Share

Bab 5 Uncle Dokter

“Tapi, Dok.”

“Ini sudah malam. Sebaiknya kamu ikut saja.” Dr. Derran berusaha untuk membujuk Kalea.

Kalea melihat anaknya. Pasti sang anak sudah sangat lelah. Apalagi tadi siang, dia membawa sang anak ke tempat bermain. Kalea juga berpikir jika saat ini dia tidak punya tempat untuk tinggal. Jadi tidak ada salahnya menerima tawaran dari dr. Derran untuk sementara waktu.

“Baik, Dok.” Kalea pun akhirnya setuju.

Dr. Derran membuka mobilnya dan mempersilakan Kalea dan anaknya untuk masuk. Barulah setelah itu dia memasukkan koper ke bagasi belakang, dan masuk setelah itu.

Dr. Derran melajukan mobilnya. Tempat yang dituju adalah rumahnya.

Sesampainya di rumah, dr. Derran mempersilakan Kalea  untuk masuk ke rumah.

Rumah keluarga dr. Derran cukup besar. Tentu saja itu membuat Kalea merasa tidak enak. Namun, berbeda dengan anaknya, dia begitu antusias sekali.

“Wah ... rumah Uncle Dokter besar sekali.” Kyna sampai terperangah melihat rumah besar milik dr. Derran.

“Apa kamu suka?” tanya dr. Derran.

“Suka.” Kyna mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Apa dr. Derran tinggal sendiri?” Kalea melihat ke sekitar, tetapi tidak mendapati orang yang berada di dalam rumah, hal itu membuatnya penasaran.

“Aku tinggal sendiri.”

Kalea mengangguk-anggukkan kepalanya. Ternyata rumah dr. Derran yang besar hanya dihuni sendiri.

“Ayo, aku akan tunjukan kamar kalian.”

Kalea mengangguk.

Dr. Derran mengajak Kalea dan Kyna ke salah satu kamar tamu. Kebetulan kamar itu berada tepat di sebelahnya.

“Kalian bisa mandi dan bersihkan diri dulu. Setelah itu kita bisa makan malam bersama.”

“Terima kasih banyak sudah mau membantu saya, Dok.”

“Sama-sama.” Dr. Derran mengangguk.

Kalea dan Kyna masuk ke kamar, diikuti dr. Derran yang juga masuk ke kamarnya sendiri.

Di meja makan, Kalea, Kyna, dan dr, Derran menikmati makan malam. Kyna tampak lahap makan.

“Kyna harus makan sayur dan buah, biar sehat.”

“Siap, Uncle Dokter.”

Kalea merasa senang melihat Kyna, karena anaknya itu tampak bahagia. Kalea berharap kelak anaknya tidak akan sedih saat tahu jika orang tuanya bercerai.

Saat malam hari, Kalea keluar dari kamar setelah menidurkan Kyna. Tampak dr. Derran di ruang keluarga untuk menikmati secangkir minuman hangat.

“Aku pikir kamu sudah tidur.” Dr. Derran tidak menyangka jika Kalea akan keluar dari kamarnya.

“Belum, Dok.” Kalea mengulas senyum manisnya.

“Duduklah kalau begitu.”

Kalea segera duduk di sofa. Berada tepat di depan dr. Derran, dan berbatasan dengan meja.

“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena dr. Derran sudah menampung saya dan anak saya.”

“Jangan berterima kasih terus menerus. Melihat seorang ibu dan anak di pinggir jalan, tentu saja aku tidak tega. Apalagi aku mengenalmu.”

Kalea merasa beruntung karena dr. Derran begitu baik dan tulus membantunya.

“Tapi, jika kamu tidak keberatan aku ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya. Bukan aku mau ikut campur, tapi karena kamu ada di sini, paling tidak-aku tahu apa yang terjadi padamu.”

Kalae terdiam sejenak. Memikirkan dari mana dia cerita. “Dokter tahu wanita yang tadi bersama suami saya?” tanyanya memastikan lebih dulu, dan mendapat anggukan dari dr.  Derran. “Dia adalah mantan pacar suami saya, dan sekarang dia hamil.” Kalea tak kuasa menahan tangisnya.

Dr. Derran yang melihat itu segera memberikan  tisu agar Kalea dapat menghapus air matanya.

“Hari ini saat saya pulang, ternyata dia melangsungkan pernikahan. Karena itu saya meminta cerai, dan pergi dari rumah.” Kalea melanjutkan kembali ceritanya sambil masih terisak. Rasa sakit yang dirasakan Kalea benar-benar menggerogoti hatinya.

Dr. Derran cukup terkejut dengar cerita itu. Sejujurnya sejak bulan lalu dia sudah tahu perihal suami Kalea yang menjalin hubungan dengan wanita lain, karena bulan lalu suami Kalea datang ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan dan mengakui jika wanita itu istrinya. Namun, dr. Derran tidak berbuat apa-apa karena memang tidak punya hak atas itu semua.

