Share

Bab 6 Suara Apa Itu?

Mata Kalea membulat sempurna ketika mendengar ucapan dari Alby. Bagaimana bisa  pria itu datang tiba-tiba dan mengajaknya untuk pulang dengan alasan ibunya.

“Aku tidak mau.” Kalea menolak.

“Lea, ibu mencarimu terus menerus. Aku mohon pulang dan temui ibu sebentar saja.”

Kalea benar-benar berada dalam dilama. Dia tahu persis bagaimana ibu mertuanya itu sangat dekat dengannya, bahkan menganggapnya anak sendiri. Jika sekarang ibu mertuanya itu menanyakan dirinya, jadi wajar saja.  Namun, jika pergi ke rumah Alby,  dia akan bertemu dengan Sandra.

“Baiklah, aku ke rumah, tapi hanya untuk menemui ibu.” Kalea akhirnya memutuskan untuk mengunjungi ibu mertuanya, tak tega ketika ibu mertuanya mencarinya.

“Baiklah.” Alby segera pergi.

Kalea  segera menemui dr. Derran.  Memberitahu jika dia akan pergi ke rumah Alby karena mantan ibu mertuanya mencari dirinya. Dr. Derran pun menawarkan diri untuk mengantarkan. Kalea memang butuh dr. Derran, karena jika mencari taksi pastinya akan lama.

“Sebaiknya parkir di depan sana sini saja, Dok.”  Kalea meminta dr. Derran memarkirkan agak jauh dari rumah Alby, tak mau Alby melihat dr. Derran.

“Baiklah.” Akhirnya dr. Derran memarkirkan di tempat yang diminta oleh Kalea.

Kalea segera turun, sedangkan dr. Derran menunggu. Kalea yang mengetuk pintu dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangga.

“Pak Alby di mana, Bi?” Kalea tadi melihat mobil Alby, tapi tidak melihat Alby saat masuk.

“Pak Alby tadi berangkat ke kantor, Bu.”

Kalea merasa jika Alby belum kembali setelah memintanya untuk ke rumah tadi.

“Wanita itu?” Kalea sedikit ragu ketika menanyakan keberadaan Sandra.

“Bu Sandra sedang di kamar, Bu.”

Kalea mengangguk.

“Bu Kalea silakan masuk, saya mau pergi ke pasar dulu.” Asisten rumah tangga pun segera berpamitan.

“Iya, Bi.”

Kalea tak mau berlama-lama di rumah ini. Yang ingin dilakukan hanya menemui Bu Salma dan segera perg.

Kalea segera masuk dan menuju ke kamar mertuanya, sedangkan Sandra tampak kesal dengan kedatangan Kalea lagi.

Kalea segera masuk ke kamar mertuanya. Di kamar, dia melihat Bu Salma yang duduk di kursi roda.

“Bu.”

“Kalea.” Bu Salma tersenyum. Alzheimer membuat ingatan Bu Salma kabur, tetapi ada kalanya di mana Bu Salma bisa mengenali wajah menantunya itu.

Kalea segera memeluk Bu Salma. Rasanya dia begitu rindu sekali. Apalagi Kalea sudah menganggap Bu Salma sebagai ibu sendiri. Sejak ibunya meninggal empat tahun lalu, Kalea kehilangan sosok ibu, tetapi didapatkannya dari Bu Salma.

“Kamu ke mana?” Bu Salma begitu penasaran sekali karena beberapa hari tidak melihat Kalea.

“Kalea antar Kyna ada acara sekolah dan menginap, Bu.” Terpaksa Kalea berbohong. Rasanya belum tega  memberitahu Bu Salma perihal perceraiannya dan Alby.

“Ibu pikir kamu pergi.”

“Tidak, Bu.” Kalea tersenyum untuk menyakinkan Bu Salma. Kalea melihat makan yang berada di atas nakas. “Ibu belum makan?” tanya Kalea.

Bu Salma menggeleng.

Mendapati jawaban itu, Kalea segera mengambil makanan tersebut.  Satu mangkuk berisi bubur dibawanya untuk diberikan pada mertuanya itu.

“Kalau begitu ibu makan dulu.” Dia menyodorkan sendok pada Bu Salma, wanita yang kini wajahnya sudah mulai menua itu, tersenyum melihat Kalea.

