” Sandra kembali menjawab. Alby yang hendak ke kamar segera menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan menatap tajam pada Sandra. “Di rumah suami Kalea.” Jawaban Alby itu sontak membuat Sandra benar-benar terkejut. Hal pertama yang membuatnya terkejut adalah ibu mertuanya bersama Kalea. Kedua kata ‘suami Kalea’ yang artinya Kalea sudah menikah. “Kalea sudah menikah?” tanyanya memastikan. “Iya, dia sudah menikah dengan dokter itu!” Alby menjelaskan dengan wajah begitu kesal. Sandra memang yakin jika Kalea akan menikah dengan dokter itu, tapi tidak menyangka secepat sekali. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini?” Alby menarik tangan Sandra dan mencengkeramnya erat. Apa yang dilakukan Alby membuat Sandra kesakitan. “Mas, lepaskan, tanganku s
Alby cukup terkejut ketika mendengar ucapan ibunya. Padahal dia sudah jauh-jauh ke tempat Kalea. Justru sang ibu tidak mau diajak pulang. “Bu, jangan seperti itu. Ibu harus pulang.” Alby berusaha untuk membujuk Bu Salma. “Ibu tidak mau. Ibu mau dengan Kalea. Mau makan masakan Kalea. Masakan wanita itu tidak enak. Dia juga kasar. Ibu tidak suka.”Wajah Alby seketika merah, merasa begitu malu sekali. Dia tahu yang dimaksud ibunya itu siapa. Siapa lagi jika bukan istrinya. Namun, saat istrinya dibandingkan dengan Kalea, depan Kalea dan suaminya, jelas hal itu membuat Alby malu sekali.“Bu, jangan seperti itu. Dia menantu Ibu.” Alby berusaha membujuk ibunya. “Menantuku hanya Kalea.” Rasanya Alby benar-benar dipermalukan oleh ibunya sendiri. Padahal jelas Kalea sekarang istrinya.“Bu, Kalea dan Alby sudah berpisah. Jadi Kalea bukan menantu Ibu lagi.” Kali ini Alby lebih tegas pada ibunya. “Tidak. Kalea menantu Ibu-Kalea menantu Ibu.” Bu Salma menarik tangan Kalea dan memegangnya er
Sandra langsung menatap tajam pada Alby. Kalimat yang diucapkan seperti sedang membandingkan dengan Kalea. Tentu saja dia tidak suka akan hal itu.“Kenapa Mas Alby membandingkan aku dengan Kalea?” tanya Sandra kesal. “Siapa yang membandingkanmu dengan Kalea?”“Jelas-jelas tadi Mas Alby bilang jika dulu saat ada Kalea hal ini tidak terjadi. Artinya Mas Alby membandingkan aku dengan Kalea! ” Dengan berapi-api Sandra menjelaskan pada suaminya. Alby hanya bisa mengembuskan napasnya. Dia baru menyadari apa yang dikatakannya. Kalimat itu keluar begitu saja ketika memang kenyataannya seperti itu.“Sudahlah, aku tidak mau berdebat. Aku harus segera cari ibu.” Alby memilih untuk menghindar. “Mas, kenapa pergi? Jawab dulu!” Sandra semakin kesal ketika Alby justru memilih pergi. Sayangnya Alby memilih. Mengabaikan dan kemudian pergi mencari ibunya. Sandra yang melihat mobil Alby pergi hanya bisa mengeram kesal. Dia merasa hidupnya terus dibayang-bayangi Kalea terus. Padahal dia sudah menyi
Kalea merasa kasihan sekali dengan mertuanya itu. Akhirnya dia berusaha untuk menghubungi Alby. Sayangnya, telepon Alby tidak bisa dihubungi. Kalea benar-benar bingung. Dia mencoba menghubungi sekretaris Alby. Ternyata Alby sedang keluar untuk menemui klien. Di saat seperti ini, Kalea tidak tahu harus berbuat apa. Dia masih harus bekerja. Tidak bisa main mengantarkan Bu Salma, apalagi dia baru saja masuk kerja, tidak enak jika izin lagi.Akhirnya Kalea memutuskan untuk menghubungi sang suami. Meminta sang suami datang. Dr. Derran yang baru saja menyelesaikan urusannya segera meluncur ke toko bunga saat sang istri memintanya datang. “Sayang, ada apa?” tanya dr. Derran. Tidak biasanya sang istri memintanya datang siang-siang. “Bu Salma ke sini, tapi aku tidak bisa menghubungi Mas Alby. Bisakah kamu mengantarkannya pulang. Aku tidak enak jika harus izin-izin.” Kalea menyampaikan apa yang diinginkannya. Dr. Derran langsung mengalihkan pandangan ke arah Bu Salma. Dia tahu siapa Bu Sa