“Lalu, apa rencanamu setelah ini?” Dr. Derran ingin tahu lebih dulu, sebelum bertindak sesuatu.

“Saya akan cari rumah untuk disewa, kemudian mencari kerja.” 

Dr. Derran sejujurnya tidak tega, apalagi dia tahu jika Kalea sedang hamil. Pasti menjalani ini semua akan sangat sulit. Namun, dia tidak bisa ikut campur terlalu dalam atas keputusan Kalea.

“Tinggalah di sini lebih dulu. Jika kamu sudah menemukan tempat, kamu bisa pindah.”

Kalea merasa bersyukur masih ada orang baik. “Terima kasih banyak, Dok.”

***

Sudah tiga hari Kalea tinggal di rumah dr. Derran. Tiga hari ini pula Kalea mual dan muntah. Alhasil, dia tidak ke mana-mana karena tidak kuat untuk pergi.

“Dok, maaf saya masih belum pergi dari rumah dr. Derran.” Sejujurnya, Kalea merasa tidak enak dengan dr. Derran

“Tenang saja, aku tidak masalah. Lagi pula aku senang kalian di sini. Rumah ini jadi tidak sepi.” Dr. Derran tersenyum.

“Terima kasih banyak, Dok.”

“Sama-sama.” Dr. Derran mengangguk.

“Sore ini, saya sudah lebih baik. Nanti saya akan cari-cari rumah yang dikontrak dekat sekolah Kyna.”

“Kebetulan aku sore ini kosong. Nanti aku akan antar kamu.”

“Tidak perlu, Dok. Saya bisa sendiri.” Kalea merasa kebaikan dr. Derran sudah banyak. Jadi tidak enak jika harus menyusahkan lagi.

“Jangan menolak, aku sedang tidak sibuk. Jadi tidak masalah. Lagi pula, dari pada kamu naik taksi, pasti susah nanti.”

Kalea merasa jika yang dikatakan dr. Derran ada benarnya. Jika naik taksi, tidak mungkin dia akan leluasa untuk mencari rumah kontrakan.

“Baiklah, Dok.”

Sesuai dengan rencana, sore ini Kalea diantarkan oleh dr. Derran mengantarkan Kalea dan Kyna untuk mencari rumah. Sayangnya, setelah keliling-keliling mencari rumah yan disewa, tidak ada yang cocok sama sekali.

“Mama, Kyna lapar.” Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja Kyna mengeluhkan sesuatu.

“Oh ... Kyna lapar. Baiklah, kita mampir ke restoran dulu.” Dr. Derran yang peka segera berbelok ke restoran.

Kalea benar-benar merasa tidak enak, karena dr. Derran begitu baik padanya.

Mereka bertiga menikmati makan di restoran. Kyna tampak lahap sekali makannya. Kalea terus tersenyum melihat anaknya itu.

***

Tiga hari sudah Kyna tidak sekolah. Karena keadaan Kalea sudah lebih baik, akhirnya Kalea memilih untuk mengantarkan Kyna ke sekolah.

Dr. Derran mengantarkan Kalea ke sekolah pagi ini karena dia praktik jam sepuluh. Jadi punya waktu untuk mengantarkannya.

“Maaf merepotkan dr. Derran.” Sejujurnya Kalea merasa tidak enak karena terus saja merepotkan dr. Derran.

“Tidak apa-apa. Aku masih praktik jam sepuluh. Jadi aku punya waktu.” Pria tiga puluh delapan tahun yang masih betah menjomlo itu tersenyum manis.

Kalea merasa beruntung dipertemukan dengan orang baik seperti dr. Derran.

Mobil dr. Derran sampai di sekolah Kyna. Kalea dan Kyna segera turun, sedangkan dr. Derran memilih untuk memarkirkan mobilnya.

“Semangat, Sayang.” Kalea mendaratkan kecupan di pipi Kyna.

“Oke, Mama.” Kyna tampak begitu bersemangat sekali untuk masuk sekolah. Tidak sekolah selama tiga hari membuatnya rindu.

Kalea segera keluar dari kelas ketika anaknya sudah masuk, tetapi di depan kelas dia bertemu dengan Alby.

“Mas Alby.” Kalea tidak menyangka jika Alby ke sekolah Kyna. “Kenapa Mas Alby ke sini?” tanya Kalea. 

Alby yang kemarin diceritakan oleh Sandra jika Kalea bersama seorang pria, benar-benar kesal. Dia tidak terima Kalae sudah mendapatkan pria lain. Segera Alby menemui Kalea. Karena itu dia datang ke sekolah.

“Aku ke sini karena aku ingin mengajak kamu untuk ke rumah. Ibu mencarimu dan menanyakan kamu terus.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status