“Kalea, anak baik.” Tangan Bu Salma membelai lembut wajah Kalea. “Kamu selalu ada untuk ibu.”

Senyum Kalea menghiasi wajahnya ketika Bu Salma memperlakukannya dengan manis, tetapi hatinya seperti teriris ketika membayangkan jika dia akan meninggalkan Bu Salma. Tidak bisa Kalea bayangkan bagaimana hancurnya hati Bu Salma jika tahu dirinya akan bercerai dengan anak semata wayangnya. Namun, dia tidak bisa tinggal lebih lama dengan pria yang menghancurkan hidupnya itu.

“Iya, Kalea akan ada untuk Ibu. Sekarang Ibu makan dulu.” Kalea kembali menyodorkan sendok berisi bubur pada Bu Salma.

Bu Salma membuka mulutnya. Kemudian memakan makanan yang diberikan Kalea.

“Alby jahat. Ibu tidak boleh keluar.” Di tengah-tengah makan, Kalea mendengar celotehan Bu Salma.

“Mungkin karena tidak ada Kalea, Mas Alby melarang ibu.”  Kalea berusaha untuk menenangkan Bu Salma.

“Kamu jangan pergi lagi.” Bu Salma memegangi tangan Kalea dengan erat.

Kalea bingung terus berbohong. Namun, untuk saat ini itu yang bisa dilakukan. “Tenang saja, Kalea tidak akan pergi.”

Usai menyuapi, Kalea memberikan obat untuk Bu Salma. Kemudian meminta Bu Salma untuk beristirahat.

Saat Bu Salma sudah tidur, Kalea segera keluar. Tak mau Bu Salma melihatnya pergi.

Namun, baru saja menutup pintu kamar Bu Salma, tiba-tiba terdengar suara.

“Aaahhh ....” Suara itu terdengar bercampur desahan.

“Suara apa itu?” tanya Kalea bermonolog.

Kalea yang penasaran pun mendengarkan dengan saksama suara itu. Saat mendengar suara itu, ternyata suara itu berasal dari kamar utama.

Mata Kalea langsung membulat sempurna mendengar suara yang tidak asing itu. Suara itu adalah suara Alby dan Sandra. Dada Kalea terasa sesak ketika mendengar suara desahan dari dalam kamar itu. Sudah bisa Kalea bayangkan apa yang terjadi di kamar itu.

Sakit? Jelas itu yang dirasakan Kalea. Tidak dipungkiri jika di hatinya masih terukir nama suaminya.

Andai dia tidak memikirkan mantan mertuanya itu, tidak mungkin sekarang dia mendengarkan percakapan menjijikkan itu.

“Bu Kalea.”

Suara asisten rumah tangga yang terdengar membuat Kalea terkejut. Mangkuk yang dibawanya seketika terjatuh.

“Bu Kalea tidak apa-apa?” Asisten rumah tangga tampak panik.

“Tidak apa-apa, Bi.” Kalea menggeleng.

“Saya akan ambilkan sapu ke dapur dulu.” Asisten rumah tangga segera pergi ke dapur.

Alby dan Sandra yang ada di dalam kamar pun segera menghentikan kegiatan panas mereka. Alby buru-buru memakai celananya.

Saat dia keluar, dia terkejut ketika melihat Kalea. Tidak menyangka jika Kalea sudah datang ke rumah. Dia pikir Kalea akan datang setelah Kyna pulang sekolah.

Kalea mengalihkan pandangan pada Alby. Pria itu hanya memakai celana tanpa dan membiarkan dadanya terbuka. Disusul Sandra yang memakai handuk saja keluar dari kamar.

Melihat penampilan dua orang itu, Kalea benar-benar muak sekali. Bisa-bisanya dua manusia itu melakukanya di pagi hari dan di saat ada orang di rumah.

“Kalea, kamu sudah datang?” Alby tampak cemas melihat Kalea.

“Iya, sudah sejak tadi,” sindir Kalea.

Di saat Kalea sedang marah, Sandra tampak tenang. Memang tadi dia tahu Kalea datang. Karena itu, dia sengaja mengajak suaminya melakukan hubungan intim agar Kalea tahu jika kini Alby adalah miliknya.

“Aku ke sini sekalian ingin meminta surat nikah, Mas. Aku akan segera melayangkan gugatan cerai darimu. Aku ingin segera bercerai secara resmi denganmu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status