“Siapa yang mencari aku?” Perasaan dia tidak punya janji, apalagi dia baru saja bekerja. “Sopir taksi.” “Sopir taksi?” Kalea benar-benar tidak menyangka jika ternyata yang mencarinya sopir taksi. Dengan segera Kalea keluar untuk menemui siapa orang yang ingin bertemu dengannya itu. “Selamat siang, Pak.” Kalea menyapa sopir yang ada di depan toko bunga. “Siang, Bu. Maaf, apa benar Anda bernama Kalea?” tanya sopir.“Iya, saya Kalea.” Kalea mengangguk. “Apa Anda kenal dengan ibu yang ada di dalam mobil saya itu?” Sopir menunjuk ke arah mobil.Kalea segera memiringkan tubuhnya untuk melihat siapa yang dimaksud oleh sopir. Alangkah terkejutnya Kalea melihat mantan mertuanya yang ada di dalam mobil. Untuk memastikan, Kalea segera menghampiri dan membuka pintu mobil. Benar saja. Di dalam mobil ada Bu Salma. “Ibu.” “Kalea.” Kalea segera masuk ke mobil. Bu Salma memeluk Kalea yang berada di depannya. Kalea benar-benar masih bingung dengan keberadaan Bu Salma. Bagaimana bisa Bu Salm
Kalea cukup terkejut ketika sang suami menyebut nama orang yang menghubunginya. Terhitung sejak perceraian, mereka memang tidak saling berkomunikasi. Entah ada angin apa pria itu menghubungi Kalea.“Angkat saja!” pinta dr. Derran.Kalea segera mengangkat telepon itu untuk tahu apa yang ingin dibicarakan dengan Alby.“Halo, Mas,” sapa Kalea.“Aku mau ajak Kyna akhir pekan besok ke ulang tahun temanku. Aku harus jemput Kyna di mana?”Akhirnya Kalae tahu untuk apa Alby menghubunginya. Dia tahu persis bagaimana Alby yang dikenal penyayang keluarga. Pasti pria itu sengaja mengajak anaknya agar tetap menunjukkan citra itu. Walaupun anaknya hanya dimanfaatkan saja, Kalea tidak masalah. Karena Kyna perlu bertemu juga dengan papanya.“Aku akan kirimkan alamat nanti.”“Baiklah.”Sambungan telepon langsung terputus saat mendapati jawaban itu. Kalea hanya bisa menatap dr. Derran saja.“Kenapa?” Dr. Derran tampak penasaran.“Mas Alby mau ajak Kyna ke ulang tahun anak temannya.”Dr. Derran hanya m
Kalea hanya pasrah ketika sang suami menciumnya. Makin lama Kalea makin nyaman.Mereka menikmati makan malam romantis sambil mendengarkan deburan ombak yang terdengar. “Apa ada efek dari pencegah kehamilan yang aku suntikkan padamu?” Dr. Derran menatap sang istri ketika mereka sedang menikmati makan.“Tidak. Aku merasa biasa saja.”Dua minggu yang lalu, Kalea mendapatkan suntikan pencegah kehamilan, hal itu dilakukan untuk mencegah kehamilan terjadi pasca keguguran.“Baguslah, aku harap kamu tetap nyaman. Jika ada apa-apa bilang padaku.”“Iya, aku akan mengatakan jika merasa tidak nyaman.”Dr. Derran harus bersabar untuk membuat Kalea hamil. Butuh tiga sampai enam bulan sampai kandungan Kalea sehat.“Kamu tidak apa-apa jika aku tidak cepat hamil?” Ragu-ragu Kalea bertanya. Padahal dia pernah menanyakannya. “Aku mau rahimmu sehat dulu. Saat rahimmu sehat, anak yang dilahirkan akan sehat. Jadi aku akan sabar menunggu. Lagi pula, kita bisa memanfaatkan waktu bersama. Kamu juga bisa pun